BerandaKulinary
Rabu, 30 Mei 2023 18:24

Rawon Tercantum di Prasasti Taji dari 901 Masehi

Rawon tercantum di Prasasti Taji. (Malayacafe)

Di Prasasti Taji, terdapat kata Rarrawan yang diyakini para peneliti sebagai rawon yang kita kenal sekarang. Apalagi, deskripsi akan makanan tersebut persis dengan rawon yang kita ketahui.

Inibaru.id – Rawon dikenal sebagai makanan khas Jawa Timur. Makanan yang berupa sup daging sapi dengan warna kuah yang gelap ini dikenal memiliki rasa dan aroma yang segar. Tapi, kamu tahu nggak kalau penganan ini sudah eksis selama ribuan tahun?

Yap, kamu nggak salah baca. Rawon sudah dikenal masyarakat Nusantara selama itu. Hal itu dibuktikan dengan dicantumkannya penganan ini di Prasasti Taji yang ditemukan di Dukuh Taji, Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo, Ponorogo, Jawa Timu, pada 1868.

Omong-omong, Prasasti Taji yang kini disimpan di Museum Nasional Indonesia ini terbuat dari tembaga. Prasasti tersebut ditemukan dalam bentuk pecahan. Sayangnya, dari total tujuh pecahan, yang baru ditemukan hanya lempeng pertama, ketiga, keenam, dan ketujuh. Prasasti yang ditulis dengan aksara dan Bahasa Jawa Kuno ini dibuat pada 823 Tahun Saka atau 8 April 901 Masehi.

Pembuatnya adalah Rakryan I Watu Tihang Pu Sanggraramadurandara untuk meresmikan kabikuan Dewasabha di Desa Taji. Tapi, ide pembuatan prasasti ini berasal dari Raja Medang atau Mataram Kuno pada saat itu, yaitu Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung.

Menurut pakar sekaligus sejarawan dunia kuliner Wira Hardyansyah lewat akun Instagram pribadinya @wirahardyansyah2.0 pada Rabu (7/12/2022), disebutkan bahwa pada Prasasti Taji terdapat kata ‘Rarrawan’ yang merujuk pada sebuah hidangan. Para peneliti yakin jika kata tersebut merujuk pada rawon yang kita kenal sekarang, Millens.

Prasati Taji yang kini ada di Museum Nasional Indonesia. (FB/Forkom Angon - KITLV KERN E12c)

Hal serupa juga diungkap Dosen Tata Boga Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Dwi Kristiastuti. Dia menyebut pada prasasti tersebut, Rarrawan disebut sebagai makanan dengan kuah hitam yang kaya akan rempah-rempah termasuk keluwek.

“Sepertinya daging (untuk rawon) yang dipakai saat itu adalah daging hasil buruan,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Jawapos, Senin (4/4/2022).

Dia juga menyebut penganan ini tercipta berkat kreativitas masyarakat Nusantara pada zaman dahulu yang memaksimalkan keluwek yang melimpah di Jawa Timur. Rempah ini diperam hingga hitam dan berminyak kemudian diolah besama dengan daging.

Penganan tersebut kemudian berkembang di banyak daerah di sekitar Jawa Timur. Hasilnya, rawon di satu daerah bisa memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan rawon di daerah lain. Sebagai contoh, ada rawon nguling yang populer karena potongan dagingnya cukup besar. Sebaliknya, ada rawon jenis lain yang justru memakai irisan daging tipis.

Apapun itu, cukup menarik ya fakta tentang rawon yang ternyata sudah eksis sejak lebih dari seribu tahun ini. Omong-omong, kamu suka nggak makan rawon, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024