Inibaru.id – Sebagai warga asli Purbalingga yang tinggal di Kecamatan Bobotsari, Lukman Hakim sering lewat Tugu Knalpot saat ada keperluan ke pusat kota. Di sebelah utara tugu, terdapat toko oleh-oleh langganannya bernama Toko Nopia dan Mino Asli Ting Lie Liang.
Di Purbalingga, nopia dan mini nopia (mino) mungkin bisa dengan mudah ditemukan. Namun, bagi Lukman, rasa dan kualitas camilan khas Purbalingga di toko ini nggak ada duanya.
“Karena nopia dan minonya pasti berkualitas, jadi rasanya pantas banget buat dijadikan oleh-oleh kalau ada keluarga jauh yang datang. Saya juga kadang beli untuk camilan sendiri. Memang rasanya enak, kok,” ungkap Lukman pada Jumat (25/4/2025).
Ada alasan yang bikin kualitas nopia yang disediakan di sana masih yang terbaik di Kota Perwira. Sejak eksis pada dekade 1940-an, proses pembuatannya masih sama. Mereka mempertahankan cara tradisional untuk membuat kudapan yang juga dikenal masyarakat setempat dengan sebutan ndog bledeg tersebut.

“Pernah ngobrol sama yang kerja di sana. Nopianya masih dipanggang di oven dari tanah liat dengan bahan bakar kayu bakar. Sengaja seperti itu sejak zaman kemerdekaan dulu agar rasa nopianya tetap terjaga,” lanjut Lukman.
Lebih dari itu, varian nopia yang tersedia di sana juga beragam. Ada yang rasa cokelat, gula jawa, bawang, kopi, keju, hingga rasa buah-buahan seperti nanas, durian, maupun stroberi. Ada juga kudapan lain khas Purbalingga yang terkadang Lukman beli seperti kue toso.
“Setahu saya pada zaman dahulu, rasa nopia asli itu gula merah yang dicampur dengan bawang goreng. Makanya, pas tahu sekarang varian rasanya jauh lebih banyak, rasanya senang aja. Banyak orang yang jadi penasaran dengan rasa-rasa baru ini dan bikin camilan ini disukai generasi-generasi yang lebih muda,” ungkap Lukman.
Kini, toko yang dulu didirikan oleh Ting Tie Liang ini dikelola oleh cucunya, yaitu Yohanes Andrianto. Meski produk nopianya sudah didistribusikan hingga ke luar kota seperti Jakarta, Kebumen, hingga Solo, nyatanya tetap banyak orang luar kota yang mampir ke toko tersebut untuk mencicipi nopia dengan rasa yang sama sejak 1940-an tersebut. (Arie Widodo/E05)