BerandaTradisinesia
Selasa, 25 Sep 2023 14:04

Kirab Air Salamun Rebo Wekasan; Ngalab Berkah dan Keselamatan

Kirab Rebo Wekasan, Air Salamun dalam gentong juga ikut dikirab. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Memohon perlindungan dan keselamatan kepada Sang Pencipta memang harus kita lakukan setiap saat. Namun, pada momentum Rebo Wekasan, harapan itu tampak nyata dari lestarinya tradisi di desa-desa, termasuk Kirab Air Salamun di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.

Inibaru.id - Dalam kalender Jawa, kini kita berada di bulan Mulud atau Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Tapi, tradisi di bulan sebelumnya, yaitu Sapar masih memberikan kesan yang mendalam bagi saya. Tradisi itu adalah Rebo Wekasan atau Pungkasan yang dilaksanakan di Kabupaten Kudus.

Buat yang belum tahu, Rebo Wekasan merupakan hari Rabu terakhir di bulan Sapar atau Safar. Masyarakat Jawa beranggapkan di hari itu banyak bencana atau bala yang diturunkan ke bumi. Nah, agar kejadian buruk tidak menimpa, mereka menyelenggarakan serangkaian tradisi sebagai wujud permohonan perlindungan kepada Yang Maha Kuasa.

Saya kala itu sengaja datang dalam acara Rebu Wekasan yang diselenggarakan di sekitar jalan dan gang depan Masjid Wali Al-Makmur, Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus. Saya membaur dengan para warga di sana untuk menyaksikan Kirab Air Salamun dalam Rebo Wekasan.

Menurut informasi, Kirab Air Salamun sudah ada sejak tahun 2009. Untuk peringatan Rebo Wekasan sendiri di desa tersebut malah sudah sejak 1900-an.

"Rebo wekasan di Jepang sudah ada sejak lama, sekitar tahun 1900-an. Acara tersebut digelar untuk berdoa kepada Allah supaya dilindungi dari bala dan musibah di hari Rabu pungkasan," kata Ketua Panitia Pelaksana, Nur Aziz pada Selasa (12/9/2023).

Air Keselamatan

Rombongan peserta kirab dari tiap RT tiba di panggung utama depan Wasjid Wali Al-Makmur. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Lalu, apa sebenarnya air salamun itu? Air salamun bermakna air keselamatan, Millens. Air tersebut diambil dari sumur yang ada di Masjid Wali Al-Makmur. Sumur dan masjid tersebut merupakan peninggalan Sunan Kudus atau Raden Ja'far Shodiq.

Selain memohon keselamatan, Kirab Budaya Air Salamun juga menjadi sarana mengajarkan masyarakat untuk mencintai budaya di daerahnya. Sembari ngalap berkah air salamun (keselamatan) di Rabu Wekasan, mereka tampak antusias dan semangat mengikuti rangkaian acara dari awal sampai akhir.

Setiap kelompok peserta kirab membawa air salamun. Tak cuma itu, mereka juga memboyong gunungan berukuran besar berisikan hasil bumi. Setelah mengelilingi desa, saya dan warga lainnya menyaksikan persembahan seni budaya.

Sudah bisa saya terka, suasana kian meriah ketika para warga unjuk gigi dalam menampilkan pertunjukkan. Terlihat jelas mereka merasa terhibur, gembira, rukun dan membaur dalam tradisi Rebo Wekasan.

Masyarakat berkumpul di depan masjid wali menyaksikan gelaran Kirab Air Salamun Rebo Wekasan. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Mencintai Budaya

Penari barongan sedang beratraksi bersama anak yang membawa api. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Saat menyaksikan ramainya tradisi Rebo Wekasan tersebut, saya melihat banyak sekali anak-anak yang berpartisipasi. Tanpa canggung mereka melakukan persembahan budaya lengkap dengan kostum dan riasan yang menarik. Tak mau ketinggalan momentum, saya pun mengumpulkan banyak potret keseruan anak-anak itu dalam menyalurkan bakatnya.

Rupanya, partisipasi para generasi muda ini juga disyukuri oleh Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudar) Kabupaten Kudus, Mutrikah. Dia bangga dengan para anak yang meski hidup di zaman modern tak lupa dengan peninggalan leluhur.

"Kirab Rebo Wekasan ini dapat menjadi sarana edukasi bagi anak-anak dan generasi muda untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal," ungkapnya.

Selepas kirab, masyarakat menyerbu gunungan hasil bumi untuk ngalap atau mendapatkan berkah. (Inibaru.id/ Hasyim Asnawi)

Perempuan yang akrab disapa Tika itu menilai keterlibatan anak-anak dalam tradisi desa itu bisa menjadi contoh bagi desa lain. Dampak positif berkelanjutan dari hal adalah adanya usaha untuk memajukan dan melestarikan kearifan lokal di daerah.

"Ini merupakan kesadaran yang perlu ditumbuhkan sejak dini. Sehingga, masyarakat dan pemerintah bisa kompak dalam mengembangkan potensi desa, menjadikan daya tarik bagi wisatawan," tandasnya.

Rebo Wekasan adalah tradisi untuk meminta keselamatan. Menurut saya, tradisi ini akan bertahan dalam waktu yang lama jika antusias para generasi muda selalu seperti yang saya lihat kemarin: aktif mengambil peran. (Hasyim Asnawi/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024