BerandaTradisinesia
Jumat, 28 Des 2023 18:27

Kledi, Alat Musik yang Terpahat di Relief Candi Borobudur

Kledi, alat musik tiup yang ada di relief Candi Borobudur. (Kebudayaan.kemendikbud)

Siapa sangka, dari sekian banyak alat musik yang terpahat di relief Candi Borobudur, salah satunya adalah kledi yang berasal dari Kalimantan Barat. Seperti apa sih alat musik ini?

Inibaru.id – Tahu nggak kalau di relief Candi Borobudur kamu bisa melihat sejumlah alat musik, Millens? Salah satu beberapa alat musik yang bisa kamu lihat tersebut adalah Kledi yang dipercaya sudah eksis di Nusantara selama ribuan tahun. Yang menarik, meski dipahat di sebuah candi yang ada di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, kledi ternyata berasal dari daerah lain yang cukup jauh.

Semenjak Oktober 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI sudah memberikan status Warisan Budaya Tak Benda Indonesia terhadap alat musik yang berasal dari Desa Nanga Tebidah, Kecamatan Kayan Hulu, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat tersebut.

Melihat posisi desa tersebut yang cukup jauh dari Ibu Kota Kalimantan Barat, yaitu Pontianak, tentu cukup mengherankan bagaimana bisa alat musik tersebut sampai dikenal masyarakat Pulau Jawa yang kala itu berada di bawah pemerintahan Dinasti Syailendra. Apalagi sampai dipahat di relief Candi Borobudur yang dibangun pada pada abad ke-9. Tapi, mengingat pada zaman dahulu banyak orang yang bepergian jarak jauh untuk keperluan berdagang, wajar jika pada akhirnya alat musik ini akhirnya sampai ke tanah Jawa.

Meski begitu, nggak banyak orang zaman sekarang yang tahu bagaimana cara memainkan alat musik tiup ini. Untungnya, salah seorang warga Sintang, yaitu Julia Chandra Thesisandry mampu memainkan alat musik yang kabarnya nggak mudah untuk ditiup ini.

Kalau menurut keterangannya, kledi terbuat dari labu kering yang dijadikan cerobong, dipadukan dengan susunan pensak alias tabung bambu kering dengan berbagai ukuran. Biasanya, untuk membuat alat musik ini, yang disiapkan adalah labunya terlebih dahulu. Labu ini dibuang isinya dan kemudian dikeringkan selama 5 sampai 6 bulan.

Kledi, alat musik tiup. (1001Indonesia)

Selama proses pengeringan itu, tabung bambu dengan berbagai ukuran dibuat. Nah, setelah labunya dianggap cukup kering dan keras, tinggal disambungkan dengan batang-batang bambu dengan perekat alami berupa sarang kelutut, sebutan untuk lebah hutan berukuran kecil, Millens.

“Ini kan ada tabung panjang dari bambu ya. Fungsinya menghasilkan satu nada. Kalau yang ukurannya lebih pendek ya menghasilkan nada lainnya. Mirip suling begitu,” ujar Julia sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Kamis (28/12/2023).

Yang menarik dari alat musik yang menghasilkan nada pentatonik ini adalah fungsinya. Nggak hanya dipakai sebagai hiburan saat Suku Dayak menyanyi, menggelar tarian tradisional, atau mengadakan teater tutur, warga setempat percaya kalau alat musik ini bisa jadi penghubung antara manusia dengan alam gaib, lo.

Sayangnya, alat musik ini semakin jarang dimainkan karena dianggap nggak semenarik alat-alat musik modern. Untungnya, masih banyak budayawan seperti Julia yang berusaha untuk melestarikannya. Semoga saja usaha ini berhasil ya agar kita nggak hanya bisa melihatnya di relief Candi Borobudur saja. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: