BerandaTradisinesia
Senin, 26 Mar 2023 08:00

Ki Ageng Suryomentaram, sang Plato dari Jawa

Ki Ageng Suryomentaram yang selalu menggunakan kain batik motif parang rusak barong di lehernya sebagai simbol perlawanan. (Kawruhjiwo.blogspot)

Meski lahir di tengah keluarga priyayi Jawa, nggak membuat Ki Ageng Suryomentaram puas dengan statusnya. Dia justru lebih senang berkutat dengan filsafat sehingga dikenal sebagai Plato dari Jawa.

Inibaru.id – Previlej, satu kata yang kini masyhur digunakan sebetulnya sudah ada sejak zaman dahulu. Yang biasa menerapkan pelafalan kata ini biasanya adalah anak, cucu, dan anggota keluarga dari Kerajaan. Sebagai orang biasa, tentu menganggap bahwa status ini sangat istimewa dan menjadi impian.

Namun, bagi Bendara Raden Mas Kudiarmaji atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Ageng Suryomentaram, status sebagai royal family merupakan beban.

Lahir pada hari Jumat Kliwon, 20 Mei 1892, BRM Kudiarmaji adalah anak ke-55 dari 79 bersaudara. Ayahnya adalah Sri Sultan Hamengku Buwana VII dan Ibunya adalah seorang garwa ampean bernama Bendara Raden Ayu Retnomandaya, putri Patih Danureja VI atau Pangeran Cakraningrat.

Seperti anak bangsawan lainnya, BRM Kudiarmaji menempuh pendidikan yang layak sedari kecil. Dirinya memang gemar belajar dan membaca buku filsafat, sejarah, ilmu jiwa, dan agama. BRM Kudiarmaji juga merupakan salah satu murid dari K.H. Achmad Dahlan, sang pendiri Muhammadiyah.

Hidup dalam Kungkungan dan Tradisi Kaku

Menginjak umur yang ke-18, BRM Kudiarmaji diangkat menjadi pangeran dengan gelar Bendara Pangeran Harya Suryomentaram. Kedudukannya sebagai pangeran membuatnya mendapat banyak fasilitas, seperti tempat tinggal, gaji bulanan, kendaraan, pengawalan, dan tanah. Namun semua yang didapatnya nggak membuatnya bahagia tetapi malah gelisah yang dirasakan.

Dirinya menganggap bahwa orang-orang hanya baik karena silsilah keluarga dan derajatnya, bukan dari sifat kepribadiannya. Dirinya pun merasa lingkungan keratonlah yang menjadi penyebab atas pemikirannya itu. Tradisi kaku yang selalu mengungkungnya.

Makin nggak betah, BRM Kudiarmaji akhirnya minggat dari keraton. Dirinya kabur ke Cilacap menjadi pedagang batik dan ikat pinggang. Memulai karir sebagai rakyat jelata, kehidupan nyaman tentang duniawi mulai dinikmati oleh BRM Kudiarmaji. Nggak lama, sang Ayah mengirim orang untuk membawanya kembali ke rumah, BRM Kudiarmaji ditemukan di Kroya saat sedang menggali sumur.

Ki Ageng Suryomentaram yang kala itu dipanggil ke Istana Merdeka menemu Presiden Soekarno. (Twitter @lantip)

Memulai Kehidupan Baru

Kepulangannya ke rumah membawanya pada kehidupan yang sama. Rasa gelisah kembali muncul. BRM Kudiarmaji sempat menjual barang-barang miliknya dan membagikannya ke masyarakat sipil, karena merasa harta yang didapat bukan karena usahanya. Sampai-sampai dirinya juga pergi ke tempat keramat untuk tirakat dan berguru ke banyak tempat untuk mencari ketenangan.

Pada 1921, ketika usianya menginjak 29 tahun ayahnya meninggal. BRM Kudiarmaji mengajukan permohonan berhenti dari kedudukannya sebagai pangeran kepada kakaknya yang dinobatkan sebagai pengganti ayahnya, yakni Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Cahaya ketenangan mulai merasuk dalam kehidupannya tatkala dirinya hidup sebagai petani di sebuah desa di lereng Gunung Merbabu.

Ada banyak kegiatan yang diikutinya saat itu. Mulai dari mengadakan sarasehan, merumuskan pendidikan bersama Ki Hajar Dewantara yang akhirnya menjadi Taman Siswa, dan aktif dalam menentang penjajahan Belanda hingga berakhir sebagai pemrakarsa tentara Pembela Tanah Air (PETA).

Nama BRM Kudiarmaji pun diubah menjadi Ki Ageng Suryomentaram atas pemberian dari Ki Hajar Dewantara. Sebuah paham pengetahuan Kawruh Beja atau pengetahuan tentang kebahagiaan yang lebih dikenal sebagai Kawruh Jiwa hingga kini masih diterapkan banyak filsuf dan orang-orang yang menikmati karya dan pemikirannya.

Saat sedang ceramah, tiba-tiba Ki Ageng Suryomentaram jatuh sakit dan kemudian dirawat di rumah sakit. Kondisinya nggak kunjung membaik hingga mangkat pada 18 Maret 1962. Sepeninggalnya, ajaran-ajaran dari Ki Ageng Suryomentaram banyak dibukukan. Mungkin, kamu salah satu pemilik buku itu, Millens? (IB31/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: