BerandaKulinary
Selasa, 4 Mei 2020 14:00

Cerita dari Balik Dapur Zie's Delight, Produsen Kue Premium di Kota Kudus

Beragam kue kering yang dijual di Zie's Delight. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Setiap bisnis memiliki lika-liku yang menarik untuk dipelajari, termasuk Zie's Delight, produsen kue kering premium di Kudus. Seperti apa cerita menariknya?<br>

Inibaru.id – Setelah menempuh perjalanan sekitar setengah jam, saya tiba di rumah Vira. Pintu rumah dibuka, seketika itu aroma kue menyeruak. Gurih dan manis. Vira mengajak saya menuju dapur. Wangi kue makin memenuhi hidung. Di atas meja, beberapa toples kue kering tertata rapi. Duh, liputan kali ini sungguh mengandung godaan berat.

Vira, pemilik usaha kue kering premium Zie’s Delight, menceritakan banyak hal pada saya seputar usahanya. Termasuk berbagai kegagalan yang pernah dia alami saat membuat kue. Yang jelas keahliannya dalam membuat kue nggak diperoleh secara instan.

“Bukan bakat dari lahir juga,” ungkap Vira. Dia mengaku perlu proses yang panjang untuk belajar, sampai dia bisa ke tahap seperti saat ini.

Ketika saya temui pada Sabtu (25/4), Vira menjelaskan jika membuat kue kering perlu proses yang panjang. Kecermatan dalam membuat adonan, pemilihan bahan berkualitas premium, mencetak kue satu per satu, sampai memanggang kue di suhu yang tepat nggak boleh dianggap enteng

Apalagi, untuk pembuatan kue nastar. Jenis kue ini memiliki proses yang lebih lama dibanding dengan kue kering lainnya. Masih harus membuat selai nanasnya, membentuk isian satu per satu, dan seterusnya. Wajar saja jika nastar memiliki harga yang paling tinggi.

“Belum lagi, kalo nanti ada kejadian kue gosong. Aduh! Itu rasanya, sebel. Sudah capek, terus gosong!" cerita Vira.

Membuat satu loyang kue membutuhkan proses yang lama, tetapi berakhir gosong. Nggak heran, itu membuatnya kesal.

Nastar, Kastengel, dan Putri Salju masih menjadi kue kering favorit para pelanggan. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Meski begitu, nastar tetap menjadi primadona bagi semua orang.

Suatu hari, ketika awal-awal merintis usaha kue kering, Vira pernah membuat sebuah kue di saat puasa. Dia mengaku jika pada saat itu nggak tahu pasti takarannya. Hanya mengandalkan sebuah resep, dia mulai membuat kue tersebut.

Hasil kue buatannya memiliki tampilan yang nggak mengecewakan. Hal itu, membuat ibu dua anak ini dengan percaya diri menghidangkan kue tersebut untuk buka puasa. Ketika dicicipi sang suami, ternyata rasanya terlalu manis, “Kata suami saya ‘Aduh manisnya kok over',” ujar Vira.

Tragedi tersebut membuatnya belajar untuk nggak harus mengikuti sebuah resep 100 persen. “Tetap gunakan feeling, pakai perkiraan” kata Vira. Tapi menurutnya semua kegagalan itu memberinya pengalaman menuju keberhasilan.

Semua produksi kue kering di Zie's Delight dilakukan sendiri oleh Vira. Dalam sehari dia bisa memproduksi kurang lebih 7 toples kue kering ukuran 500 gr.

Choco Crunchy, kue kering favorit setelah Nastar. (Inibaru.id/ Rafida Azzundhani)

Berbagai jenis kue kering diproduksi oleh Zie’s Delight, mulai dari Nastar, Kastengel, Putri Salju Keju, Putri Salju Almond, Cookies Coklat, Choco Crunchy, Lidah Kucing Coklat, Semprit Kenari, dan Sagu Keju. Banyak ya?

Choco Crunchy menjadi jenis kue kering favorit di Zie’s Delight selain Nastar. Awal terciptanya Choco Crunchy, dimulai ketika Vira datang ke sebuah pameran di Yogyakarta. Di sana, ada chef kenalannya yang membuat sebuah menu, terdiri dari kacang yang disiram cokelat.

“Enak banget, padahal cuma kacang sangrai, disiram cokelat,” jelasnya. Akhirnya dia terinspirasi untuk memodifikasi menu tersebut dengan menggunakan Choco Crunch. Nggak disangka, hasil inovasinya diterima baik oleh para pelanggan.

Oh ya, untuk pemasarannya, Vira masih menggunakan Instagram sebagai satu-satunya media pemasaran. Kamu bisa lihat berbagai jenis kue kering buatan Vira melalui akun instagram @ziesdelight.

Kisah Vira mengajari saya untuk pantang menyerah dalam membangun bisnis. Rampung ngobrol saya pamit dengan membawa aroma cokelat dan keju yang menggelitik. (Rafida Azzundhani/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024