Inibaru.id – Jika saya bilang tiap lembar daun tanaman hias punya harga selangit, sepertinya hal ini nggak berlebihan. Dari lembaran daun tanaman hias, Trimo Sugito, seorang pedagang tanaman hias di Bandungan, mampu mengubahnya menjadi pundi-pundi rupiah.
Ya, usaha yang dia rintis sejak 2002 tersebut berbuah manis. Saat ini, aglonema andalannya jadi favorit banyak pencinta tanaman hias. Bermula dari uang Rp 100 ribu, ayah dari 4 orang anak ini memulai usahanya dengan berjualan tanaman hias biasa.
“Awal mulai modal Rp 100 ribu pada 2002, saya kulakan bunga dari Kopeng, Salatiga,” kenangnya.
Dari satu pot tanaman, lelaki yang akrab disapa Gito tersebut mengantongi untung sebesar Rp 500 – Rp 1.000 saja per potnya. Hingga pada 2007 anthurium yang jadi salah satu dagangannya meledak di pasaran dan menghasilkan untung yang cukup untuk beli kendaraan dan membangun rumah.
Namun malang nggak dapat ditolak. Pada 2008, usahanya terpuruk dan membuatnya beralih beternak ayam ketawa. Akhirnya, ikatan cinta dengan tanaman membawanya kembali berjualan bunga pada 2014.
“2014 saya kulakan aglonema sampai 2018. Hingga terkenal sampai sekarang dengan aglonemanya,” tutur lelaki 52 tahun ini.
Untung Rugi Bisnis Tanaman
Ketimbang rugi, Gito lebih percaya bahwa tanaman hias membawa hoki jika ditekuni. Menurutnya, pengusaha tanaman hias cuma rugi waktu saja. Selebihnya jika ditekuni, bisnis tanaman hias akan menghasilkan keuntungan.
“Bisnis ini cuma rugi waktu. Kita beli dan kita perbanyak bisa kembali modal!” tegasnya.
Dari beberapa pot aglonema yang saat itu belum begitu dilirik, kini Gito dapat menjual per pot tanaman berukuran kecil mulai dari ratusan ribu. Ya, kerja keras dan ketekunan Gito terbayar manis. Jadilah tokonya jadi rujukan para pencinta aglonema.
Namun begitu, bukan berarti lelaki yang kadung jatuh cinta dengan anthurium ini nggak pernah rugi.
“Awal bisnis aglonema saya beli sak (satu) mobil seharga Rp 6 juta pada mati semua. Saya nggak putus asa. Saya beli lagi, rumati (rawat) lagi,” ungkapnya gigih.
Di toko tanaman hiasnya, dia masih merawat anthurium. Meski nggak banyak yang melirik, dia bakal terus ngopeni tanaman itu sebagai pengingat. Tanaman berdaun lebar itu pernah memberinya kekayaan. Dia nggak akan lupa.
“Anthurium pernah booming dan nyugihke aku. Biarpun nggak laku tapi masih saya rawat,” ungkapnya.
Investasi pada Tanaman Hias
Alih-alih bertaruh pada harga tanaman yang naik turun, Gito memilih untuk menyibukkan diri merawat dan memperbanyak tanamannya. Sehingga dirinya sangat setuju dengan anggapan bahwa bisnis tanaman hias adalah suatu investasi.
“Sangat setuju, bukan hanya saya yang sukses tapi banyak teman saya yang juga sukses dari tanaman,” terangnya.
Jika awalnya aglonema hanya berharga Rp 25 ribu, kini Gito dapat menjualnya Rp 250 ribu per pot dengan 2-3 helai daun saja. Harga yang menarik inilah yang membuat tanaman ini cocok dijadikan investasi. Apalagi, aglonema, anthurium, keladi, dan philodendron cukup mudah dikembangbiakkan.
Kini omzet harian lelaki yang juga mengajarkan anaknya merawat sekaligus berbisnis tanaman ini bisa mencapai Rp 15 juta. Pada akhir percakapan, dia mengungkapkan resep kesuksesan pamungkasnya dalam berbisnis tanaman hias, Millens!
“Harus diawali dengan suka dan keinginan untuk terus belajar supaya tanaman tetap subur. Jangan hanya mengejar 'daun' saja, Insya Allah nanti bisa dapat untung,” tukasnya.
Gito yakin bisnis tanaman akan terus berkembang dan dibutuhkan untuk mempercantik rumah. Ya, selama dunia baik-baik saja, maka usaha tanaman akan terus berjalan sebagaimana mestinya. Kamu yang sedang mencari ide usaha, tertarik memulai usaha di bidang tanaman hias, Millens? (Zulfa Anisah/E05)