BerandaJalan-jalan
Selasa, 4 Sep 2017 18:37

Dianggap Membahayakan, Tradisi Balon Udara di Wonosobo Ternyata Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial

Dianggap Membahayakan, Tradisi Balon Udara di Wonosobo Ternyata Sudah Ada Sejak Jaman Kolonial

Tradisi balon udara yang sudah lama ada di Ponorogo. (Foto: Youtube)

Tradisi menerbangkan balon udara di wilayah Wonosobo dan sekitarnya yang dianggap berbahaya bagi dunia penerbangan, ternyata sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda.

Inibaru.id - Perayaan Hari Raya Idul Fitri di Indonesia tidak hanya tentang halal bihalal atau makanan yang khas seperti ketupat, rendang, opor. Cukup banyak tradisi di daerah-daerah tertentu yang sengaja dilakukan untuk memeriahkan “hari kemenangan” ini. Sebagai contoh, di Kabupaten Wonosobo, Jateng, terdapat sebuah tradisi yang dikenal luas di sekitar wilayah Jateng atau bahkan Indonesia, yakni menerbangkan balon udara dalam kurun waktu beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri.

Tak sedikit media yang pernah meliput tradisi menerbangkan balon udara ini. Tak hanya tentang langit di Kabupaten Wonosobo yang dihiasi oleh warna-warni balon udara dengan bentuk yang menarik, namun tradisi ini juga menggambarkan gotong royong khas masyarakat Indonesia.

Baca juga: Semarak, Puluhan Balon Udara Berukuran Raksasa Memeriahkan Langit Ponorogo

Untuk membuat balon udara ini sendiri diperlukan biaya yang tak sedikit dan dengan tenaga yang cukup banyak. Bahkan, untuk menerbangkannya saja butuh kerjasama yang baik dari beberapa orang. Karena alasan inilah tradisi menerbangkan balon udara ini masih teguh dilestarikan masyarakat Wonosobo hingga saat ini.

Yang tidak disangka adalah tradisi menerbangkan balon udara sebagai salah satu cara merayakan “hari kemenangan” umat muslim ini ternyata sudah berlangsung cukup lama. Bahkan, budaya ini ternyata sudah ada sejak Jaman Belanda!

Pada awalnya, tradisi ini dilakukan oleh para keturunan Indo-Eropa yang selalu menerbangkan balon udara pada hari ke delapan setelah Hari Raya Idul Fitri. Dengan melakukannya, maka perayaan hari lebaran ini bisa semakin semarak. Tak hanya dengan menerbangan balon udara berwarna-warni yang menarik, tradisi ini juga dilakukan dengan cara menyalakan petasan sehingga menjadi lebih meriah.

Sayangnya, belakangan ini budaya menerbangkan balon udara menjadi hal yang dianggap kontroversial. Hal ini berawal dari banyaknya keluhan pilot pesawat udara yang terpaksa harus melakukan manuver akibat dari adanya balon udara yang terbang di jalur tempat pesawat mereka mengudara.

Berbagai keluhan ini pun kemudian ditindaklanjuti pihak Kementerian Perhubungan Indonesia yang kemudian menganggap tradisi menerbangkan balon udara ini berbahaya. Tak hanya bisa tertabrak, dikhawatirkan balon ini bisa saja masuk ke mesin pesawat dan akhirnya merusaknya dan bisa menyebabkan kecelakaan yang fatal.

Baca juga: Ini Dia Kata Menteri Perhubungan tentang Bahayanya Menerbangkan Balon Udara Sembarangan

Memang, larangan ini bisa dimengerti karena dilakukan sebagai cara untuk mengamankan penumpang yang sedang menggunakan layanan transportasi udara. Hanya saja, bagi masyarakat Wonosobo dan sekitarnya, tradisi ini sudah terlanjur sangat mengakar sehingga tidak bisa begitu saja dihentikan.

Sebagian masyarakat bahkan cenderung menentang larangan ini karena menganggap tradisi dan budaya yang unik seperti ini seharusnya diwadahi oleh pemerintah, bukannya malah dimatikan begitu saja. (AW/IB)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025