BerandaTradisinesia
Jumat, 28 Nov 2024 14:44

Misteri Gapura Majapahit, Artefak Kuno di Tanah Rendole Pati

Keberadaan 'Gapura Majapahit' di Rendole Pati masih menjadi misteri hingga kini. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Dikenal sebagai Gapura Majapahit, riwayat benda cagar budaya yang ada di Tanah Rendole Pati ini masih mengundang tanda tanya hingga kini.

Inibaru.id – Di satu sudut sepi di Kabupaten Pati, tepatnya di Dukuh Rendole, Desa Muktiharjo, Kecamatan Margorejo, berdiri sebentuk peninggalan kuno berbentuk pintu kayu berukir yang riwayat keberadaannya masih mengundang misteri. Oleh masyarakat setempat, artefak ini dikenal sebagai Gapura Majapahit.

Disebut demikian karena warga lokal meyakini bahwa gerbang berbahan kayu jati murni tua itu memang berasal dari Majapahit, kerajaan Hindu-Buddha terbesar dan terkuat di Nusantara pada 1293-1527 yang diperkirakan berpusat di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Pada 1989, artefak yang juga dikenal sebagai Lawang Keputren Bajang Ratu itu ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Posisinya kini dinaungi sepetak pendopo sederhana yang dilindungi kaca bening dan dikelilingi pagar besi.

Situs ini berada di sudut desa yang sekelilingnya mash dipenuhi pepohonan rindang, bersisian dengan permukiman warga yang kebanyakan masih berhalaman luas. Menginjakkan kaki di sini, siapa pun pasti akan merasa nyaman dengan suasananya yang tenang dan asri khas perdesaan.

Dipenuhi Ukiran Rumit

Zaki menunjukan ukiran yang ada di daun pintu Gapura Majapahit. (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Saat kamu berkunjung ke Situs Gapura Majapahit, cobalah mendekat, lalu selisiklah ukiran-ukiran rumit yang terpahat di permukaan artefak tersebut yang kondisinya masih terjaga baik. Di situs ini, wisatawan biasanya memang berkunjung untuk melihat atau meneliti ukiran kayu yang menghiasi hampir seluruh permukaan artefak.

"Pengunjung di sini kebanyakan pelajar yang datang untuk mengerjakan tugas sejarah dari sekolah, baik wawancara, dokumentasi, atau bikin video vlog," tutur Zaki Aftoni, juru pelihara dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X kepada Inibaru.id beberapa waktu lalu.

Selain pelajar, dia melanjutkan, ada juga wisatawan dari berbagai kalangan yang datang karena mencari pengetahuan sejarah atau sekadar penasaran dengan misteri gapura yang konon berkaitan erat dengan cerita tentang keturunan Sunan Muria ini.

"Setiap hari hampir selalu ada yang datang karena dibuka untuk umum. Kalau mau ke sini, saya (sebagai juru pelihara) ada di sini dari jam delapan pagi sampai sore, sekitar pukul 15.00 (WIB)," terangnya.

Riwayat yang Simpang Siur

Gapura Majapahit terlindung di dalam pendopo yang dinaungi pepohonan di tengah permukiman warga. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Hingga kini, belum ada yang berhasil memberikan bukti konkret terkait ihwal mula keberadaan Gapura Majapahit ini. Namun, yang paling umum di kalangan masyarakat adalah cerita tentang Raden Bambang Kebo Nyabrang.

Kebo Nyabrang adalah putra dari Sunan Muria. Syahdan, suatu hari dia diberi satu tugas berat dari Sunan Muria: memindahkan gerbang Majapahit ke Gunung Muria sebagai syarat untuk diakui sebagai anak. Ternyata, Raden Rangga dari pedepokan Sunan Ngerang juga punya misi serupa. Keduanya pun berduel.

Setelah bentrok selama puluhan hari, duel pun dilerai Sunan Muria. Kebo Nyabrang diakui sebagai anak, lalu diberi tugas sebagai penjaga gerbang yang terjatuh di tengah hutan di Lereng Muria hingga akhir hayat. Tempat itulah yang kemudian diyakini sebagai cikal bakal Dukuh Rendole.

"Namun, (cerita) ini baru sebatas legenda. Dalam satu kajian mendalam, kemungkinan pintu kayu ini berasal dari Lasem (Rembang), bukan Majapahit (Trowulan). Ukiran-ukiran di gerbang menunjukkan gaya lokal yang berkembang setelah masa kejayaan Majapahit," kata Zaki.

Majapahit Kecil Bernama 'Pati'

Siswa dari SMK sedang berbincang dengan Zaki untuk tugas sekolahnya di lokasi Gerbang Majapahit (Inibaru.id/Imam Khanafi)

Penelitian lain dari sejumlah sejarawan mengungkapkan, benda yang disebut Gapura Majapahit ini diduga bukanlah gapura kerajaan, tapi sebuah regol, pintu gerbang yang lebih kecil ukurannya. Hal ini mungkin sesuai dengan kepercayaan masyarakat setempat yang menyebut pintu ini sebagai "lawang keputren".

Selain Gapura Majapahit, artefak ini dikenal sebagai Lawang Keputren Bajang Ratu. Berdasarkan cerita yang berkembang, pintu ini memang bukan gerbang utama, tapi pintu sebuah keputren, bangunan di istana yang diperuntukkan bagi para putri raja.

Pintu tersebut adalah lawang keputren di kediaman seorang adipati di Lereng Muria pada abad ke-18. Wilayah itu kemudian dinamakan Muktiharjo, diambil dari kata “Mukti" yang berarti terhormat, nama yang acap disematkan untuk orang berpengaruh.

Terlepas dari benar tidaknya sejarah Gapura Majapahit, sejak lama seni budaya di Pati memang kental dengan pengaruh Majapahit, salah satunya terlihat dari corak Batik Bakaran yang berkembang di Kecamatan Juwana. Selain itu, banyak desa di Pati dinamai dengan unsur kata "Mojo", dari Majapahit (Mojopait).

Biarlah sejarah Gapura Majapahit di Dukuh Rendole tetap menjadi teka-teki. Justru di situ daya tariknya, bukan? (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: