Inibaru.id – Kamu mungkin sudah biasa mendengar kisah pengorbanan orang tua demi anak. Tapi bagaimana dengan pengorbanan anak demi kebahagiaan orang tua? Jawabannya ada pada kisah Maharesi Bisma ini, Millens.
Saking sayangnya Bisma pada ayahnya, ia sampai rela bersumpah selikat alias nggak menikah seumur hidup. Bisma ini merupakan anak dari Prabu Sentanu dan Ratu Gangga. Artinya, ia adalah kakek Pandawa dan Kurawa.
Dikisahkan dalam Gunzila16 (10/8/2013), Raja Sentanu itu sedang jatuh cinta pada seorang gadis bernama Dewi Setyawati. Sayangnya, Dewi Setyawati hanya mau menerima lamaran Sentanu jika ia bersedia menempatkan keturunannya sebagai pemegang tahta.
Sungguh sebuah syarat yang berat bagi Sentanu. Raja yang sedang puber ke-3 ini galau karena ini berarti Bisma nggak jadi menduduki tahta sepeninggalnya nanti. Bisma yang mengetahui kegalauan ayahnya ini lantas pergi menemui Setyawati. Di hadapan calon ibu tirinya itu ia bersumpah untuk mundur dari tahta dan nggak akan menikah untuk meniadakan kemungkinan keturunannya bakal merebut tahta.
Akhirnya, terjadilah pernikahan itu. Sumpah Bisma juga membawa anugerah dari dewa. Bisma menjadi imortal alias kekal. Ia hanya bisa mati ketika menginginkan kematian. Bahkan, dewa pencabut nyawa sekalipun nggak akan bisa melepaskan nyawanya.
Menjadi manusia tanpa nafsu berkuasa dan hanya tahu berperang nggak membuat Bisma lolos dari kisah romantis. Perempuan yang terlibat hati dengan Bisma adalah Amba. Kisah cinta Amba dan Bisma berawal ketika ia mencarikan istri untuk adik tirinya (Wicitrawirya, ayah dari Pandu dan Destarata).
Ia mendapatkan Amba, Ambika dan Ambalika dalam sebuah sayembara. Sayangnya, ketika itu Amba sudah memiliki kekasih bernama Salwa. Karena itu, Wicitrawirya nggak bisa menikahi Amba lantaran kode etik ksatria.
Sebenanrya, Salwa sudah berupaya merebut kembali Amba dari Bisma dalam perjalanan. Namun, jelas saja Bisma bisa menang mudah dari Salwa. Di sisi lain, Salwa juga nggak bisa menerima Amba kembali karena merasa sudah dipecundangi Bisma. Jadilah nasib Amba terlunta-lunta ditolak sana-sini. Akhirnya Amba meminta pertanggungjawaban Bisma untuk menikahinya.
Jauh di lubuk hati, Bisma sebenanarnya juga jatuh hati pada Amba. Tapi ia ingat sumpah selibatnya. Meski ditolak, Amba nggak menyerah. Ia mengikuti Bisma ke mana pun pergi.
Tak Sengaja Membunuh Amba
Tanpa bosan, Amba terus meminta Bisma untuk menikahinya hingga suatu kejadiaan nahas. Bisma yang berniat menakut-nakuti Amba dengan anak panah tanpa sengaja melepaskan anak panah hingga mengenai Amba.
Dengan memeluk Amba, Bisma pun mengakui perasaannya. Lega mendengar pengakuan Bisma, Amba berjanji untuk bereinkarnasi sebagai pembunuh Bisma agar mereka bisa bersatu di keabadian. Begitu pun Bisma, ia berjanji akan pasrah ketika titisan Amba akan membunuhnya.
Bisma yang kekal ini akhirnya makin mendekati ajal katika Baratayudha. Suatu malam ketika berjalan-jalan di medan tempur Kurusetra, ia didatangi roh ibunya, Dewi Gangga.
Sang ibu berkata, "Aku ingin membersihkan tempat tidurmu besok di medan laga.." Seketika itu Bisma sadar bahwa ia harus menginggalkan dunia ini dan berkumpul dengan Amba. Benar saja, pagi harinya ia bertemu sosok Srikandi. Rupanya, ia merupakan titisan Amba yang telah dinantikannya selama ratusan tahun.
Begitu Srikandi melepaskan anak panah, Bisma pun melepaskan semua kekuatannya; pasrah dihantam anak panah. Bisma terkapar dan dengan sisa-sisa tenaganya, ia meminta sebuah ranjang. Kurawa lantas membawa ranjang besar nan mewah, namun ditolak olehnya. Arjuna kemudian membuatkannya ranjang dari ratusan anak panah yang diterima Bisma.
Bisma terkulai di atas ranjangnya yang sempurna. Sempurna bagi seorang ksatria seperti dirinya. Harapan terakhir Bisma hanyalah ingin menyaksikan akhir perang. Di atas ranjang itu, Bisma sekarat ditemani roh dua perempuan yang paling dicintainya. Ibunya, Dewi Gangga serta kekasih satu-satunya dalam ratusan tahun kehidupannya, Dewi Amba.
Hm, apa ya kira-kira hikmah yang bisa dipetik dari kisah Bisma dan Amba ini, Millens? (Siti Zumrokhatun/E07)