BerandaInspirasi Indonesia
Senin, 28 Agu 2022 12:15

Mengabadikan Kegelisahan hingga Pameran Tunggal Galeri Nasional

Kokoh Nugroho, pelukis asal Semarang yang akan menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional. (Siti Khatijah)

Alih-alih ditepis, Kokoh Nugroho justru memilih mengabadikan kegelisahan dalam bentuk lukisan. Bagi pelukis yang mukim di Semarang ini, semua yang dia lihat, baca, alami adalah sumber inspirasi.

Inibaru.id - Dalam bayangan saya, rumah pelukis selalu bergaya eksentrik. Namun, rupanya nggak demikian dengan Kokoh Nugroho. Rumah pelukis kenamaan Kota Semarang ini tampak lazim, mirip dengan deretan rumah lain di perumahan yang berlokasi di bilangan Pedurungan itu.

Saat menemui saya beberapa waktu lalu, Kokoh juga tampak sederhana dengan balutan kaus hitam dan celana denim, jauh berbeda dengan lukisannya yang bercorak ekspresif dan kaya warna. Namun, dari gaya bicaranya yang penuh gairah, saya tahu kenapa lukisan-lukisannya bertema demikian.

'The Bastard and their Victims', salah satu lukisan karya Kokoh Nugroho. (Instagram/Kokoh Nugroho)

Dia menyambut ramah kedatangan saya. Di tengah kesibukannya menyiapkan pameran tunggal di Jakarta yang tinggal menunggu hari, dia mempersilakan saya bertandang. Kami pun berbincang hangat tentang kegairahannya di dunia seni rupa.

Dengan rasa bangga, Kokoh kemudian menunjukkan beberapa lukisan yang lahir dari jemari lihainya. Ada lukisan yang dia beri nama "Di bawah kelambu tradisi", "Anything, everything for viral", "Kalabendu", dan beberapa lukisan lain dengan berbagai ukuran.

“Lukisan yang ada di sini nanti akan saya dan tim bawa ke Jakarta untuk solo exhibition,” terangnya.

Ya, pelukis yang lebih sering menciptakan lukisan dengan corak ekspresif ini akan menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional Jakarta pada 7 September-7 Oktober 2022. Selama sebulan, dia akan berada di ibukota untuk memamerkan 75 lukisannya, baik yang digambar pada media kertas ataupun kanvas.

Diskusi dengan Diri Sendiri

Lukisan-lukisan Kokoh Nugroho bercorak ekspresif. (Instagram/Kokoh Nugroho)

Mengangkat tema Solilokui, Kokoh pengin bilang ke pengunjung pameran bahwa seluruh karya yang dia tampilkan adalah wujud diskusinya dengan diri sendiri. Tema ini pas dengan kebiasaannya mengamati, menanyakan, memikirkan, menimbang-nimbang segala hal yang terjadi di lingkungannya.

“Banyak pikiran dan kegelisahan dalam hati terkait situasi yang terjadi. Kesenjangan sosial, politik, perang, bencana alam, kelaparan, dan perilaku-perilaku manusia. Semua itu jadi alasan adanya dialog pada diri sendiri yang akhirnya menjadi sumber ide,” cerita Kokoh.

Lalu, benarkah siapa saja yang melihat lukisannya akan menerima pesan sekaligus gambaran kegelisahan Kokoh? Bisakah sebuah lukisan menyampaikan perasaan dan pemikiran sang kreator?

Kokoh nggak ambil pusing soal itu. Lulusan S1 Jurusan Seni Rupa di Universitas Negeri Semarang itu sadar, ketika sebuah karya seni terlahir, saat itu pula penciptanya “mati” dan terpisah dari karyanya. Intepretasi, muatan, dan penilaian secara bersamaan beralih kepada para penikmat lukisannya.

Kokoh yakin mereka yang datang ke ruang pamer akan bisa menangkap keresahan hati yang terwujud dalam lukisan-lukisannya. Meski mungkin nggak bisa dimaknai seratus persen sama dengan yang dia harapkan, toh pesan itu tetap tersampaikan.

“Mereka akan membaca caption dan keterangan. Mereka juga akan merasakan gambar yang saya ciptakan,” katanya.

Pameran Tunggal yang Berbeda

Inspirasi ide melukis datang dari pengamatan, perasaan, riset, dan pemikirannya. (Dokumen Kokoh Nugroho)

Kokoh merupakan seniman Semarang yang sudah sering menggelar pameran sejak dirinya masih mengenyam bangku perkuliahan. Namun, menggelar pameran tunggal di Galeri Nasional yang sedang dia persiapkan sekarang ini jelas beda rasanya.

Seperti yang kita semua tahu, Galeri Nasional merupakan sebuah lembaga budaya negara berupa museum seni rupa modern dan kontemporer. Bagi Kokoh dan para pelukis lainnya, menggelar pameran di Galeri Nasional adalah sesuatu yang membanggakan.

“Ini adalah tempat yang prestisius, penting, dikelola negara, dan untuk bisa masuk ke sana nggak mudah,” cerita lelaki penyuka motor trail itu.

Lebih dari sekadar prestis, menurut Kokoh, Galeri Nasional itu “corong” Pemerintah Indonesia untuk menyiarkan para seniman dan karyanya kepada masyarakat luas. Nah, dia ingin lukisan berikut pesan di dalamnya tak berhenti di ruang pamer saja.

“Saya berharap mereka yang datang ke Galeri Nasional nanti semakin bertambah wawasan perihal seni rupa. Saya juga berharap bisa membagi ide, kegelisahan, kritik, solusi yang ada dalam lukisan kepada orang lain,” katanya.

Ya, mendengarnya dengan penuh renjana bercerita tentang karya dan persiapan menggelar pameran, terlihat jelas dia adalah salah satu insan seni rupa yang mencintai pekerjaannya. Dia menumpahkan segenap perhatian, perasaan, gagasan, naluri, keterampilannya untuk membuat karya yang “hidup”.

Beruntung sekali saya selama lebih kurang satu jam menimba ilmu dari pelukis Semarang ini. Selain terima kasih, sebelum pamit saya ucapkan harapan semoga gelaran pameran tunggal di Galeri Nasional berjalan baik dan bisa menebarkan kegembiraan pada orang lain. (Siti Khatijah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024