BerandaTradisinesia
Jumat, 21 Jul 2022 17:52

Ritual Penting Mendirikan Rumah di Jawa, Munggah Molo

Acara berdoa bersama termasuk tukang bangunan, sesaat sebelum munggah molo. (Twitter/Kang Mahrus Ali)

Ritual munggah molo adalah tradisi masyarakat Jawa yang dilakukan saat mendirikan rumah. Tradisi ini penuh dengan makna serta pengharapan dari pemilik rumah.

Inibaru.id – Tradisi yang masih lestari di kehidupan masyarakat Jawa sepertinya nggak ada habisnya ya, Millens. Salah satunya adalah munggah molo, ritual yang dilakukan masyarakat Jawa saat mendirikan rumah.

Munggah merupakan kata dalam Bahasa Jawa yang berarti naik. Sedangkan kata molo merupakan turunan dari polo yang artinya sirah atau kepala. Munggah molo pun dapat diartikan sebagai sebuah ritual yang mengiringi dinaikkannya atap saat proses pembangunan rumah.

Yang menarik dalam tradisi ini, sebelum dinaikkan, tiang tertinggi atap rumah terlebih dahulu dibungkus dengan kain berwarna merah. Nggak hanya itu, munggah molo juga dilengkapi dengan beberapa ubo rampe atau persembahan sebagai syarat dalam membangun rumah.

Awalnya, ubo rampe disiapkan dan disimpan di bagian dalam kerucut atap rumah yang akan dibangun. Setelah ubo rampe siap, calon pemilik rumah akan melakukan do’a bersama dengan kiai atau ustaz, para tetangga, serta tukang yang membangun rumahnya.

Mengapa kain yang digunakan untuk membungkus molo harus berwarna merah? Ternyata, dulu orang Jawa percaya bahwa warna merah adalah simbol dari bahaya dan malapetaka. Pemilihan warna merah ini dianggap sebagai bentuk pengharapan agar terhindar dari malapetaka.

Kalau untuk jenis kain yang digunakan sih, nggak ada aturan khusus ya. Tapi, Kebanyakan orang Jawa menggunakan kain katun.

Ubo rampe munggah molo digantung. (Tribunnews)

Dalam ritual ini, juga ada pemasangan susuk berbentuk jarum yang terbuat dari emas. Maknanya hampir sama dengan susuk pada tubuh manusia, yaitu untuk mengeluarkan aura kedamaian dan kenyamanan. Sehingga diharapkan nanti rumah dapat memberikan nuansa sejuk dan nyaman.

Kalau untuk ubo rampe, pemilik rumah setidaknya wajib menyiapkan tujuh benda, yaitu tebu, seikat padi, kelapa, uang koin, jajanan pasar yang dilengkapi ayam ingkung dan pisang, pakaian, dan kendi air.

Kali aja kamu nggak tahu, masing-masing benda memiliki makna filosofisnya, lo.

Tebu yang dijadikan ubo rampe bermakna mantebe kalbu atau kemantapan hati. Maknanya, dalam membangun rumah, pemiliknya harus merasa mantap terlebih dahulu dalam memilih lokasi, bentuk bangunan, dan lain-lain.

Sejumlah benda yang dijadikan ubo rampe munggah molo. (YouTube/Anton Budiono)

Seikat padi atau dalam bahasa Jawa disebut pari sak unting dapat diartikan sebagai lambang rezeki. Adanya benda ini adalah simbol pengharapan agar pemilik rumah selalu dilapangkan rezekinya.

Sementara itu, kelapa dipercaya masyarakat Jawa memiliki filosofi “antarane wong omah-omah biso roso koyo santen kelopo”. Maknanya, keluarga bisa selalu rukun dalam membangun rumah tangga.

Berikutnya, uang koin dalam tradisi munggah molo adalah uang yang didapat dari para tetangga secara sukarela yang kemudian disimpan di dalam kantong dan digantung pada molo. Maknanya adalah setiap orang memerlukan bantuan orang lain.

O ya, jajan pasar, ayam ingkung, dan pisang dalam ubo rampe digunakan untuk persembahan dan simbol saling berbagi dengan tetangga. Sedangkan pakaian dalam ubo rampe dianggap sebagai simbol kecukupan rezeki.

Yang terakhir adalah kendi. Pada ubo rampe untuk munggah molo, kendi adalah wadah yang akan diisi dengan beras. Kendi diibaratkan sebagai salah satu pasangan dalam keluarga. Bila salah satu di antaranya tidak jujur, maka wadah itu akan retak.

Wih, menarik dan penuh makna ya ritual munggah molo ini. Di tempat kamu tinggal, masih ada tradisi ini nggak, Millens? (Map, Vol/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: