BerandaHits
Minggu, 5 Okt 2024 15:44

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

Pagar perumahan di London yang dulunya adalah tandu masa Perang Dunia II. (Medium/Geographical Magazine)

Sekilas seperti pagar perumahan biasa di Kota London. Tapi, pagar-pagar ini ternyata dulu adalah tandu pada masa Perang Dunia II. Bagaimana ceritanya, ya?

Inibaru.id – Kalau kamu punya rezeki atau kesempatan untuk datang ke London, Inggris, coba deh datang ke bagian selatan ini, tepatnya di perumahan bernama Becket House yang ada di antara Beckeet Street, Pilgimage Street, dan Tabard Street. Kamu pasti bakal menemukan pagar perumahan yang sangat unik dengan bentuk yang nggak biasa.

Untuk mencapai kawasan tersebut, kamu tinggal memakai kereta bawah tanah dan turun di Stasiun Borough. Setelah jalan kaki sebentar ke perumahan yang masih kaya akan pepohonan tersebut, kamu bakal melihat susunan pagar yang cukup aneh dan terbuat dari bahan logam berwarna hitam.

Jika pagar biasanya dibuat lurus, termasuk pada bagian mistar atau pagarnya, pagar perumahan ini justru memiliki lengkungan pada bagian mistar yang dekat dengan tiang di mana pagar tersebut dipasang. Selain itu, pada bagian bawah pagar, ada celah yang membuat pagar ini mudah disusupi oleh hewan seperti kucing, anjing kecil, atau ular.

Jika kamu lihat lagi dengan saksama bentuk pagar ini seperti tandu P3K yang kerap ditemukan di ambulans atau di lapangan sepak bola. Tapi, tandunya diberdirikan seperti bentuk persegi panjang. Realitanya, pagar tersebut memang aslinya adalah tandu, Millens.

Kok bisa-bisanya tandu yang biasanya dipakai untuk membawa orang terluka, orang sakit, atau orang yang baru saja jadi korban kecelakaan malah jadi pagar? Kalau soal itu, ternyata ada sejarahnya, Millens. Semua gara-gara serangan Blitz yang dilancarkan Jerman ke Inggris Raya pada awal Perang Dunia II.

Tandu-tandu ini dipakai untuk menolong banyak orang pada masa Perang Dunia II. (Medium/Geographical Magazine)

Serangan Blitz berlangsung dari September 1940 sampai Mei 1941. Sebanyak 16 kota dihantam lebih dari 100 ton bom dan bahan peledak lainnya, termasuk London, Liverpool, Birmingham, Glasgow, dan lain-lain. Jerman melakukannya demi menghancurkan infrastruktur dan ekonomi Inggris sampai menyerah.

Di London, pengeboman berlangsung 57 hari berturut-turut dengan total korban jiwa 40 ribuan alias lebih dari separuh populasi kota tersebut. Melihat tingginya jumlah korban berjatuhan, pemerintah pun membutuhkan tambahan peralatan medis, termasuk tandu untuk membawa korban dari pihak militer ataupun rakyat sipil.

Keputusan strategis dibuat. Pagar-pagar besi di seantero perumahan atau bangunan lainnya di London diambil untuk dijadikan tandu darurat. Pemilihan satu jenis bahan saja untuk tandu tersebut semata hanya agar cepat untuk dibuat dan segera bisa dipakai untuk menolong banyak orang atau setidaknya mengevakuasi korban yang masih hidup dari tempat yang berbahaya ke tempat yang lebih aman.

“Keuntungan lain, karena terbuat dari besi, mudah dicuci kalau tiba-tiba terkena gas beracun yang kala itu banyak dipakai di zaman perang. Bagian mistarnya juga dibengkokkan agar mudah diambil jika sewaktu-waktu diperlukan,” ucap akun X yang kerap membahas sejarah @history_alice, Jumat (4/10/2024).

Saat perang sudah berakhir, ribuan tandu logam ini kemudian “dikembalikan” ke fungsi aslinya, yaitu sebagai pagar perumahan. Tapi, karena kondisi perekonomian kala itu masih hancur pasca-perang, tandu-tandu ini nggak dilebur untuk dibentuk pagar kembali. Melainkan dipasang begitu saja menjadi pagar yang bertahan hingga sekarang. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

KPU Jateng Fasilitasi Debat Cagub-Cawagub Tiga Kali di Semarang

4 Okt 2024

Masih Berdiri, Begini Keindahan Bekas Kantor Onderdistrict Rongkop Peninggalan Zaman Belanda

4 Okt 2024

Gen Z Cantumkan Tagar DESPERATE di LinkedIn, Ekspresikan Keputusasaan

4 Okt 2024

Sekarang, Video Call di WhatsApp Bisa Pakai Filter dan Latar Belakang!

4 Okt 2024

Mengapa Banyak Anak Muda Indonesia Terjerat Pinjol?

4 Okt 2024

Ini Waktu Terbaik untuk Memakai Parfum

4 Okt 2024

Wisata Alam di Pati, Hutan Pinus Gunungsari: Fasilitas dan Rencana Pengembangan

4 Okt 2024

KAI Daop 4 Semarang Pastikan Petugas Operasional Bebas Narkoba Lewat Tes Urine

4 Okt 2024

Indahnya Pemandangan Atas Awan Kabupaten Semarang di Goa Rong View

5 Okt 2024

Gelar HC Raffi Ahmad Terancam Nggak Diakui, Dirjen Dikti: Kampusnya Ilegal

5 Okt 2024

Kisah Pagar Perumahan di London yang Dulunya adalah Tandu Masa Perang Dunia

5 Okt 2024

Penghargaan Gelar Doktor Honoris Causa, Pengakuan atas Kontribusi Luar Biasa

5 Okt 2024

Ekonom Beberkan Tanda-Tanda Kondisi Ekonomi Indonesia Sedang Nggak Baik

5 Okt 2024

Tembakau Kambangan dan Tingwe Gambang Sutra di Kudus

5 Okt 2024

Peparnas XVII Solo Raya Dibuka Besok, Tiket Sudah Habis Diserbu dalam 24 Jam

5 Okt 2024

Pantura Masih Pancaroba, Akhir Oktober Hujan, Masyarakat Diminta Jaga Kesehatan

6 Okt 2024

Pasrah Melihat Masa Depan, Gen Z dan Milenial Lebih Memilih Doom Spending

6 Okt 2024

Menikmati Keseruan Susur Gua Pancur Pati

6 Okt 2024

Menilik Tempat Produksi Blangkon di Gunungkidul

6 Okt 2024

Hanya Menerima 10 Pengunjung Per Hari, Begini Uniknya Warung Tepi Kota Sleman

6 Okt 2024