BerandaKulinary
Minggu, 20 Des 2025 09:01

Cerita Tahu Gecot Pak Imoeh, Jadi Legenda Kuliner Purbalingga Sejak 1960-an

Tahu Gecot Pak Imoeh, kuliner legendaris Purbalingga. (Eko Susanto)

Eksis sejak 1960-an, Tahu Gecot Pak Imoeh menyajikan tahu campur istimewa yang bikin kangen siapa saja yang pernah mencobanya.

Inibaru.id - Kalau sedang main ke Purbalingga dan mencari kuliner legendaris, nama Tahu Gecot Pak Imoeh hampir pasti masuk daftar rekomendasi warga lokal. Bukan tanpa alasan, sajian sederhana berbahan tahu ini sudah menemani lidah masyarakat sejak era 1960-an dan tetap bertahan hingga sekarang, tanpa kehilangan rasa khasnya.

Warung Tahu Gecot Pak Imoeh berada di sudut timur laut Alun-alun Purbalingga, tepat di seberang Kantor Pos. Tempatnya tidak besar, hanya ruko sederhana, tapi justru dari sanalah aroma nostalgia dan rasa konsisten itu berasal. Di balik warung ini ada cerita panjang tentang usaha keluarga yang diwariskan lintas generasi.

Awalnya, tahu gecot ini dijajakan oleh Narsan, ayah dari Mustofa dan Nur Samsi. Sekitar tahun 1960, Narsan berjualan tahu campur dengan cara dipikul dan berkeliling kota. Seiring waktu, pelanggan makin banyak dan ia pun memutuskan membuka warung tetap. Lokasinya sempat berpindah-pindah mengikuti kondisi kota, sampai akhirnya menetap di lokasi yang sekarang sejak akhir 1970-an.

Nama “gecot” sendiri punya cerita unik. Dulu, karena pembelinya ramai dan harus antre, sering terdengar orang menggerutu minta cepat dilayani. Dari istilah Jawa “age-age nyocot” yang punya makna menggerutu tersebut, kemudian disingkat, lahirlah nama gecot yang akhirnya melekat sampai hari ini.

"Dari kata 'age-age nyocot', lalu disingkat jadi gecot," ucap Mustofa sebagaimana dinukil dari Suaramerdeka, Selasa (16/12/2025).

Warung Tahu Gecot Pak Imoeh di Purbalingga yang masih sederhana. (Google Street View)

Soal rasa, Tahu Gecot Pak Imoeh terkenal karena kesederhanaannya yang jujur. Proses penyajiannya pun masih sangat tradisional. Bawang putih dan cabai rawit digerus langsung di piring, lalu disiram saus kacang yang encer. Tahu putih yang baru digoreng ditambahkan bersama potongan ketupat, irisan kubis, kecambah rebus, kecap asin, kerupuk cantir, dan taburan bawang goreng.

Resepnya nyaris tidak berubah sejak dulu. Bumbu kacangnya masih menggunakan campuran gula Jawa dan kecap asin, menciptakan rasa gurih-manis yang jadi ciri khas. Inilah yang membuat pelanggan lama terus kembali, sementara pelanggan baru biasanya datang karena dikenalkan orang tuanya, lalu datang lagi bersama keluarga mereka sendiri.

Setelah Narsan wafat pada 2009, usaha ini diteruskan oleh kedua putranya. Nama warung pun berubah menjadi Tahu Gecot Pak Imoeh sejak 1997, diambil dari nama panggilan Nur Samsi. Kini, Imoeh dan Mustofa berjualan bergantian dari pagi hingga malam, dengan prinsip sederhana: warung jangan sampai tutup.

Seporsi tahu gecot dibanderol sekitar Rp15.000, dan biasanya makin nikmat jika ditambah mendoan hangat atau telur pindang. Dalam sehari, ratusan porsi bisa ludes, terutama saat akhir pekan.

Tahu Gecot Pak Imoeh bukan cuma soal makanan, tapi juga soal kenangan, konsistensi, dan rasa yang bertahan puluhan tahun. Di tengah kuliner modern yang terus bermunculan, tahu gecot ini jadi bukti bahwa cita rasa sederhana tetap punya tempat spesial di hati banyak orang. Jadi, kalau ke Purbalingga, jangan lupa untuk mencicipinya ya, Gez? (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Swike Cik Ping, Warisan Rasa yang Nggak Ada Matinya di Purwodadi

7 Des 2025

Jika Hidupmu Terburu-buru, Jadikanlah Slow Living sebagai Resolusi 2026

7 Des 2025

50+ Pertanyaan Sederhana untuk Mengenal Seseorang dengan Lebih Baik

7 Des 2025

Sebenarnya, Cokelat Makanan Sehat Atau Nggak?

7 Des 2025

Gubernur Luthfi Larang Keras Penambangan di Gunung Slamet

7 Des 2025

Nanggap Reog Singo Manggolo, Aksi Nyata Nguri-uri Budaya dan Pembangunan a la Sumanto

6 Des 2025

Petolo Mayang, Jajanan Tradisional yang Kian Langka di Solo

8 Des 2025

Menilik KUHP Baru, Memangnya Pelaku Kumpul Kebo Bisa Dipidana?

8 Des 2025

Sururi, Kiai Mangrove Semarang, Raih Penghargaan 'Pelopor Tanggap Bencana'

8 Des 2025

Kontingen Forbasi Semarang Borong Medali pada Forda Jateng 2025 di Solo

8 Des 2025

Awas Smartphone Pinky! Kelingking Cekung Akibat Genggam Ponsel Kelamaan

8 Des 2025

Politik Berbiaya Tinggi, Sumanto Sebut Sistem Pemilu Indonesia Sangat Liberal Sejak 2009

7 Des 2025

Anggotanya Beragam Parpol, Sumanto Akui Pimpin KNPI Nggak Mudah

8 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: