BerandaPasar Kreatif
Rabu, 24 Sep 2019 11:07

Gemblunk Eat Resto Semarang, Ada untuk Sesuatu yang Belum Ada

Gemblunk Eat sering digunakan sebagai tempat berkumpul. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Beralamat di Jalan Banjaran Selatan nomor 95 Semarang, Gemblunk Eat menawarkan suasana khas desa yang meneduhkan di lingkungan urban. Cocok sebagai tempat nongkrong dan kumpul keluarga, menu di sini diracik dengan rempah-rempah pilihan yang rasanya “tebal”. Penasaran?

Inibaru.id – Melihat Gemblunk Eat pertama kali, hal pertama yang saya rasakan adalah atmosfer “nggak biasanya”. Restoran berbentuk rumah adat joglo dengan tiga gazebo. Pohon jeruk bali, pohon kelapa, bunga kamboja, dan tanaman taman lainnya tumbuh di area restoran. Ketika masuk, interior dominan warna putih dengan gaya Jawa yang khas langsung terlihat.

Elemen kayu sangat kentara dari atap, kursi, meja, pilar, lampu, dan hiasan. Juga terdapat lampu-lampu unik khas kerajaan. Bentuk kursi kayunya mengingatkan saya dengan kursi saat SMA tahun 2000-an. Mejanya mengingatkan saya ketika berada di rumah nenek dan kakek. Lantainya berwarna cokelat khas tanah gembur, berpola lingkaran yang sempurna. Ada empat kentungan terpasang di tiga sisi pintu masuknya.

Desain Joglo yang sarat dengan nilai budaya dan seni. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Tertarik dengan konsepnya, saya pun mengulik lebih jauh terkait restoran ini. Saya bertemu dengan Indra Prasetya selaku Marketing Communication Gemblunk Eat. Dia menjelaskan pemilihan bentuk joglo memang bukan tanpa alasan.

“Kenapa joglo? Karena kita ingin mengembalikan esensi budaya. Restoran joglo masih jarang di kota Semarang. Kita membenturkan apa pun yang kita yakini baik untuk kita semua. Dengan booming coffee shop kita coba hadir di tengah-tengah coffee shop itu untuk jadi yang berbeda. Kita ada memang untuk yang tak ada,” katanya.

Desain unik dan kontras dengan bangunan di sekitarnya ini membuat orang-orang penasaran. Nggak terkecuali bule. Mereka tergoda untuk mampir, lo. Letak restoran yang strategis membuat pengunjung mudah mengaksesnya. Papan bertuliskan nama restoran pun sengaja dibuat miring untuk menarik perhatian.

Dibuka kali pertama pada 20 Maret 2019, nama Gemblunk berawal dari sebuah komunitas bernama Gemblunk yang bergerak di bidang budaya dan keagamaan. Setelah brand tersebut merupa nama restoran, para pendiri berharap orang yang makan di tempat ini menjadi "gemblung".

Gazebo outdoor yang nyaman. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Eits, bukan edan atau setengah gila beneran ya, tapi diartikan sebagai kalap ketika mencicipi makanan dan minuman di sini.

“Selain kita menyuguhkan tempat yang nyaman, kita juga punya kulinary yang punya cita rasa yang tinggi dengan rempah. Jadi orang kalau makan di sini yang selalu diomongkan rempahnya. Semisal saya mengajak teman ke sini, selalu yang keluar dari mulut mereka rempahnya tebal banget,” tutur Indra.

Bang Jack, Marketing Manager Gemblunk Eat juga mengatakan, berbagai menu tersedia dari main course, soup, snack, salad, coffee, coctail, hingga juice. Bahkan, restoran ini memiliki konsultan kuliner yang mumpuni. Wah! Nggak heran jika para pengunjung jatuh cinta dengan ayam cilantro gemblunk dan sup ikan sanur yang berbumbu dan gurih.

Tempat barista meracik kopi khas Gemblunk Eat. (Inibaru.id/ Isma Swastiningrum)

Selain itu, pengelola restoran juga menerapkan prinsip kekeluargaan. Untuk menciptakan suasana yang akrab, para karyawan yang umumnya anak muda dengan ramah mengajak para tamu berbincang.

Nyatanya perlakuan manis ini membuat pengunjung merasa nyaman. Sera misalnya. Saking nyamannya, dia selalu memilih restoran ini untuk menggelar rapat. Selain perkara karyawan yang humble, dia juga terkesan dengan interior restoran. “Penataan restoran kayak kedesa-desaan. Suasananya enak. Sering ke sini sama teman untuk briefing dan rapat-rapat EO,” katanya.

O ya, untuk menemanimu menyantap makanan yang bikin gemblung alunan lagu berbagai genre akan diputar. Seperti saat saya datang, lagu favorit saya terdengar. Wah, serasa disambut. Mana mungkin saya nggak ikut bersenandung bersama Boy Pablo? “She doesn’t know, who he is. No, she doesn’t know who he's up to...” (Isma Swastiningrum/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Polda Jateng Periksa Senjata Anggota, Buntut Penembakan Siswa SMK hingga Tewas

24 Des 2024

Event Tari Gagal, Penyelenggara Dilaporkan Ke Polda Jateng

24 Des 2024

Mi Dadat Pak Karnan, Legenda Kuliner di Jekulo, Kudus

24 Des 2024

Pemkot Fukushima Jepang bakal Sebar Identitas Pembuang Sampah Sembarangan

24 Des 2024

Sementara di Jabodetabek, Minyak Jelantah Bisa Ditukar dengan Uang di Pertamina

24 Des 2024

'Brain Rot' di Kalangan Gen Alpha, Sebuah Fenomena dan Dampaknya

24 Des 2024

Wisatawan di Jateng Diprediksi Capai 6,4 Juta Selama Libur Nataru

24 Des 2024

Uang Palsu dari UIN Makassar Diklaim Bisa Masuk ATM, Benarkah?

24 Des 2024

Kematian Dokter PPDS Anestesi Undip: Polisi Tetapkan Tiga Tersangka

25 Des 2024

Merah dan Hijau, Dua Warna yang Selalu Ada di Perayaan Natal

25 Des 2024

Tradisi Toleransi yang Terus Dijaga saat Perayaan Natal di Dusun Thekelan, Kabupaten Semarang

25 Des 2024

Penjual Bungeoppang, Roti Ikan Khas Korea, Semakin Langka

25 Des 2024

Cerita Kakek Mulyanto Dapatkan Ganti Rugi Tanah 30 cm2 karena Terdampak Proyek Tol Yogya - Bawen

25 Des 2024

Kurangi Kepadatan, Rest Area KM 445 B Tuntang Difungsikan untuk Libur Nataru 2025

25 Des 2024

Aktivitas Fisik sebagai Cara Mencegah Brain Rot pada Anak

25 Des 2024

Peneliti BRIN: Hindari Naik Gunung Dulu Hingga Akhir Tahun

26 Des 2024

Badan Gizi Nasional Tegaskan Program Makan Gratis Nggak Dipungut Biaya

26 Des 2024

Hanya Dua Jenis Pengendara Sepeda Motor di Korea: Kurir dan Orang Kaya

26 Des 2024

Bledug Kramesan, 'Gunung Mini' yang Menarik di Grobogan

26 Des 2024

UMK Sukoharjo 2025 Berlaku 1 Januari, Pemkab Pastikan Nggak Ada Penangguhan

26 Des 2024