BerandaKulinary
Minggu, 9 Sep 2017 09:39

Tradisi Nyate Madura Ajarkan Persatuan

Tradisi Nyate Bareng Santri Tebuireng. (Foto: Zen Arivin/Okezone)

Kunci kenikmatan pada tradisi ini bukanlah pada hasil akhirnya, melainkan pada prosesnya yang “dibumbui” kebersamaan. Banyak hal dalam tradisi ini yang menuntut adanya aktivitas kolektif dan kerja sama.

Inibaru.id - Idul Adha membuat sebagian besar warga di Indonesia dilimpahi daging kambing atau sapi. Sebagian warga kemudian membuat tradisi memasak dan makan sate bersama keluarga, teman, tetangga, atau sanak saudara. Tradisi ini biasanya sering disebut dengan istilah “Nyate”.

Di masyarakat Madura, tradisi nyate berkembang luas hingga sekarang. Tak semata memasak dan makan sate, tradisi ini juga mengajarkan kebersamaan di antara anggota keluarga, tetangga, atau bahkan teman.

Nyate sendiri berasal dari kata “sate”, berupa makanan khas Indonesia yang berasal dari Pulau Jawa dan berkembang hingga seluruh Indonesia, bahkan mancanegara. Di Madura, tradisi nyate biasa dilakukan pada perayaan Hari Raya Idul Adha usai proses pemotongan hewan qurban.

Sate atau satai (KBBI) konon berasal dari bahasa Tamil. Diperkirakan, makanan lezat ini diciptakan pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19. Hal ini berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab dan pendatang Muslim Tamil dan Gujarat dari India ke Indonesia.

Baca juga: Tips Membungkus Daging Kurban dari LIPI Ini Perlu Diperhatikan

Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab. Dari Jawa, sate menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara yang menghasilkan beraneka ragam variasi sate.

Pada akhir abad ke-19, sate telah menyeberangi selat Malaka menuju Malaysia, Singapura, dan Thailand, dibawa oleh perantau Jawa dan Madura yang mulai berdagang sate di negeri jiran tersebut.

Sudah sejak lama orang Madura dikenal sebagai pembuat sate andal. Sate Madura sendiri merupakan jenis sate yang paling mudah ditemui di negeri ini. Sebagian besar penjual sate di pinggir jalan atau tempat-tempat umum adalah warga Madura.

Dengan bermodalkan daging dan bumbu seadanya, tradisi nyate pun bisa terasa nikmat di Madura. Entah magis apa yang dimiliki pulau yang terletak di sisi timur Pulau Jawa itu, hingga hidangan sate di sana bisa begitu nikmat.

Namun, seperti telah dikatakan sebelumnya, kunci kenikmatan pada tradisi ini bukanlah pada hasil akhirnya, melainkan pada prosesnya yang “dibumbui” kebersamaan. Banyak hal dalam tradisi ini yang menuntut adanya aktivitas kolektif dan kerja sama.

Dalam menusuk daging sate, membuat bumbu, hingga memanggang sate di atas bara api arang, sangat dibutuhkan kekompakan sebuah tim, terlebih jika yang dimasak cukup banyak.

Baca juga: Unik! 5 Tradisi Perayaan Idul Adha Ini Cuma Ada di Indonesia

Kendati terhitung masakan sederhana, memasak sate membutuhkan proses yang panjang dan cukup melelahkan. Untuk itulah diperlukan kerja sama para peserta tradisi nyate ini agar pekerjaan lebih ringan dan cepat kelar.

Di kalangan remaja, nyate biasa dijadikan sebagai ajang berkumpul. Tradisi ini tergolong positif karena dapat menguatkan persahabatan, rasa rendah hati, dan kekompakan. Selain berkumpul mereka juga dapat saling mengeratkan tali silaturahmi.

Tradisi ini konon membuat warga penduduk di pulau Madura memiliki rasa kekeluargaan yang sangat kental, baik ketika berada di tanah kelahirannya maupun saat berada di rantau.

Meski terkesan remeh-temeh, ternyata tradisi ini memiliki banyak hal positif untuk menguatkan rasa persatuan. Ya, seperti daging-daging sate yang menyatu dalam satu lidi, begitulah makna kebersamaan dalam tradisi nyate. (GIL/IB)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: