Inibaru.id - Pemandangan berbeda terlihat di Klenteng Tay Kak Sie, Rabu malam (16/10). Suasana klenteng lebih ramai dari biasanya. Bau hio pun lebih kuat hingga tercium dari luar klenteng. Orang-orang terlihat bergantian keluar masuk. Hm, ada apa ya?
Ketika saya masuk, beberapa umat tengah beribadah di altar. Di sisi lain ruangan para pemain yangqin sudah bersiap-siap memberikan hiburan. Rupanya, Rabu malam kemarin bertepatan dengan naiknya Dewi Kwan Im ke langit. Peristiwa ini diperingati setiap tanggal 19 bulan 9 dalam penanggalan Imlek. Wah, saya benar-benar datang di saat yang tepat!
Peringatan naiknya Dewi Kwan Im diawali dengan beribadah bersama. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Di beberapa film mandarin yang pernah saya tonton, Dewi Kwan Im selalu digambarkan sebagai sosok kalem, berwatak welas asih, dan selalu menyelamatkan Sun Go Kong dari masalah. He he. Tentu saja, dia menjadi tokoh favorit saya.
Sifat welas asih inilah yang diharap menjadi teladan para umat Tay Kak Sie, Millens.
“Malam ini kita memperingati hari tuan rumah kita (Dewi Kwan Im) naik atau meninggalkan duniawi. Diperingati setiap tanggal bulan 9 tanggal 19 Imlek,” tutur Andre Wahyudi petugas Sekretariat Tay Kak Sie.
Kata Andre, ada tiga peringatan hari penting sang Dewi Welas Asih ini berupa hari kelahiran, kesempurnaan, dan hari meninggalkan duniawi.
“Ini kan tradisi dari leluhur, supaya tidak punah. Walaupun darah kita berjiwa NKRI tapi prinsipnya karena kita orang Tionghoa kita harus mempunyai tradisi yang harus kita lestarikan,” tambahnya. Terus terang saya merinding mendengar pengakuan ini. Apalagi ketika saya melihat bocah 7 tahun ikut memainkan yangqin. Rasa salut saya membumbung tinggi.
Selesai beribadah, umat Tay Kak Sie kemudian berkumpul di sekeliling sumur langit sambil bercengkerama. Suasana malam makin ramai dengan anak-anak yang berlarian gembira ke sana ke mari.
Pengunjung antusias menyaksikan pertunjukan. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Pukul 20.30 grup musik asli Tay Kak Sie siap beraksi kembali setelah sempat main sebelumnya. Sayang juga saya nggak datang dari awal. Tapi ya sudahlah. Itu belum rezeki saya.
Sembilan pemain alat musik yangqin mulai menggesek, memetik, dan meniup alat musiknya. Alunan musik tradisional sontak memenuhi seluruh klenteng. Saat itu musik yang dimainkan cukup nge-beat. Jadi, suasana makin semarak.
Permainan musik yangqin ini termasuk langka lo, Millens! Orkestra yanqin hanya dimainkan di acara-acara tertentu. Apalagi saat ini yangqin sudah mulai ditinggalkan oleh warga Tionghoa. Syukurlah beberapa muda-mudi Tay Kak Sie ini konsisten berlatih.
Pemuda Tay Kak Sie ikut lestarikan musik tradisional Tionghoa. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)
Beberapa pemain yangqin bergantian menyanyi lagu-lagu Mandarin menghibur penonton. Semua hadirin tampak menikmati nada-nada yang mengalun indah yang mereka mainkan. Salah satunya adalah Lia. Meski dia nggak begitu paham bahasa Mandarin, dia tetap asyik dan nggak beranjak dari tempat duduknya. “Nggak begitu paham, tapi seneng lihat pertunjukannya,” aku Lia.
Lewat acara ini, pengelola Tay Kak Sie pengin menunjukkan bahwa yangqin masih lestari hingga kini. Nah kalau kamu sendiri sudah pernah menyaksikan pertunjukan yangqin belum, Millens? (Zulfa Anisah/E05)