Inibaru.id – Tahun 1726, Belanda meraih kejayaan dengan menjadi pengekspor kopi terbesar di dunia. Hal ini cukup ironis karena di Belanda, pohon kopi sama sekali nggak bisa tumbuh. Bisa dikatakan, kesuksesan Belanda pada masa itu sangat dipengaruhi oleh para petani di Jawa.
Beda dengan iklim Belanda yang dingin sehingga nggak cocok ditumbuhi pohon kopi, iklim Hindia Belanda sangatlah cocok. Pada 1723 saja, tercatat lebih dari satu juta pohon kopi Arabica tumbuh di Cianjur, Jawa Barat, lo.
Awal Mula Kopi Bisa Sampai ke Nusantara
Cerita kopi di Nusantara bermula dari kemenangan Belanda atas Portugis di Sri Lanka. Nah, pada 1656, Belanda menemukan berhektare-hektare kebun kopi terbengkalai di sana. Tahu kalau kopi punya potensi besar, Belanda pun mencoba untuk menanamnya sendiri.
Seorang pakar botani bernama Carolus Linnaeus kemudian dipekerjakan Belanda untuk mengembangkan budidaya kopi. Tapi, hasil penelitiannya justru mengungkap kalau cuaca dan iklim Eropa nggak cocok jadi tempat tanaman kopi Arabica tumbuh. Dia menyarankan penanaman kopi ini di wilayah beriklim sub-tropis dengan hawa pegunungan yang sejuk.
Belanda yang sudah menjajah Nusantara kemudian membawa benih kopi Arabica ke Batavia pada abad ke-17. Setelah melakukan beberapa kali percobaan penanaman benih kopi di wilayah-wilayah yang berbeda, akhirnya generasi awal kopi Arabica dari Jawa berhasil ditanam di wilayah pegunungan yang tanahnya kaya akan unsur vulkanik seperti Cianjur dan Kampung Baru (Bogor).
Kopi-kopi yang berhasil ditanam tersebut lantas dibawa ke Balai Penelitian Botani Amsterdam pada 1706. Berdasarkan riset di sana, terungkap kalau kualitas kopi dari Jawa ternyata sangat baik. Saking tingginya kualitas kopi tersebut, biji-biji hitam asal Cianjur ini berhasil memecahkan harga lelang tertinggi di Balai Lelang Amsterdam kala itu.
Pada awal abad ke-18, Cianjur merupakan pemasok kopi terbesar untuk VOC. Pasokan kopi semakin melimpah saat VOC memberlakukan sistem tanam paksa dengan nama Preanger Stelsel atau Sistem Priangan pada 1720. Saat itu, para bangsawan lokal yang berstatus menak dan santana menekan masyarakat kecil untuk menjual produk mereka hanya kepada VOC dengan harga murah.
Bupati Arya Wiratana III dari Cianjur menjadi penguasa lokal pertama di Priangan yang menyetor hampir seratus pikul kopi kepada VOC. Di bawah pemerintahannya pula, pada 1724, Cianjur pernah memanen kopi sebanyak 1.216.257 pikul yang harganya setara dengan 202.271,25 Ringgit saat itu.
Karena memiliki mutu yang sangat baik pada masanya, kopi-kopi yang dijual Belanda laris-manis. Belanda pun menjadi pemain utama dalam bisnis kopi dunia pada masa itu. Produk mereka populer dan dikenal hingga mancanegara sebagai Java Coffee atau Kopi Jawa. Maklum, sejatinya produk kopi mereka berasal dari tanah Cianjur, Jawa Barat.
Wah, cerita tentang sejarah kopi di Indonesia memang selalu menarik ya, Millens? (Kum, His/IB32/E07)