Inibaru.id – Umumnya, nama jalan di suatu daerah diambil dari tokoh-tokoh terkemuka seperti pahlawan, nama kiai yang terpandang, atau orang-orang yang dianggap berjasa lainnya. Tapi, di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah beda. Merka justru mengambil nama-nama mantan kepala desa (kades) yang sudah meninggal sebagai nama jalan. Kok, bisa?
Di desa yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari pusat kota Klaten ini, papan nama jalannya memang nggak jauh beda dari papan nama jalan pada umumnya yang terbuat dari besi dengan warna dasar hijau dan warna huruf putih. Layaknya di jalan-jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta lainnya, nama jalannya ditulis dengan aksara Romawi dan aksara Jawa.
Tapi, begitu kamu membaca nama tokoh yang ditulis pada papan nama jalan itu, pasti bakal bertanya-tanya. Soalnya, kalau bukan warga setempat, besar kemungkinan nggak pernah mendengarnya sebelumnya. Nama tokoh-tokohnya adalah Harjo Martono, Wiro Sukamto, Purwo Sarjono, Zubaidah, Harjo Suwignyo, dan lain-lain. Mereka semua adalah mantan kades yang pernah memimpin Desa Sidowayah.
Kalau menurut kades yang menjabat sekarang Mujahid Jariyanto, sudah ada 50 jalan yang dinamai dengan tokoh-tokoh setempat yang dihargai jasanya. Proses penamaan ini sudah dilakukan dalam kurun waktu setahun belakangan.
“Selain kepala desa yang sudah meninggal, ada juga tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga pahlawan pejuang kemerdekaan dari Sidowayah yang sudah tutup usia. Kalau perangkat desa yang masih hidup nggak kita pakai,” jelas Mujahid sebagaimana dilansir dari Detik, Senin (11/12/2023).
Saking seriusnya penamaan jalan dengan nama-nama tokoh setempat, pihak pemerintah desa sampai menyertifikatkan nama-nama jalan tersebut ke kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Kok bisa sampai seserius itu? Intinya sih biar warga desa mengingat jasa para tokoh-tokoh dan pahlawan dari desa tersebut. Apalagi nama jalannya juga disesuaikan dengan tempat tinggalnya dulu.
Ide unik ini ternyata disambut baik oleh warga setempat. Bagi mereka, nama-nama jalan ini lebih baik daripada nama jalan-jalan yang biasa saja.
“Ya daripada cuma memakai nama bunga kan lebih baik nama pejabat desa atau para sesepuh yang sudah berjasa. Jadi generasi muda nggak lupa dengan jasa-jasa orang tua zaman dahulu,” ungkap warga setempat yang sudah berusia 62 tahun, Rusmini.
Hm, ide dari pemerintah desa Sidowayah ini menarik juga ya, Millens. Kalau di daerahmu tinggal, apakah ada nama jalan yang juga diambil dari tokoh lokal yang dianggap berjasa atau berpengaruh? (Arie Widodo/E05)