Inibaru.id - Hari Ibu sering kali dirayakan dengan beragam cara untuk menunjukkan penghargaan kepada sosok ibu. Salah satu tren yang kerap muncul adalah menghadiahkan "me time" kepada ibu atau pasangan, seperti mengirim mereka ke spa, memberikan waktu santai tanpa tanggung jawab rumah tangga, atau menyediakan momen untuk sekadar menikmati hobi.
Meski terlihat sebagai gestur yang baik, tindakan ini justru mengungkapkan sebuah ironi: mengapa waktu untuk diri sendiri menjadi sesuatu yang begitu langka dan dianggap sebagai barang mewah bagi seorang ibu?
Sering Terabaikan
Secara ideal, me time bukanlah sesuatu yang hanya didapatkan pada momen-momen khusus seperti Hari Ibu. Ini adalah kebutuhan dasar yang seharusnya dapat dinikmati kapan pun diperlukan, tanpa rasa bersalah atau perlu "diizinkan" oleh orang lain.
Bagi banyak ibu, rutinitas sehari-hari penuh dengan tanggung jawab yang seolah nggak ada habisnya: mulai dari mengurus anak, membersihkan rumah, hingga memenuhi kebutuhan keluarga lainnya. Dalam kesibukan ini, kebutuhan pribadi sering kali dikesampingkan.
Namun, pengabaian terhadap me time ini tidak hanya berasal dari lingkungan keluarga. Banyak ibu sendiri yang merasa bahwa mengutamakan waktu untuk diri sendiri adalah bentuk egoisme atau pengabaian terhadap keluarga. Budaya ini diperkuat oleh narasi masyarakat yang menempatkan ibu sebagai sosok pengorbanan tanpa batas.
Kurangnya waktu untuk diri sendiri dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental seorang ibu. Stres, kelelahan, dan risiko burnout adalah beberapa dampak nyata yang sering kali diabaikan. Padahal, ibu yang bahagia dan sehat akan lebih mampu memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Me time bukan hanya soal relaksasi; ini adalah cara untuk mengisi ulang energi, merefleksikan diri, dan menjaga keseimbangan hidup.
Mengembalikan Me Time sebagai Hak, Bukan Hadiah
Untuk menghilangkan ironi ini, penting bagi keluarga dan masyarakat untuk mengubah cara pandang terhadap me time bagi ibu. Berikut adalah langkah yang dapat diambil:
1. Membiasakan Pembagian Tanggung Jawab: Tugas rumah tangga dan pengasuhan anak nggak seharusnya hanya menjadi tanggung jawab ibu. Suami dan anggota keluarga lainnya perlu mengambil peran aktif.
2. Normalisasi Me Time: Me time harus dilihat sebagai kebutuhan rutin, bukan sesuatu yang perlu dirayakan secara khusus. Ibu berhak untuk mengambil waktu kapan pun diperlukan tanpa merasa bersalah.
3. Dukungan Lingkungan: Lingkungan keluarga, teman, dan masyarakat perlu memberikan dukungan kepada ibu untuk memiliki waktu pribadi. Misalnya, dengan menyediakan bantuan untuk tanggung jawab rumah tangga atau anak.
4. Edukasi kepada Ibu: Ibu perlu menyadari bahwa merawat diri sendiri bukanlah bentuk egoisme, melainkan investasi bagi kesehatan keluarga secara keseluruhan.
Merayakan Hari Ibu dengan memberikan me time memang merupakan tindakan yang baik, tetapi alangkah lebih baik jika me time nggak lagi menjadi barang mewah yang hanya diberikan pada hari-hari tertentu.
Dengan menciptakan budaya yang mendukung keseimbangan antara peran ibu dan kebutuhan pribadinya, kita nggak hanya menghormati ibu pada satu hari saja, tetapi setiap hari sepanjang tahun. Selamat Hari Ibu, Millens. Yuk, berikan yang terbaik untuk ibu kita hari ini! (Siti Zumrokhatun/E05)