BerandaTradisinesia
Senin, 10 Mar 2024 06:50

Cerita Batu Yoni 1 Ton yang 'Pulang' ke Embung Sikajar Klaten

Embung Sikajar di Desa Pondok, Klaten. (Pemdes Desa Pondok)

Di Embung Sikajar, Klaten, ada batu yoni 1 ton yang sudah eksis sejak masa Kerajaan Mataram Kuno. Batu yoni ini kembali ke kawasan embung tersebut setelah pindah ke tengah kampung sejak 1995.

Inibaru.id – Dari sekian banyak tempat wisata air yang ada di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Barangkali kisah Embung Sikajar yang ada di Desa Pondok, Kecamatan Karanganom yang paling unik. Apalagi, baru-baru ini ada kabar tentang kembalinya sebuah batu yoni seberat 1 ton ke kawasan embung tersebut.

Embung Sikajar bisa kamu temui kurang lebih 11 kilometer ke arah utara dari Alun-alun Klaten. Meski kawasan embung ini baru benar-benar diurus pada awal 2020-an, masyarakat setempat meyakini mata air di kawasan tersebut sudah eksis sejak zaman kerajaan. Keberadaan batu yoni 1 ton di kawasan itu jadi buktinya.

“Batu yoni dikenal sebagai simbol kesuburan pada masa Kerajaan Mataram Kuno yang eksis pada abad ke-8 sampai abad ke-9 Masehi. Dulu masyarakat Mataram Kuno memuja Dewi Parvati sebagai Dewi Kesuburan,” jelas salah seorang pegiat budaya dari Klaten, Hari Wahyudi sebagaimana dilansir dari Solopos, Selasa (5/3/2024).

Mengingat Klaten pada zaman dahulu masuk wilayah Mataram Kuno, bukan hal aneh melihat batu-batu yoni beterbaran di sana. Selain batu yoni yang ada di Embung Sikajar, ada 125 batu yoni lainnya yang kebanyakan ditemui di area persawahan, dekat dengan sumber air, atau aliran sungai.

Tunggu dulu, kalau memang yoni dengan ukuran 84 cm x 84 cm x 78 cm ini memang aslinya ada di kawasan Embung Sikajar, mengapa sempat berada di tempat lain dan kemudian kembali baru-baru ini?

Batu yoni 1 ton yang kembali ke Embung Sikajar. (Radarsolo/Angga Purenda)

Kepala Desa Pondok Budi Utama punya ceritanya. Jadi, sejak dulu masyarakat setempat sudah tahu dengan keberadaan sumber mata air kuno dengan batu yoni bersejarah di dekatnya. Sayangnya, kawasan di sekitar sumber mata air yang dulunya adalah area persawahan subur itu nggak diurus dengan benar sejak 1980-an.

Nggak ingin batu yoni bersejarah itu jadi rusak, pemerintah desa dan warga pun memindahkan batu yoni itu ke tengah perkampungan warga yang berjarak kurang lebih 400 meter dari posisi aslinya pada 1995 sebagai simbol desa. Nah, barulah pada 2020, pemerintah desa melakukan pengelolaan kawasan Embung Sikajar dengan dana kurang lebih Rp1 miliar.

“Memang dari dulu sudah ada sumber mata air ini meski debitnya kecil. Kita kelola aga bisa dimanfaatkan untuk peternakan, perikanan, atau perkebunan. Karena sudah dikelola dengan baik, kami kembalikan batu yoni bersejarah ini ke tempat asalnya. Sebelumnya kita juga sudah melakukan kajian dengan pegiat cagar budaya agar bisa mengembalikan batu yoninya dengan benar demi menghargai karya para leluhur” terang Budi, Selasa (5/3).

Oleh karena itulah, cerat batu yoni tersebut diposisikan mengarah ke utara, sesuai dengan posisi batu yoni sebagaimana saat sebelum dipindahkan dulu. Memang, ada bagian ceratnya yang sudah hilang. Setidaknya posisinya sudah sesuai dengan saat batu yoni ini dibuat pada masa kerajaan, meski fungsinya nggak lagi sebagai tempat pemujaan.

Hm, menarik juga ya kisah tentang batu yoni di Embung Sikajar ini. Gimana, Millens, tertarik nggak melihat langsung embung ini di Klaten? (Arei Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024