Inibaru.id – Kita mengenal sagu sebagai makanan pokok sebagian orang Papua dan Maluku. Tapi sagu sebagai jajanan atau penganan diolah oleh banyak suku di Nusantara. Beberapa di antara jajanan berbahan sagu yang khas bisa kamu jumpai pada lompong sagu yang pada zaman old begitu digemari, khususnya oleh orang Minang dan Aceh.
Mau bukti? Dinukil dari Beritagar.id (6/6/2017), lagu tentang lompong sagu sempat populer pada sekitar 1960-1965. Penyanyi Elly Kasim yang melantunkannya: Lompong sagu lompong sagu bagulo lawang/Di tangah tangah di tangah tangah karambia mudo
Lompong sagu yang terbuat dari tepung sagu rumbia dulunya merupakan makanan pokok pengganti nasi. Tepung sagu diaduk dengan potongan pisang kepok, santan, dan kelapa. Setelah itu, adonan dibentuk persegi panjang dan di bagian tengahnya diisi gula aren. Penganan ini kemudian dibungkus dengan daun pisang, lalu dipanggang. Tapi perlu ekstrakerja saat memanggang lo, ya. Kenapa? Karena memanggangnya nggak boleh kena api langsung. Karena itu, umumnya pemanggangan dilakukan di atas bara sabut kelapa.
Ribet? Ya, kamu yang berada di era milenium dan mendaku sebagai generasi milenial boleh saja berpendapat cara memanggang itu nggak praktis banget. Tapi, mana ada pada zaman muda nenek-kakek kamu ada gas elpiji?
Baca juga:
Tertarik Bikin Lompong Sagu? Ikuti Resep Ini…
Ini Dia Tiga Resep Olahan Ayam Betutu Khas Bali
Sudah ya, meski mungkin ribet proses bikinnya, tapi coba saja kamu nikmati lompong sagu selagi hangat. Kata yang pernah makan, cita rasa manis dengan aroma khas dan tekstur kenyal itu menggugah selera. Bikin ketagihan.
Tapi persoalannya ini nih. Di Sumatera sebagai asal penganan lompok sagu ini, mencari jajanan itu atau orang yang membuatnya bak pepatah mengatakan mencari jarum di tumpukan jerami. Singkat kata, susah bin rumit. Singkat kata, kini semakin sulit mencari penganan tersebut.
Tapi jangan khawatir. Bila kamu ke Padang, kamu masih dikarunia berkah untuk mencicipi jajanan khas nan legendaris ini. Nggak banyak memang yang berjualan, tapi di kota Padang, kamu bisa mencari gerai Lompong Sagu Nizar yang berlokasi di Jalan Gunung Pangilun, Padang.
Seperti tulis Beritagar.id, Nizar, sang pemilik, sudah berjualan lompong sagu sejak 20 tahun lalu. Menurut Bani, adik Nizar yang membantu sang kakak membuat penganan ini, modal yang dibutuhkan sekitar Rp 200 ribu. Sementara hasil berjualan sehari kira-kira Rp 350 ribu.
Mereka berjualan dari pukul 14.00 WIB hingga malam menjelang. Satu lompong sagu seharga Rp 2 ribu.
Oya Millens, selain populer bagi orang Minang, lompong sagu juga jadi penganan khas di Kota Subulussalam, Aceh Singkil, Nangore Aceh Darussalam (NAD). Beda? Nggak. Jenis lompong sagu yang serupa, baik bahan maupun rasanya.
Nah di Subulussalam ini kamu terbilang beruntung bila ingin mencicipi lompong sagu. Penjualnya lumayan banyak, antara lain di Jalan Malikussaleh, samping terminal terpadu Subulussalam, Jalan Teuku Umar, depan Bazis, atau Lorong Damai Subulussalam Utara, dan Jalan T Nyak Adam Kamil.
Di tempat-tempat itu, para penjual membuka dagangan antara pukul 06.00 hingga pukul 10.00 WIB atau pukul 15.00 hingga pukul 20.00 WIB. Harganya sangat ramah kantong, seribu atau dua ribu rupiah saja per buah.
Nah, meski yang berjualan di Aceh lebih banyak dari yang di Padang, jumlahnya kalah jauh dari masa lalu. Lompong sagu bisa sangat mungkin akan jadi “masa lalu”.
Baca juga:
Sebatang Cokelat dengan Harga Bersahabat
kan Kuah Asam, Kuliner Hit di Kota Kupang
Perlukah disesali? Kalau konteksnya soal khazanah kuliner Nusantara, jawabannya jelas dan tegas: sangat disayangkan. Maka, apa yang pernah dilakukan The Trans Luxury Hotel Bandung pada 2016 yang menyajikan lompong sagu nya sebagai salah satu menu berbuka puasa khas Minang patut diacungi dua jempol tangan. Ya siapa tahu kamu juga terinspirasi ingin bisnis kue lompong sagu. Kalau seperti itu, Tim Millens Inibaru bilang: wujudkan!
Tapi bagaimana cara membuatnya? Ssst, nanti simak juga tulisan lain di kanal ini yang isinya soal cara membuat lompong sagu, ya. (EBC/SA).