BerandaPasar Kreatif
Minggu, 24 Mar 2018 07:52

Menangguk Untung dari Pohon Surgawi

Pohon tin. (Medium.com)

Pohon tin yang sering disebut sebagai pohon surgawi itu bisa dibudidayakan. Yang jelas, menguntungkan banget!

Inibaru.id – Budi daya tanaman yang berkhasiat sebagai obat bisa menjadi pilihan pekerjaan yang menjanjikan, lo. Ritha Adianto, seorang warga Bontang, Kalimantan Timur fokus membudidayakan pohon tin yang bermanfaat mengobati berbagai penyakit.

Ide kreatif Ritha bermula dari sakit yang dideritanya pada Juni 2015. Saat itu, Ritha bahkan nggak mampu berdiri. Berdasarkan diagnosis dokter, Ritha terkena kolesterol tinggi dan asam urat. Ritha pun berusaha mencari obat herbal untuk menyembuhkannya. Nggak lama, dia mengetahui bahwa salah satu obat yang bisa dia gunakan adalah tanaman tin.

Ritha pun membeli tanaman tin dan mulai bereksperimen untuk meracik teh dari daun tin dengan cara merebusnya. Ternyata, setelah mengonsumi rebusan daun tin secara rutin, kondisi Ritha semakin membaik.

“Tiga hari pertama detoks, setelah itu normal, saya bisa bangkit. Sudah tidak kram-kram lagi. Padahal sebelumnya saya sampai merangkak kalau mau ke kamar mandi,” ujarnya, seperti ditulis jpnn.com (20/3/2018).

Istri dari Jumadianto ini pun jadi terinspirasi untuk menanam lebih banyak pohon tin. Ritha menanamnya di dalam pot. Mengutip bontangpost.id (19/3/2018), Ritha menyadari bahwa cuaca di Bontang lebih cocok untuk menanam pohon tin dalam pot. Jika ditanam di dalam tanah, hasilnya nggak terlalu bagus.

Baca juga:
Dari Tegal ke Berbagai Pertandingan Bulu Tangkis Dunia
Menggosok Tempurung Kelapa, Mencipta Kerajinan Unik

Awalnya, hanya ada dua tanaman tin jenis green dan purple di loteng rumahnya. Ritha lantas memperbanyaknya dengan cara mencangkoknya. Jumlah itu berlipat ganda hingga mencapai 40-an jenis tin.

Jadi Lahan Usaha

Ritha  memanen daun tin per dua pekan. Setiap panen, dia mendapat 20 sampai 30 kilogram daun basah. Pohon tin yang dia miliki tersebut dia jual setelah disangrai. Namun, meskipun proses sangrai membuat rasanya pas, warna yang dihasilkan nggak menarik. Ritha pun memutar otak dan mulai menjemur daun sebagai proses pengeringannya. Dengan begitu, warna hijau asli yang ada tetap bertahan. Rasanya pun nggak pahit, lo.

Jika musim hujan tiba, Ritha harus menggunakan oven untuk mengeringkan daun. Nah, tetapi, pengeringan dengan oven ternyata membuat daun menyusut lebih banyak, Millens. Kalau penjemuran biasa hanya mengakibatkan penyusutan sebesar 70 persen, pengeringan dengan oven ternyata menimbulkan penyusutan sebanyak 80 persen.

Ritha juga menawarkan produknya melalui media sosial. Banyak masyarakat yang berminat untuk membelinya, lo. Para pembeli itu datang dari berbagai daerah, termasuk Sumatera, Sulawesi, Jawa, dan Malaysia. Kebanyakan, konsumen tersebut menggunakannya sebagai obat penyakit ginjal dan diabetes.

Baca juga:
Menatah Wayang di Kampung Wayang
Kurcaci Bonggol Bambu Unik dari Blora

Bahkan, saking banyaknya peminat, Ritha pernah kewalahan karena jumlah yang dihasilkan saat panen masih terbatas. Jadi, pembeli perlu memesan terlebih dahulu sebelum mendapatkan produk. Tetapi, Millens nggak perlu khawatir, nih, karena saat ini jumlah daun teh sudah lebih banyak sehingga selalu siap dijual. Kemasan produk juga diperbarui agar lebih mengundang pembeli.

Kini, produk yang dijual Ritha sudah memiliki banyak inovasi, lo. Selain teh tubruk dan teh celup, Ritha juga menyuguhkan variasi produk dari buah tin, seperti selai, manisan, dan cokelat.

Menarik ya, Millens? Bagaimana, kamu mau ikut membudidayakan tanaman ini? (AYU/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024