BerandaPasar Kreatif
Jumat, 31 Mar 2022 08:00

Tanpa Kenangan, Vespa Hanyalah Besi Tua yang Ketinggalan Zaman

Vespa klasik dan segala ceritanya. (Inibaru.id/ Bayu N)

Sebagian orang mengendarai vespa klasik bukan karena kemampuan mesinnya yang mumpuni, tapi lantaran banyak cerita dan kenangan yang pernah melekat di dalamnya.

Inibaru.id - “Vespa memanglah seperti kehidupan, kalau dipakai terus, semakin banyak cerita,” begitulah yang saya baca. Dulu, saya menganggap kutipan ini hanyalah romantisme para pecinta vespa. Namun, Artha berhasil mengubah persepsi ini.

Artha adalah pemilik Art Classico, toko suku cadang dan pernak-pernik vespa di Kota Semarang, Jawa Tengah. Perihal dunia per-vespa-an, pemuda bernama lengkap Artha Cipta Pratama itu memang sangat fasih lantaran hampir sepanjang hidupnya nggak lepas dari skuter klasik tersebut.

Kepada saya, Artha mengaku mengenal jenama skuter asal Italia itu sejak masih bocah.

"Dari kecil sudah (dibonceng) naik vespa. Bapak sering antar saya ke sekolah naik vespa. Ibu juga kadang naik vespa,” terang lelaki berkacamata itu saat saya temui di tokonya yang beralamat di Jalan Madukoro, Semarang Barat, belum lama ini.

Selain tempat jual beli onderdil vespa, toko Art Classico juga biasa digunakan untuk bercengkrama perihal vespa. (Inibaru.id/ Bayu N)

Artha mengatakan, orang tuanya menjadikan vespa sebagai kendaraan sehari-hari bukan karena hobi atau untuk gaya-gayaan laiknya anak muda zaman sekarang, tapi lantaran kondisi ekonomi. Mereka hanya mampu membeli vespa yang harganya jauh lebih murah dibanding motor baru.

Saat itu, sekitar dua dekade silam, kebanyakan vespa memang nggak ubahnya seperti besi tua yang mungkin selangkah lagi dimuseumkan. Pengendaranya kerap dipandang sebelah mata lantaran vespa kerap diasosiasikan dengan kendaraan tua yang selalu mogok di jalan dan nggak laku di pasaran.

Hal serupa juga dialami Artha. Dia mengaku pernah diremehkan temannya karena mengendarai vespa ke sekolah. Namun, kenangan itulah yang rupanya justru membuat dia sulit move on dari kendaraan yang diproduksi sejak 1946 tersebut, hingga berujung mendirikan Art Classico.

Nggak semata menyediakan onderdil vespa, Art Classico juga menjadi showroom jual beli vespa bekas yang cukup terkenal di Kota Lunpia. Dalam setahun, Artha mengaku pernah menjual hingga 120 vespa, dengan pembeli yang datang dari pelbagai wilayah di Indonesia

“(Selain Indonesia) kirim ke Malaysia dan beberapa negara tetangga lainnya juga,” kata lelaki nyentrik tersebut.

Punya Vespa, Banyak Teman 

Jangan heran kalau para pecinta vespa punya banyak stiker seperti ini, karena relasi mereka biasanya luas. (Inibaru.id/Bayu N)

Saat saya menemui di tokonya siang itu, Artha tengah asyik ngobrol dengan kawannya yang sepertinya juga menggandrungi vespa. Mereka banyak mengulas perkembangan dunia skuter klasik yang jujur cuma bisa saya tanggapi dengan nyengir kuda.

Namun, berada di antara kedua pencinta vespa tersebut, saya jadi paham kenapa ada yang bilang bahwa pemilik vespa pasti punya banyak teman. Menurut Artha dan temannya itu, solidaritas para pengendara vespa memang sangat tinggi.

“Solidaritas para anak vespa itu bukan omong kosong," terang Artha yang segera diiyakan temannya. “Jangankan sesama (anak) vespa, kami juga sering tergerak untuk membantu pengendara lain yang ada masalah di jalan.”

Artha pun kemudian bercerita satu pengalaman saat vespa yang ditungganginya mogok di jalan. Masih lekat di ingatannya, vespa yang dia kendarai mogok di bilangan Tembalang. Nggak lama, ada seorang pengendara vespa yang datang membantunya hingga skuternya bisa jalan lagi.

Banyak ilmu-ilmu Artha perihal vespa yang dia dapat dari rekan sesama pengguna vespanya. (Inibaru.id/Bayu N)

Dari pertemuan ini, mereka pun berkenalan dan semakin akrab. Di situlah Artha mengaku mulai banyak mendapatkan filosofi dan ilmu tentang dunia skuter klasik. Pengetahuan itulah yang kini banyak berguna untuk mengembangkan bisnisnya.

Menurut Artha, pengalaman semacam itu juga dialami oleh sebagian besar pengendara vespa di Tanah Air. Hal itu terlihat dari banyaknya komunitas vespa yang ada di Indonesia. Komunitas-komunitas itu bergerak dari ranah kecil hingga regional, bahkan nasional.

"Tentu saja banyak kenangan yang menyenangkan (dari memiliki vespa), meski nggak sedikit pula kenangan pahitnya," seru Artha, lalu terbahak.

Kenangan pahit yang dialami Artha, salah satunya adalah ketika dia dibuat kesal lantaran vespanya mendadak mogok di jalan pada waktu yang kurang tepat, misalnya saat akan menghadiri acara penting. Namanya juga motor klasik, kemungkinan vespa mengalami masalah di jalan memang nggak terhindarkan.

“Kalau mogok ya paling (skuter) saya tendangin!" kelakarnya sekaligus menutup obrolan kami.

Biar bagaimana pun, vespa tetaplah kendaraan klasik yang telah berusia puluhan tahun. Kemampuannya sudah jauh berkurang, bentuknya pun kadang usang. Tanpa kenangan, ia mungkin nggak lebih dari besi tua yang sudah ketinggalan zaman. Akur, Millens? (Bayu N/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024