BerandaPasar Kreatif
Kamis, 16 Nov 2022 19:00

Kopi Kampoeng Jrahi, Etalase 'Kopi Muria' di Kabupaten Pati

Ketika otak perlu inspirasi, secangkir kopi khas Desa Jrahi ini tentu menarik untuk dinikmati. (Instagram/Kopikampoengjrahi)

Etalase Kopi Muria yang kaya rempah di Kabupaten Pati bisa kamu temukan di Kopi Kampoeng Jrahi. Apa menariknya? Inilah cerita lengkap dari sang empunya.

Inibaru.id - Menjelang jam empat sore, aroma kopi biasanya sudah mulai memenuhi tiap sudut di kedai kopi Kampoeng Jrahi dan Aan telah bersedia di balik meja barista. Namun, hari itu berbeda, karena saya sudah lebih dulu mengajaknya mengobrol di sudut kedai yang berlokasi di punggung timur Gunung Muria tersebut.

Nggak lama setelah membuatkan secangkir kopi untuk saya, kami pun duduk beberapa jengkal dari meja barista. Muh Azharuddin atau akrab disapa Aan segera memperkenalkan diri. Dialah founder cum CEO Kopi Kampoeng Jrahi; sekaligus pemilik kedai kopi sederhana nan cozy yang saya sambangi itu.

Aan masih sangat muda. Usianya baru 24 tahun. Namun, pengalamannya berbisnis kopi nggak bisa dianggap kaleng-kaleng. Hal ini bisa dibuktikan dengan keberadaan Kopi Kampoeng Jrahi, UMKM yang menjual berbagai olahan kopi dari Jrahi, desa wisata di Kecamatan Gunungwungkal, Kabupaten Pati.

“Kopi Kampoeng Jrahi menjual olahan kopi bubuk dalam kemasan, kopi bubuk siap seduh dalam cup, biji kopi matang, serta aksesori seperti gelang dan tasbih biji kopi,” ungkap Aan nggak lama setelah memperkenalkan diri.

Menjual Kopi Lokal

Ngopi bareng teman sambil menikmati keindahan alam, kenapa nggak? (Instagram/Kopiojek.co)

Di kalangan pencinta kopi di Jrahi, Aan bukanlah nama yang asing. Begitu cintanya pemuda ramah ini pada kopi, dia mengaku hampir semua inovasinya nggak lepas dari si hitam berkafein itu. Selain kopi bubuk dan aksesori dari kopi, dia juga mengaku tengah membuat pengharum ruangan dari kopi.

Awal Agustus lalu, Aan juga mulai menjajakan kopi ala kafe dengan cara jemput bola, yakni berkeliling ke sekitar Jrahi lalu mangkal di jalan menuju tempat wisata di desa penghasil kopi tersebut. Untuk Pati dan sekitarnya, inovasi yang dia namai Kopi Ojek (Kojek) ini terbilang baru.

"Jrahi adalah penghasil kopi terbesar di Pati. Jadi, saya mencoba memanfaatkan peluang itu untuk membuat berbagai produk olahan kopi," kata Aan sembari menunjukkan produk kopi yang dia miliki. "Di sini (Jrahi) ada kopi Liberica, Robusta, dan Peaberry; sedangkan kopi Arabica dari Colo (Kudus)."

Ihwal mula terjun ke dunia kopi, lanjutnya, dimulai pada Maret 2019 silam. Kala itu, dia mendapat mata kuliah Entrepreneurship di bangku perkuliahan. Begitu tahu bahwa kopi punya kans bisnis yang cukup besar, dia pun segera mengembangkannya.

Upaya ini nggak serta-merta berhasil. Dalam perjalanannya, Aan mengaku juga menemui beberapa kendala. Salah satunya adalah sulitnya pemasaran regional lantaran lokasi desanya jauh dari kota. Namun, dia nggak menyerah.

"Ada banyak dukungan dari keluarga, teman, perangkat desa, dan beberapa dinas di kabupaten. Ini yang membuat saya tetap semangat berinovasi dalam berusaha," akunya, lalu tertawa.

Memanfaatkan Media Sosial

Muh Azharuddin alias Aan meneguk kopi khas lereng Muria di kebun kopinya. (Instagram/Kopikampoengjrahi)

Untuk pemasaran, saat ini Aan mengaku melakukan optimasi di media sosial di antaranya Instagram dan Facebook. Dari situ pulalah dia mulai dikenal masyarakat dan mulai sukses menggaet konsumen. Selain itu, dia juga memaksimalkan penjualan via marketplace seperti Shoppee dan Tiktok.

Sementara, untuk penjualan offline, Aan jualan kopi di kedai. Terus, dia juga banyak berjualan dengan memanfaatkan jaringan yang dimilikinya, baik dengan sistem konsinyasi atau reseller. Selain itu, dia juga menyuplai kopi ke kedai-kedai lokal di sekitar kediamannya.

"Harga kopi berkisar antara Rp12 ribu hingga Rp45 ribu per kemasan. Untuk produk kopi, omzetnya lebih dari Rp3 juta per bulan," papar Aan.

Kopi dari pegunungan Muria, imbuhnya, dicari masyarakat karena memiliki aroma yang kuat dan unik. Ini terjadi karena sebagian besar petani di Muria umumnya menanam kopi dengan sistem tumpang sari, yakni menyandingkan kopi bersama kapulaga atau di bawah pohon cengkih.

"Kopi Muria ini punya aroma rempah yang kuat," ujarnya.

Untuk menghasilkan kualitas terbaik, Aan menerapkan dua macam cara pengolahan biji kopi, yakni proses natural, yakni pengeringan langsung di bawah panas matahari; dan proses fermentasi yang dikenal sebagai wine process.

Aan mengatakan, semua ilmu tentang kopi didapatkannya melalui pengalaman. Menurutnya, yang terpenting dalam memulai usaha adalah berani keluar dari zona nyaman dan mulai dari usaha yang paling disukai.

“Dukungan modal penting, tapi yang terpenting adalah niat dan kemauan; jangan takut gagal!" tandasnya seraya mengakhiri obrolan kami.

Nggak terasa, sudah lebih dari satu jam kami mengobrol. Di antara kami sudah mulai banyak pembeli yang datang. Saya pun pulang membawa banyak mimpi dan rencana untuk membuat bisnis kopi sendiri. Duh, jualan kopi sendiri enak kali, ya? Ha-ha. (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024