BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 11 Mei 2023 16:17

Ratusan Beasiswa Pendidikan dari Gerakan Seribu Rupiah di Ngaliyan

Ketua GSR Misbah Zulfa Elisabeth bersama seorang warga tengah membuka gudang penyimpan barang-barang bekas kepunyaan mereka. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Selama 16 tahun memotori Gerakan Seribu Rupiah (GSR) di Ngaliyan Semarang, Misbah Zulfa Elisabeth dan ibu-ibu pengajian Masjid At-taqwa telah berikan sekurangnya 600 beasiswa pendidikan untuk warga.

Inibaru.id - Langkah kecil yang diiringi konsistensi bisa berdampak besar bagi masyarakat. Inilah yang dirasakan warga RW 03 Kelurahan Ngaliyan, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Selama 16 tahun aktif dalam Gerakan Seribu Rupiah (GSR), mereka telah menggelontorkan ratusan beasiswa pendidikan untuk warga.

Oya, GSR merupakan ajakan bersedekah yang diinisiasi ibu-ibu pengajian Masjid At-taqwa Ngaliyan pada 2007. Ketua GSR Misbah Zulfa Elisabeth mengungkapkan, salah satu alasan terbesar kenapa muncul gerakan ini adalah karena pada tahun tersebut banyak warga setempat yang mengalami PHK.

"Meski tinggal di lingkungan perumahan, kami menemukan beberapa warga kesulitan ekonomi akibat krisis moneter. Anak-anak mereka masih sekolah, tapi nggak pernah ambil rapor," kenang perempuan yang akrab disapa Elis tersebut. "Dari situlah kami tergerak!"

Elis membeberkan, sebelum GSR berdiri, para ibu pengajian di tempatnya memang telah konsisten berbagi. Mereka rajin datang ke sekolah, panti asuhan, atau menyambangi warga yang kesusahan.

Fokus pada Beasiswa Pendidikan

Potret Ketua GSR Misbah Zulfa Elisabeth bersama seorang warga RW 03. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Elis adalah inisiator GSR. Keinginan untuk mendirikan gerakan ini muncul setelah perempuan yang kini menjabat sebagai Dekan FISIP UIN Walisongo Semarang tersebut dicurhati seorang mahasiswa di kampus pada 2007.

"Mahasiswa itu bilang, besok batas akhir pembayaran SPP dan dia belum punya uang, padahal waktu itu biaya kuliah masih terbilang murah," ungkapnya. "Kalau nggak salah uang dia kurang Rp170 ribu."

Malamnya, Elis menceritakan keluhan mahasiswa tersebut di hadapan para ibu pengajian. Mereka terharu dan secara sukarela segera mengumpulkan uang. Mereka juga berinisiatif mendata siapa saja anak sekolah di RW 03 yang kesulitan membayar biaya pendidikan.

"Malam itu terkumpul Rp370 ribu, yang kemudian menjadi modal awal GSR," kata Elis. "Keesokan harinya, kami langsung bergerak ke sekolah untuk membayari SPP mereka; mulai dari Semarang Timur, Mangkang, sampai Boja (Kendal)."

Elis mengatakan, dia dan kawan-kawannya sengaja langsung ke sekolah alih-alih memberikan bantuan ke orang tua para siswa agar uang benar-benar tersalurkan sebagaimana mestinya. Elis dkk datang dengan menyandang nama GSR.

"Karena keuangan GSR terbatas, kami juga bernegoisasi dengan pihak sekolah agar dapat keringanan. Alhamdulillah dapat potongan," terangnya, lalu tertawa ringan.

Nggak Sepenuhnya Didukung

Pada awal kemunculan GSR, Misbah Zulfa Elisabeth nggak sepenuhnya mendapat dukungan dari warga RW 03. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Awal-awal membawa konsep GSR ke lingkungannya yakni RW 03, Elis mengakui bahwa penerimaan warga nggak semulus yang dia harapkan. Beberapa RT tampak kurang mendukung gerakan tersebut. Nggak mau ambil pusing, Elis memilih fokus menggandeng pihak-pihak yang berminat saja.

"Ya, saya dan ibu-ibu selalu berpikir positif, karena tujuan gerakan ini kan baik," tegasnya.

Semula, sebagaimana namanya, GSR menerima sumbangan dalam bentuk uang. Namun, seiring waktu berjalan, mereka juga menampung sedekah sampah, barang-barang layak pakai, botol plastik bekas, dan lain-lain.

Elis, para ibu pengajian Masjid At-taqwa, dan warga RW 03 Kelurahan Ngaliyan kini patut berbangga diri karena berkat konsistensi menggeliatkan GSR, setidaknya sudah ada 600-an orang yang terbantu biaya pendidikannya melalui beasiswa yang mereka gelontorkan.

"Sampai sekarang minimal sudah ada 600 orang telah kami bantu, mulai dari tingkat TK sampai SMA. Kalau tidak ada masalah yang muncul, bisa jadi sekalian kami kuliahkan," tandasnya.

Apresiasi tertinggi untuk Bu Elis dan seluruh orang yang menyukseskan gerakan ini, sih! Dari mereka kita belajar bahwa yang bagi kita mungkin nggak terlalu bernilai tinggi ternyata bisa berarti untuk orang lain. Panjang umur, Orang-orang baik! (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024