BerandaTradisinesia
Minggu, 29 Apr 2023 11:46

Mengenal Tradisi Lebaran Ketupat yang Masih Eksis di Jawa

Ilustrasi: Lebaran ketupat sebagai bentuk syukuran dan selametan setelah enam hari puasa sunnah bulan Syawal. (Borobudurnews)

Hari ini, Sabtu (29/4/2023), masyarakat Jawa merayakan Lebaran Ketupat. Tradisi yang juga dikenal dengan istilah lain Bakda Kupat atau Syawalan ini punya makna dan sejarah yang dalam, lo.

Inibaru.id – Setelah merayakan Hari Raya Idulfitri seminggu yang lalu, masyarakat Jawa juga merayakan Lebaran Ketupat pada hari ini, Sabtu (29/4/2023).

Sebagaimana saat Idulfitri, pada Lebaran Ketupat, masyarakat kembali membuat ketupat. Tapi, kali ini ketupat tersebut nggak hanya dimakan bersama dengan anggota keluarga, melainkan dikonsumsi bersama warga lain pada sebuah acara kenduri.

Menurut keterangan Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jateng Musta’in Ahmad, Lebaran Ketupat memang biasanya digelar persis sepekan setelah perayaan Idulfitri.

Lantas, apa sih makna dan sejarah tradisi yang juga dikenal dengan istilah Syawalan atau Bakda Kupat ini?

Kalau mengutip situs NUOnline, tradisi Lebaran Ketupat diyakini eksis sejak zaman Sunan Kalijaga. Kala itu, masyarakat Nusantara memang cukup sering mengadakan selamatan.

Sunan Kalijaga yang mengetahui hal ini kemudian memperkenalkan dua kegiatan yang bisa dilakukan saat Idulfitri dengan tetap mengadopsi budaya selamatan tersebut.

Yang pertama adalah silturahmi atau saling bermaaf-maafan yang bisa dilakukan setelah salat Idulfitri dilaksanakan. Setelah itu, masyarakat bisa melakukan Bakda Kupat yang dilakukan sepekan setelah Idulfitri.

Selain memungkinkan masyarakat tetap melakukan tradisi selamatan, Bakda Kupat juga dianggap sebagai perayaan kemenangan mini bagi masyarakat yang melakukan enam hari puasa sunnah pada bulan Syawal, Millens. Puasa ini dianggap sebagai pelengkap dari puasa Ramadan sebelumnya.

Punya Makna Dalam

Lebaran ketupat punya sejarah dan makna yang dalam. (Unsplash/Mufid Majnun)

Hal lain yang membuat Lebaran Ketupat istimewa sehingga tetap dilestarikan masyarakat Jawa adalah maknanya yang dalam.

Dalam buku Fenomena Sosial Keagamaan Masyarakat Jawa dalam Kajian Sosiologi karya Lilik Setiawan yang diterbitkan pada 2021 lalu, masyarakat Jawa menganggap ketupat lebih dari sekadar penganan. Ketupat dianggap bisa membawa keberkahan dan menjadi simbol bermaaf-maafan.

Nasi yang ada di dalam ketupat dianggap sebagai simbol hawa nafsu. Tapi, nasi ini dibungkus oleh daun kelapa muda. Dalam Bahasa Jawa, daun ini dikenal dengan sebutan ‘janur’ yang bisa diartikan sebagai ‘jati ning nur’ atau hati nurani. Makanan ini pun melambangkan manusia yang bisa menahan hawa nafsu.

Nama dari ketupat juga bisa diartikan sebagai ‘ngaku lepat’ alias mengakui kesalahan. Oleh karena itu, penganan ini dianggap sebagai simbol maaf.

Selain itu, bentuk segi empat dari ketupat dianggap sebagai perwujudan prinsip kehidupan “kiblat papat lima pancer” yang bermakna manusia akan kembali ke Yang Maha Kuasa.

Karena adanya makna mendalam, wajar jika tradisi Lebaran Ketupat tetap digelar masyarakat Jawa meski pada seminggu sebelumnya, mereka juga menggelar perayaan Idulfitri dengan meriah. Kalau di tempatmu, apakah tradisi ini juga masih dilakukan, Millens? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024