BerandaTradisinesia
Kamis, 31 Agu 2022 15:05

Sang Pelindung di Tepi Kali Loji, Fort Peccalongan

Sisi diagonal bangunan Fort Peccalongan. (Twitter @dolanpekalongan)

Benteng, batik, dan canting adalah gambar yang ada di logo Kota Pekalongan. Kalau batik dan canting, memang khas Pekalongan banget, ya? Kalau benteng, mengacu pada Fort Peccalongan yang punya nilai sejarah tinggi. Seperti apa ya kisahnya?

Inibaru.id – Kalau kamu cermati, selain batik dan canting, ada benteng di logo Kota Pekalongan. Posisi benteng tersebut bahkan ada di bagian atas logo yang mirip dengan perisai tersebut. Sebenarnya, seperti apa sih sejarah dari benteng tersebut?

Gambar benteng pada logo tersebut nggak asal comot, Millens. Nyatanya, di Kota Pekalongan, ada benteng peninggalan kolonial bernama Fort Peccalongan atau Fort de Beschermer yang berarti benteng sang pelindung. Lantas, apa atau siapa yang dilindungi oleh benteng ini, sih?

Ihwal Mula dan Kegunaan

Awal mula berdirinya Fort Peccalongan ini dipengaruhi oleh adanya Perjanjian Giyanti. Nggak hanya memecah Kerajaan Mataram jadi dua dan bertahan hingga sekarang, wilayah Mataram pada masa kolonial juga berkurang, khususnya di pesisir utara Jawa. Gara-gara perjanjian ini pula, Pekalongan dimiliki sepenuhnya oleh VOC.

Perlawanan warga Tionghoa terhadap VOC di Batavia atau dikenal sebagai Geger Pecinan yang berlangsung beberapa tahun sebelum Perjanjian Giyanti juga membuat VOC lebih waspada. Mereka pun membangun Fort Peccalongan pada 1753 demi memastikan pertahanannya lebih kuat.

<i>Lukisan Fort Peccalongan yang menggambarkan zaman dahulu. (National Library of Indonesia)</i>

Benteng di Kota Pekalongan tersebut juga dibangun untuk mengawasi pelabuhan yang ada di Krapyak. Saat itu, banyak kapal mampu melewati Kali Loji yang cukup lebar dan dalam. VOC pun bisa dengan mudah memantau lalu-lintas sekaligus perdagangan di kawasan tersebut.

Lokasi Fort Peccalongan yang strategis juga memungkinkan VOC mengawasi hutan di sekitar Kota Pekalongan. Beda dengan zaman sekarang yang sudah ramai, kala itu, Pekalongan masih dikelilingi hutan, Millens.

Alih Fungsi Benteng

Tatkala VOC dinyatakan bangkrut pada 1799, Fort Peccalongan diambil alih langsung pengelolaannya oleh pemerintah Hindia Belanda. Fungsinya belum berubah banyak sebagai tempat pertahanan dan pengawasan. Tapi, saat diambil alih oleh pemerintah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan, fungsinya benar-benar berubah.

Pada 1950, Fort Peccalongan digunakan sebagai lembaga pemasyarakatan alias lapas dengan level LP II. Pada 1985 sampai sekarang, statusnya adalah Rumah Tahanan kelas IIA. Penyebutannya juga bukan lagi benteng, melainkan Rutan Loji.

Hal ini membuat banyak budayawan dan sejarawan menyayangkannya. Mereka sebenarnya pengin bangunan bersejarah ini difungsikan dengan lebih baik, yaitu sebagai museum atau sanggar budaya.

Semoga saja nantinya Fort Peccalongan bisa diubah fungsinya dari sekadar menjadi rumah tahanan, ya, Millens. (Kot, Kom/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024