BerandaTradisinesia
Minggu, 9 Jul 2022 20:29

Legenda Ratu Boko dan Ihwal Mula Desa Pancot di Tawangmangu

Upacara Mondhosiyo di Desa Pancot yang dilakukan pada hari Selsa Kliwon. (Instagram/Stefanusaji)

Desa Pancot di Tawangmangu punya legenda yang cukup menyeramkan. Dalam legenda ini, dikisahkan tentang seorang raja yang gemar memakan daging manusia. Seram!

Inibaru.id – Tawangmangu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kecamatan yang berlokasi di lereng Gunung Lawu ini populer dengan tempat wisata alamnya. Salah satunya adalah Grojogan Sewu. Nah, di dekat Grojogan Sewu, ada sebuah desa bernama Pancot yang punya cerita legenda menarik, lo.

Legenda yang dipercaya masyarakat Desa Pancot secara turun-temurun ini mengisahkan tentang seorang raja bernama Raja Boko. Dulu, pada masa awal kekuasaan, sang raja, yang dalam budaya Jawa juga bisa dianggap sebagai Ratu Boko, dikenal peduli dengan rakyatnya sehingga wilayahnya aman, sejahtera, tenang, dan tenteram.

Namun, sikap sang raja berubah setelah menyantap sebuah sup yang tercampur dengan daging manusia. Saat itu, jari kelingking dari salah satu juru masak istana tersayat dan secara tidak sengaja masuk ke dalam sup yang dihidangkan. Bagi sang raja, sup yang dia santap terasa lebih nikmat dari biasanya.

Saking penasarannya dengan rasa sup tersebut, sang raja sampai bertanya kepada juru masaknya. Sang juru masak awalnya ketakutan. Tapi, begitu dijelaskan soal insiden jari kelingking tersebut, sang raja justru senang karena tahu kalau daging manusia ternyata sangat nikmat.

Sejak saat itu, raja ketagihan daging manusia dan memerintahkan utusannya untuk rutin menyediakan manusia untuk dijadikan santapan. Duh, seram banget, ya?

Awal Mula Kekalahan Raja Boko

Batu Gilang yang digunakan Patut disimpan di Balai Pathokan desa Pancot. (Solopos/Sri Sumi Handayani)

Korban kegemaran baru raja tentu saja adalah rakyatnya sendiri. Dia nggak mau permintaan nggak biasanya ini ditentang. Kalau ada yang berani melakukannya, bakal mendapatkan hukuman berupa siksaan mengerikan.

Salah seorang warga yang resah dengan hal ini adalah Mbah Randha. Dia sampai berdoa setiap hari kepada Sang Pencipta agar dia dan anaknya nggak dijadikan santapan raja. Doa ini dikabulkan dengan kemunculan seorang pemuda bernama Patut Tetuka.

Patut Tetuka yang baru saja turun gunung dari Pertapaan Pringgodani di lereng Gunung Lawu terenyuh mendengarkan tangisan Mbok Randha yang sedih anaknya bakal jadi santapan raja. Dia pun menawarkan diri jadi pengganti anak Mbok Randha. Ide ini pun langsung disetuji perempuan tersebut.

Pada Selasa Kliwon, Patut Tetuka pun diarak menuju istana. Sesampainya di sana, sang raja yang sudah kelaparan langsung menebas leher Patut Tetuka. Tapi, kesaktian sang pemuda membuat usaha raja sia-sia.

Patut pun langsung membalas sang raja dengan menghantamkan batu gilang ke kepala Raja Boko. Sang raja yang sudah nggak berdaya kemudian diinjak dan ditancapkan ke perut bumi.

Dalam Bahasa Jawa, aksi Patut Tetuka saat mengalahkan Raja Boko disebut sebagai 'pancat'. Artinya sih kurang lebih menancapkan sesuatu ke bumi. Sejak saat itu, tempat di mana dulu Patut Tetuka mengalahkan raja kemudian diberi nama Desa Pancot.

Omong-omong, untuk menjaga keamanan desa dan sebagai wujud syukur atas kekalahan Raja Boko, Patut Tetuka berpesan pada rakyat untuk mengadakan upacara Mondhosiyo atau bersih-bersih desa. Upacara ini masih dilestarikan warga hingga sekarang, Millens. Benar-benar cerita yang menarik, ya? (Sol, Rad/IB32/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: