BerandaIslampedia
Sabtu, 24 Nov 2017 02:18

Jamaika, Negeri Kristen yang Ramah Muslim

Masjid Al-Mamoor Jamaika (imjustwalkin.com)

Muslim di Jamaika bebas menjalankan ibadah di tengah-tengah mayoritas Kristen. Jumlah muslim di negar tersebut terus bertambah meskipun ada stigamtisasi negatif mengenai Islam.

Inibaru.id – Mayoritas penduduk Jamaika, negeri di kawasan Amerika Tengah, beragama kristen. Bahkan, pertumbuhan gereja di negara itu disebut sebagai yang tertinggi di dunia.

Meski begitu, Presiden Dewan Islam Jamaika (ICOJ) Mustafa Muhammad mengatakan, negara tersebut ramah terhadap muslim yang menjalankan ibadahnya. Toleransi agama di Jamaika sangat tinggi.

"Sangat mudah untuk berinteraksi dengan orang-orang Jamaika karena kita hampir tidak pernah menghadapi ancaman kekerasan," katanya seperti dilansir Republika.co.id (23/11/2017).

Seluruh masjid di Jamaika dikelola oleh ICOJ. Perlu diketahui, pemeluk Islam di Jamaika pada 2013 mencapai 6.000 orang. Namun, jumlah tersebut masih terus bertambah setiap bulannya. Sekitar lima hingga tujuh orang memeluk Islam dan menjadi anggota Masjid di Sout Camp Road, Kingston, secara rutin. Sayang, meskipun muslim bertambah, media masih saja membuat berita negatif tentang Islam.

Baca juga:
Jejak Islam di Jamaika sejak Zaman Perbudakan
Para Ilmuwan Muslim dalam Bidang Luar Angkasa Barat

Ada saja tajuk media massa yang menganggap Islam harus diwaspadai. Meski demikian, masyarakat tidak langsung mengamini tajuk tersebut. Justru ini menciptakan peluang untuk menjelaskan kekerasan tidak ada hubungannya dengan agama Islam.

"Ini telah membangkitkan keingintahuan dan orang cenderung untuk mencari tahu mengapa kita bersikap seperti kita," kata Mustafa Muhammad dalam Jamaica-Gleaner.com seperti yang dikutip Republika.co.id.

Alasan lain banyak orang tertarik Islam karena berhenti meyakini agama masa lalunya. "Kami telah diajarkan untuk menghormati agama-agama lain dan tidak mendorong orang untuk menangis atau bersikap kritis," jelas dia.

Yang disebut agama masa lalu adalah karena muslim pertama yang berada di Jamaika adalah orang Moor asal Afrika Barat yang ditangkap di Reconquista. Kemudian mereka dijual sebagai budak pedagang dan dibawa ke Jamaika menggunakan kapal laut.

Seiring waktu, sebagian besar kehilangan identitas Islam mereka karena dipaksa melakukan penggabungan kelompok etnis.

Muslim asal Afrika keturunan Mandinka, Fula, Susu, Ashanti, dan Hausa tanpa henti mencoba mempertahankan praktik Islam mereka dalam kerahasiaan, saat bekerja sebagai budak perkebunan di Jamaika. Saat ada pembebasan budak di Jamaika, sebagian besar keislaman mereka pudar. Mereka lebih memilih mengikuti keyakinan majikan mereka sebelumnya.

Baca juga:
Islam di Selandia Baru: Sejarah Panjang Dakwah di Tanah Berawan Putih
Islam di Tanah Kroasia

Pada 1845 hingga 1917, imigran dari India banyak berdatangan ke Jamika. Sebanyak 16 persen dari 37 ribu imigran tersebut beragama Islam. Sesepuh mereka, Muhammad Khan, datang pada 1917 di usia 151 tahun. Putranya, Naim Khan, kemudian membangun Masjid ar-Rahman di Kota Spanyol pada 1957.

Sejak itu, para imigran lain pun mulai mendirikan masjid di penjuru Jamaika. Muhammad Golaub yang datang menjadi imigran bersama ayahnya pada  usia tujuh tahun kemudian mendirikan Masjid Hussein di Westmoreland. Sejak 1960, muslim bertahap meletakkan fondasi delapan masjid lain. Hingga kini, masjid pun tersebar di seluruh penjuru negeri.

Dr Sultana Afroz, seorang akademikus Bangladesh yang telah tinggal di Jamaika selama 25 tahun mengatakan, sebagian besar orang Afrika yang diperbudak dibawa ke Jamaika berasal dari Afrika Barat atau Gold Coast, Ghana, Nigeria, Mali, Benin, dan Togo. (EBC/SA)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: