BerandaHits
Rabu, 24 Des 2024 15:58

'Brain Rot' di Kalangan Gen Alpha, Sebuah Fenomena dan Dampaknya

Brain rot disebabkan paparan konten digital yang berlebihan. (via Alodokter)

Fenomena "brain rot" mulai menjadi perhatian di kalangan Generasi Alpha, yang tumbuh dengan teknologi sejak dini akibat konsumsi konten digital yang berlebihan.

Inibaru.id - "Brain rot" adalah istilah slang yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana seseorang merasa otaknya "mati rasa" akibat terlalu lama terpapar konten yang kurang bermanfaat atau adiktif, seperti video pendek, game online, atau meme di media sosial.

Istilah ini kerap digunakan secara humoris, tetapi bisa mencerminkan masalah serius, terutama di kalangan Generasi Alpha —anak-anak yang lahir setelah tahun 2010 dan tumbuh bersama teknologi canggih sejak usia dini.

Penyebab Utama Brain Rot di Gen Alpha

1. Overstimulasi dari Teknologi

Anak-anak Gen Alpha tumbuh dengan akses mudah ke smartphone, tablet, dan media sosial. Konten cepat dan terus-menerus, seperti video pendek di platform seperti TikTok, membuat otak mereka terbiasa dengan kepuasan instan. Akibatnya, mereka sulit fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi lebih lama.

2. Kurangnya Aktivitas Fisik

Waktu yang dihabiskan di depan layar sering kali menggantikan aktivitas fisik atau permainan kreatif. Kurangnya gerakan nggak hanya berdampak pada kesehatan fisik tetapi juga perkembangan otak.

3. Konten yang Nggak Edukatif

Meskipun teknologi menyediakan banyak peluang pembelajaran, banyak anak yang menghabiskan waktu untuk konten hiburan yang tidak memberikan manfaat edukasi. Hal ini dapat menyebabkan pola pikir yang dangkal dan kurangnya kemampuan berpikir kritis.

Dampak Brain Rot pada Gen Alpha

Ilustrasi anak malas belajar. (Shutterstock)

- Menurunnya Kemampuan Konsentrasi: Anak-anak menjadi sulit fokus dalam jangka waktu lama, baik di sekolah maupun dalam aktivitas lainnya.

- Kreativitas yang Terbatas: Paparan konten pasif menghambat kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan memecahkan masalah.

- Masalah Kesehatan Mental: Kebiasaan konsumsi konten berlebihan dapat memicu kecemasan, rasa nggak puas, atau bahkan isolasi sosial.

- Ketergantungan pada Teknologi: Anak-anak yang terbiasa dengan teknologi sejak dini cenderung mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan tanpa akses digital.

Cara Mengatasi Brain Rot pada Gen Alpha

1. Batasan Waktu Layar

Orang tua dan pendidik perlu menetapkan batasan waktu penggunaan teknologi dan memastikan anak-anak memiliki waktu untuk aktivitas lain, seperti membaca, bermain di luar, atau berinteraksi dengan keluarga.

2. Kurikulum yang Mengedepankan Kreativitas

Sekolah dapat memperkenalkan kegiatan yang menstimulasi otak, seperti seni, olahraga, atau eksperimen sains, untuk menyeimbangkan dampak teknologi.

3. Pemilihan Konten Berkualitas

Arahkan anak-anak untuk menggunakan aplikasi edukasi atau menonton konten yang memperkaya pengetahuan mereka, bukan hanya untuk hiburan.

4. Meningkatkan Interaksi Sosial

Orang tua bisa mendorong anak-anak untuk bermain dengan teman sebayanya secara langsung, sehingga mereka belajar keterampilan sosial yang penting.

Bisa dikatakan bahwa fenomena "brain rot" di kalangan Gen Alpha bukan sekadar istilah, melainkan sebuah peringatan akan pentingnya penggunaan teknologi secara bijak.

Dengan bimbingan yang tepat dari orang tua, pendidik, dan masyarakat, anak-anak Gen Alpha dapat tumbuh menjadi generasi yang nggak hanya melek teknologi tetapi juga kreatif, kritis, dan seimbang dalam kehidupan digital dan nyata.

Kalau menurutmu, fenomena brain rot ini juga dialami milenial apa nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: