BerandaPasar Kreatif
Rabu, 13 Mei 2025 11:01

Batik dan NFT; Upaya Gen-Z Lestarikan Budaya lewat Teknologi

Nggak hanya menjadi produk fisik, batik juga telah bertranformasi secara digital menjadi NFT. (Pixabay)

Sebagai warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO, batik memasuki era digital; generasi muda memanfaatkan teknologi NFT untuk melestarikan dan mempopulerkan batik di dunia maya.

Inibaru.id - Lahir dan besar di tengah masyarakat yang melakoni keseharian sebagai seniman batik membuat Mohamad Katibin terbiasa dengan warisan budaya Indonesia yang telah diakui UNESCO tersebut. Kendati nggak selihai ibunya, pemuda asal Pekalongan ini juga bisa membatik.

Sejak kecil, Katibin memang telah jatuh cinta pada kain bermotif asli Indonesia yang pembuatannya memerlukan lilin malam dan pewarna itu. Sewaktu kecil, dia suka menemani ibunya mengulas canting di atas kain atau membantu ayahnya ngleteki (melepas) lilin yang menempel pada kain selama proses membatik.

Kecintaan itu pula yang akhirnya membuat pemuda 19 tahun ini memilih jurusan desain komunikasi visual (DKV) di sebuah kampus swasta di Kota Semarang. Selain ingin mengembangkan batik jauh lebih luas dari "sekadar" kain, dia juga berharap bisa melestarikan warisan budaya ini hingga lintas geneasi.

"Pekalongan itu punya motif batik yang multikultur seperti Encim, Buketan, Tujuh Rupa, Jlamprang, dan lain-lain. Jangankan di bawah saya, generasi sebaya saya saja sudah banyak yang nggak kenal motif ini, padahal wong (orang) Pekalongan. Kan sayang banget!" tuturnya, Senin (12/5/2025).

Dikenal Luas tanpa Takut Dijiplak

Katibin menilai, salah satu alasan generasi muda kebanyakan nggak lagi mengenal motif batik khas daerahnya adalah karena para pebatik kini lebih memilih memproduksi kain sesuai dengan keinginan pasar; mementingkan kuantitas alih-alih kualitas.

"Batik tulis mulai jarang karena bikinnya lama, tergantikan oleh batik cetak atau print. Meski (harga) jauh lebih mahal, peminat batik tulis segmented dan rawan dijiplak orang. Serba salah. Ini pula yang saya takutkan. Saya pengin motif batik khas Pekalongan dikenal luas, tapi takut nantinya malah dijiplak," keluhnya.

Budaya saling jiplak memang nggak terhindarkan lagi. Hal ini disadari betul oleh Kamila, pebatik asal Solo yang saat ini tengah membantu temannya mengembangkan jenama batik rumahan di tanah kelahirannya itu. Namun, perempuan 27 tahun ini enggan mempermasalahkannya.

"Batik itu seperti lukisan; karya seni yang rawan di-repro. Melawannya ya dengan tetap berkarya. Inovasi. Sekarang sudah banyak yang bikin NFT. Itu juga menarik dicoba," terang Kamila, Selasa (13/5).

Menjadikan Batik sebagai NFT

Batik Jlamprang, motif khas Pekalongan yang masih cocok untuk kalangan generasi muda. (Antara via Indozone)

Perlu kamu tahu, Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Kementerian Perindustrian RI mencatat, sentra produksi batik di Indonesia pada 2024 mencapai ratusan buah. Industri terbesar berada di Jawa Tengah, disusul Jawa Timur, Jambi, dan Yogyakarta.

Sejak diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 2009, persepsi batik di kalangan generasi muda memang telah jauh berubah. Batik yang semula identik dengan busana formal mulai bergeser menjadi bagian dari produk fesyen modern yang elegan dan berkelas.

Milenial dan generazi (gen-Z) juga mulai melek dengan motif-motif batik tertentu yang dinilai "berharga". Bahkan, pada era digital ini, batik turut bertransformasi. Seperti kata Kamila, ada yang memanfaatkan teknologi Non-Fungible Token (NFT) untuk melestarikan dan mempopulerkan batik di dunia maya.

NFT memungkinkan karya seni digital, termasuk motif batik, untuk dimiliki secara unik dan autentik di blockchain. Proyek Amartya NFT yang digagas ilustrator Antonio Wisesa misalnya. Terinspirasi batik asli Indonesia, mereka telah meluncurkan 999 item koleksi.

Peran Generasi Muda dalam Tranformasi Batik

Antonio Wisesa berharap, masuknya batik ke ranah seni dunia meta ini akan membuat warisan budaya ini lebih dikenal secara global. Dalam proses penggarapan, lelaki yang akrab disapa Toni itu mengatakan banyak berkonsultasi dengan batik house Iwan Tirta Private Collection.

"Mereka sekaligus bertindak sebagai advisor Amartya NFT untuk mengembangkan karakter dan memilih nama untuk setiap Amartya yang diambil dari bahasa Sansekerta," terangnya saat meluncurkan NFT ini sekiar dua tahun lalu.

Selain Amartya NFT, digitalisasi batik juga dilakukan oleh jenama batik terkenal di Tanah Air, yakni Batik Semar. Menggandeng PT Mitra Sangkara Abadi (MSA), mereka meluncurkan NFT eksklusif pada 2022 lalu.

Potensi untuk melakukan integrasi batik dengan teknologi NFT menunjukkan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan inovasi. Dengan dukungan generasi muda, batik nggak hanya bertahan, tapi juga berkembang dan dikenal luas pada era digital.

Bagaimana denganmu, apakah bakal turut ambil bagian dalam perjalanan panjang yang sepertinya akan kian gemilang di ranah kain indah bermotif seni klasik yang telah bertransformasi menjadi item fesyen elegan bernilai tinggi ini juga, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: