Inibaru.id – Siapa sangka di balik selalu ramainya Alun-Alun Klaten, terdapat sebuah benda keramat. Benda tersebut adalah sebuah batu yang sebenarnya memiliki bentuk seperti lumpang. Lokasinya ada di bawah pohon beringin yang ada di bagian timur alun-alun.
Kalau kamu bukan warga asli Klaten, wajar jika nggak begitu ngeh dengan batu keramat ini. Tapi, bagi warga Klaten, khususnya yang sudah berusia dewasa, batu ini cukup populer karena sering terkait dengan cerita mistis. Apalagi, disekitar batu tersebut terdapat pagar besi sebagai pelindung. Lantai di sekitar batu tersebut juga dicor sehingga terlihat lebih terawat.
Bahkan, menurut cerita warga setempat bernama Sutik, sebelum Alun-Alun Klaten direnovasi pada 2022, banyak warga dan pedagang yang ada di lokasi tersebut yang meletakkan sesaji pada batu tersebut, khususnya pada malam Jumat Kliwon.
Hal yang sama juga dilakukan jika ada gelaran musik di Alun-Alun. Alasannya, dengan melakukannya, diharapkan acara bisa berlangsung dengan lancar tanpa gangguan.
Konon, tradisi meletakkan sesasi ini juga sudah ditemui di zaman Orde Baru. Kala itu, acara yang digelar di sana bukanlah pertunjukan musik, melainkan wayang kulit atau ketoprak. Layaknya sekarang, peletakkan sesaji dianggap penting untuk dilakukan.
“Jadi sebelum acara dilaksanakan, di sini ada kenduri dan peletakkan sesaji. Harapannya tentu saja agar acaranya lancar. Kalau sekarang sudah nggak banyak yang meletakkannya, paling satu atau dua orang,” ujar laki-laki yang tinggal di Tegal Blateran, Kelurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten kota ini sebagaimana dilansir dari Radarsolo, Minggu (24/12/2023).
Memangnya, bakal ada kejadian apa kalau sampai sesaji nggak diletakkan di sana? Kalau menurut Sutik, sudah pernah terjadi kasus-kasus yang cukup mengherankan terkait dengan batu tersebut.
“Dulu kan batunya ada di pinggir jalan, nggak seperti sekarang yang sudah di dalam alun-alun. Pas 1970-an, ada truk nggak sengaja melindas batu tersebut. Nggak lama kemudian truk itu macet, nggak bisa nyala. Selain itu, saat alun-alun itu direnovasi dan proyeknya mengenai batu tersebut, ada pekerja yang mengenai kecelakaan,” lanjutnya.
Sayangnya, nggak jelas kapan kejadian renovasi alun-alun tersebut. Pasalnya, dalam sejarah, Alun-Alun Klaten sudah direnovasi sebanyak 4 kali.
Yang menarik, jika sebagian masyarakat mengaitkannya dengan hal mistis, pegiat budaya Klaten Hari Wahyudi justru menganggap batu berbentuk lumpang itu sebenarnya hanyalah salah satu bagian bekas parit pada zaman dahulu.
Hm, apapun itu, cukup menarik juga ya kisah mistis dari sebuah batu keramat yang ada di Alun-Alun Klaten, ini. Kalau kamu kebetulan mampir di sana, cobain deh mengeceknya sendiri, Millens. (Arie Widodo/E05)