Inibaru.id – Di jantung Kabupaten Sragen, tepatnya di Jl. Sukowati No.317, Karang Duwo, ada sebuah bangunan yang dari luar tampak seperti benteng kecil. Temboknya tebal, tingginya sekitar lima hingga enam meter, mengepung halaman luas pada bagian dalamnya dengan suasana khas kolonial. Banyak orang Sragen menyebutnya sebagai "penjara lama". Tapi, tempat ini sekarang punya fungsi yang sangat berbeda.
Nama resminya kini adalah Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara, atau biasa disingkat dengan istilah Rupbasan. Tempat ini bukan lagi berfungsi untuk menahan orang, melainkan jadi "rumah singgah" untuk barang bukti berbagai kasus hukum.
Misalnya saja, sepeda motor hasil kejahatan atau kendaraan yang ditilang, bisa saja sempat "ngendon" di sini sebelum akhirnya digunakan dalam proses persidangan. Nah, agar tidak rusak atau berubah bentuk, barang-barang ini dijaga betul kondisinya. Tugas Rupbasan bukan cuma menyimpan, tapi memastikan kondisi barang bukti tetap sama seperti saat kali pertama disita.
Tapi sebelum jadi tempat penyimpanan barang bukti, bangunan ini punya sejarah panjang. Menurut sejumlah pihak, penjara ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda, kemungkinan besar pada 1925. Namun, ada juga yang bilang usianya jauh lebih tua, yaitu sejak abad ke-19, setelah diberlakukannya Reglement op de Orde en Tucht, sebuah aturan tata tertib penjara zaman Hindia Belanda.
Kalau kamu sempat mengintip ke dalam, suasananya masih sangat otentik dengan kesan kolonial yang sangat kuat. Ruang-ruangnya sempit, hanya sekitar 2x3 meter. Di tiap sel, ada pintu besi melengkung di bagian atas, kloset tua di dekat pintu, dan tempat tidur dari tembok. Kondisi penjara yang mengerikan ini membuat kita bisa membayangkan bagaimana kerasnya kehidupan narapidana pada masa itu.
Uniknya lagi, lokasi ini juga diyakini punya kaitan dengan keberadaan Benteng Modjo, benteng yang pernah berdiri di dekat Pabrik Gula Modjo yang berjarak sekitar 1 kilometer dari bangunan Rupbasan. Pada 2005, sebuah meriam kuno bahkan ditemukan tak jauh dari lokasi penjara lama ini. Bukti kuat bahwa kawasan ini memang punya nilai sejarah yang penting.
Kini, meski fungsinya sudah berganti, bangunan ini tetap berdiri kokoh dan masih asli. “Bangunan ini sudah masuk cagar budaya. Jadi, meskipun ada renovasi, bentuknya nggak boleh diubah,” ujar Suratno, staf Rupbasan Sragen sebagaimana dinukil dari Espos, Sabtu (19/7/2025)
Siapa sangka ya, Gez!, Rupbasan Sragen yang masih difungsikan hingga sekarang menyimpan kisah masa lalu yang masih membekas hingga hari ini. Tertarik mengunjunginya jika ada kesempatan? (Arie Widodo/E07)
