BerandaInspirasi Indonesia
Jumat, 11 Agu 2022 17:15

Lukisan Penangkapan Diponegoro, Wujud Perlawanan Raden Saleh

Raden Saleh, Seniman Indonesia yang tinggal lama di Eropa. (Nationalgeogrphic/Mahandis Yoanata)

Lukisan Penangkapan Diponegoro lebih dari sekadar karya besar yang dibuat Raden Saleh. Lukisan ini adalah wujud perlawanannya terhadap lukisan serupa yang dibuat Nicolas Pieneman. Seperti apa ya ceritanya?

Inibaru.id – Pada 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap dan dipisahkan dari pengikutnya di Magelang. Penangkapan yang dilakukan pada hari kedua Lebaran tersebut terwujud berkat siasat licik Letnan Jenderal Hendrick Markus de Kock. Ditangkapnya Diponegoro pun menandakan berakhirnya Perang Jawa yang berkobar selama sekitar lima tahun.

Saking fenomenalnya penangkapan Pangeran Diponegoro, ada dua lukisan yang menggambarkan prosesnya. Masing-masing dibuat oleh seniman hebat yang diakui dunia pada masanya.

Lukisan pertama berjudul 'Penakulkan Diponegoro' dibuat oleh seniman Belanda terkemuka bernama Nicolas Pieneman pada tahun 1830 – 1835. Kemudian, lukisan kedua dibuat pada 1857 oleh Raden Saleh seorang pelukis asli Nusantara. Judul lukisannya adalah ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’.

Karena temanya sama, sekilas, lukisan ini pun seperti sama. Apalagi, keduanya juga dilukis dengan cat minyak. Tapi, kalau kamu melihat lebih teliti, ada perbedaan di antara keduanya.

Kali aja kamu nggak tahu, Pieneman diperintah Belanda untuk membuat lukisan tersebut sebagai simbol keberhasilan menghentikan Perang Jawa. Hal ini tentu berbeda dengan lukisan karya Raden Saleh yang dibuat tanpa pesanan siapapun. Singkat kata, Raden Saleh melakukan perlawanan dengan membuat lukisan tandingan karena karya Pieneman dianggap merendahkan derajat Pangeran Diponegoro.

Lukisan Pieneman yang berjudul Penyerahan Pangeran Diponegoro. (Rijksmuseum)

Meskipun lama tinggal di Eropa, Raden Saleh masih mengikuti perkembangan yang terjadi di Hindia Belanda. Salah satunya adalah kabar penangkapan Pangeran Diponegoro oleh Pasukan de Kock. Setelah melihat lukisan Pieneman, Raden Saleh merasa ada yang nggak benar dengan lukisan tersebut .

Dia mulai membuat sketsa lukisan pada 1856 dan menyelesaikannya setahun kemudian. Tujuan utama pembuatan lukisan 'Penangkapan Pangeran Diponegoro' ini untuk mengungkapkan kejujurannya secara puitis dan dramatis.

Kedua lukisan ini menggambarkan perbedaan pandangan dan pikiran antara bangsa penjajah dengan bangsa yang dijajah. Meski menceritakan peristiwa yang sama, simbol-simbol pada karya milik Raden Saleh dengan Pieneman berbeda.

Penangkapan Pangeran Diponegoro Karya Raden Saleh. (Nationalgeographic/Yunaidi Joepoet)

Kalau kamu cermat, selain judul yang berbeda, perbedaan kedua lukisan ini terlihat jelas pada raut wajah Pangeran Diponegoro. Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, sedangkan Raden Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah.

O ya, Saleh juga menggambarkan Diponegoro dan de Kock pada posisi setara, berbeda dengan lukisan Pieneman yang jelas-jelas menggambarkan de Kock seperti di pihak yang lebih tinggi dan berkuasa.

Nggak hanya itu, Pieneman melukis dari angle sebelah kanan gedung, sedangkan Raden Saleh memilih untuk melukis dari angle kiri. Tujuanya sih untuk membuat bendera Belanda yang berkibar pada lukisan Pieneman menjadi nggak terlihat pada lukisan Raden Saleh.

Setelah lukisannya rampung, Raden Saleh kemudian memberikan lukisan ini kepada pemimpin Belanda kala itu, Raja Willem III. Dari lukisan itulah Raden Saleh mengungkap pendapatnya terkait Penangkapan Diponegoro yang berbeda dengan pandangan Pieneman.

Meski dulu dihadiahkan kepada Raja Willem III, nyatanya Belanda memilih untuk mengembalikan lukisan karya Raden Saleh ke Indonesia pada 1978. Kini, lukisan tersebut disimpan di Istana Kepresidenan Yogyakarta, Millens. (His, Goo, Rep/IB32)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: