BerandaTradisinesia
Kamis, 25 Des 2024 09:54

Merah dan Hijau, Dua Warna yang Selalu Ada di Perayaan Natal

Interior Natal didominasi warna merah dan hijau. (AirBnB)

Dekorasi Natal selalu mudah kita kenali, yakni adanya perpaduan warna merah dan hijau. Apa alasan orang-orang selalu menggunakan dua warna tersebut?

Inibaru.id - Dekorasi Natal hampir di banyak tempat selalu khas dengan penggunaan perpaduan warna merah dan hijau. Nggak hanya pohon cemara yang berwarna demikian, pernik-pernik interior di dalam rumah, mal, hotel, dan ruangan-ruangan juga nggak lepas dari dua warna tersebut. Bahkan saat pertemuan keluarga, ada juga yang mengenakan dresscode merah hijau.

Yap, penggunaan kedua warna itu memang ada ceritanya, Millens. Selain memberikan suasana bahagia dan meriah, merah dan hijau nggak lepas dari tradisi perayaan Natal di negara barat.

Dikutip dari Kompas (21/12/2021), Sekjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Rm Adi Prasojo menjelaskan, warna merah dan hijau merupakan warna tanaman di negara barat pada musim dingin.

“Dekorasi tanaman biasanya bercorak merah dan hijau, karena ini tradisi barat dimana di sana ada empat musim. Sementara, tanaman cerah meriah warna hijau dan merah tumbuh di sana,” terangnya.

Alasan kenapa pengaruh negara barat dalam perayaan Natal sangat kuat, itu karena perayaan hari raya Natal pada 25 Desember berawal dari tradisi masa Kekaisaran Romawi di negara barat yang menandai pergantian musim. Jadi, nggak heran jika banyak pengaruh budaya barat pada pernak pernik perayaan Natal.

Adi menambahkan, perayaan Hari Raya Natal setiap 25 Desember seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi. Sebab, pada awal berdirinya gereja, umat Kristiani fokus pada perayaan Hari Paskah yang merupakan peringatan Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian.

“Pada awal berdirinya gereja, pemimpin serta jemaat saat itu lebih menaruh perhatian pada perayaan Kebangkitan Yesus dalam hari raya Paskah,” imbuhnya.

Pohon Holly

Pohon Natal kebanyakan berwarna hijau dan merah yang dipercaya sebagai simbol perlindungan dan kemakmuran. (Freepik/Diller)

Dipakainya warna merah dan hijau dalam perayaan Natal sempat membuat seorang peneliti luar negeri mengkaji lebih jauh. Mengutip dari laman Reader’s Digest, seorang ilmuwan dari University of Cambridge’s Hamilton Kerr Institute bernama Spike Bucklow pernah meneliti topik ini.

“Seseorang dapat melacak akar dari warna ini selama berabad-abad, ke masa ketika warna itu sendiri memiliki makna simbolis,” ujarnya.

Berdasarkan risetnya, warna merah dan hijau pada Hari Raya Natal berasal dari orang Celtic kuno yang memuja tanaman holly karena selalu berwarna hijau dan merah. Oleh sebab itu, orang Celtic kuno meyakini bahwa tanaman holly diciptakan untuk menjaga bumi tetap indah selama musim dingin.

Selanjutnya, mereka menggunakan tanaman berwarna cerah sebagai simbol perlindungan dan kemakmuran dalam perayaan Hari Raya Natal yang berlangsung di tengah musim dingin. Tradisi tersebut berlanjut pada masa orang Victoria, yang menggunakan warna merah dan hijau pada dekorasi Natal mereka.

Melansir Insider, Penulis buku The Secret Language of Color, Arielle Eckstut juga menuturkan bahwa warna merah dan hijau dalam perayaan Natal berasal dari pohon holly. Pohon itu tetap berwana hijau di tengah musim dingin yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Natal. Selain itu, terdapat buah ceri merah di antara dedaunan hijau.

“Karena holly adalah satu-satunya hal yang terang di lingkungan pada saat musim dingin, sehingga alam telah memberikannya kepada kita sebagai simbol,” tuturnya.

Hm, itu dia asal mulanya ya, Millens. Nggk heran kalau hingga kini, setiap perayaan Natal, selalu ada pohon Natal buatan yang daunnya berwarna hijau dengan hiasan bulat-bulat berwarna merah. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Polda Jateng Periksa Senjata Anggota, Buntut Penembakan Siswa SMK hingga Tewas

24 Des 2024

Event Tari Gagal, Penyelenggara Dilaporkan Ke Polda Jateng

24 Des 2024

Mi Dadat Pak Karnan, Legenda Kuliner di Jekulo, Kudus

24 Des 2024

Pemkot Fukushima Jepang bakal Sebar Identitas Pembuang Sampah Sembarangan

24 Des 2024

Sementara di Jabodetabek, Minyak Jelantah Bisa Ditukar dengan Uang di Pertamina

24 Des 2024

'Brain Rot' di Kalangan Gen Alpha, Sebuah Fenomena dan Dampaknya

24 Des 2024

Wisatawan di Jateng Diprediksi Capai 6,4 Juta Selama Libur Nataru

24 Des 2024

Uang Palsu dari UIN Makassar Diklaim Bisa Masuk ATM, Benarkah?

24 Des 2024

Kematian Dokter PPDS Anestesi Undip: Polisi Tetapkan Tiga Tersangka

25 Des 2024

Merah dan Hijau, Dua Warna yang Selalu Ada di Perayaan Natal

25 Des 2024

Tradisi Toleransi yang Terus Dijaga saat Perayaan Natal di Dusun Thekelan, Kabupaten Semarang

25 Des 2024

Penjual Bungeoppang, Roti Ikan Khas Korea, Semakin Langka

25 Des 2024

Cerita Kakek Mulyanto Dapatkan Ganti Rugi Tanah 30 cm2 karena Terdampak Proyek Tol Yogya - Bawen

25 Des 2024

Kurangi Kepadatan, Rest Area KM 445 B Tuntang Difungsikan untuk Libur Nataru 2025

25 Des 2024

Aktivitas Fisik sebagai Cara Mencegah Brain Rot pada Anak

25 Des 2024

Peneliti BRIN: Hindari Naik Gunung Dulu Hingga Akhir Tahun

26 Des 2024

Badan Gizi Nasional Tegaskan Program Makan Gratis Nggak Dipungut Biaya

26 Des 2024

Hanya Dua Jenis Pengendara Sepeda Motor di Korea: Kurir dan Orang Kaya

26 Des 2024

Bledug Kramesan, 'Gunung Mini' yang Menarik di Grobogan

26 Des 2024

UMK Sukoharjo 2025 Berlaku 1 Januari, Pemkab Pastikan Nggak Ada Penangguhan

26 Des 2024