BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 4 Apr 2023 14:24

Hidup Mandiri; Alasan Basuki Inisiasi Komunitas Tunanetra 'Sahabat Mata'

Hidup Mandiri; Alasan Basuki Inisiasi Komunitas Tunanetra 'Sahabat Mata'

Bagian depan basecamp Komunitas Sahabat Mata yang berada di daerah Jatisari Asabri Blok D6 No 35, Perum Bukit Sari BSB, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Melihat banyak kawannya yang kurang berdaya, Basuki pun menginisiasi Komunitas tunanetra 'Sahabat Mata' dengan tujuan utama agar mereka bisa hidup mandiri.SaS

Inibaru.id - "Ingin kawan-kawan tunanetra ini berdaya dalam satu wadah; supaya mereka bisa hidup mandiri di tengah keterbatasan," lontar Basuki saat menyambut kedatangan saya di kediamannya, beberapa waktu silam. Sontak hati saya bergetar mendengarnya.

Basuki adalah pendiri Komunitas Sahabat Mata. Hari itu saya sengaja menyambangi rumahnya untuk mendengarkan secara langsung kisah perjuangannya menginisiasi wadah para tunanetra di Kota Semarang ini. Saya senang dengan keramahan Basuki yang langsung menyambut saya dengan hangat.

Oya, Sahabat Mata merupakan salah satu komunitas tunanetra paling aktif di Semarang. Bermarkas di bilangan Perum Bukit Sari BSB, Kecamatan Mijen, komunitas yang berdiri sejak 1 Mei 2008 tersebut saat ini dikenal dengan kampanye "mencegah kebutaan" yang mereka suarakan di sekolah-sekolah.

Saat bertemu dengan saya, Basuki yang hari itu mengaku kurang fit langsung semringah menceritakan pengalamannya mendirikan Sahabat Mata. "Ihwal perjuangan ini," tutur Basuki, "adalah saat saya berkeliling Jawa Tengah dan melihat masih banyak penyandang tunanetra belum berdaya."

Kejadian itu berlangsung pada 2006 ketika dirinya terlibat di dalam kegiatan sebuah komunitas yang mengharuskannya melakukan observasi kondisi dan kehidupan para penyandang disabilitas di Jateng. Output dari observasi itu, lanjutnya, adalah dengan menggelar pentas teater gabungan.

"Kami bikin pentas teater untuk membuat mereka lebih percaya diri, mandiri, dan berdaya di tengah keterbatasan; sekaligus menggalang dana," kenang Basuki.

Wadah untuk Kawan-Kawan

Inisiator Komunitas Sahabat Mata, Basuki. (Inibaru.id/ Fitroh Nurikhsan)

Seusai pentas, Basuki pun mulai kepikiran untuk mendirikan sebuah wadah untuk kawan-kawannya, sesama penyandang tunanetra. Maka, berdirilah Sahabat Mata pada 2008. Dua tahun berselang, dia dan kawan-kawannya mampu menyewa rumah yang mereka tempati sampai sekarang, yang diberi nama Rumah Sahabat.

"Misi utama kami sekarang adalah mencegah kebutaan. Saya bukan tunanetra dari lahir. Maka, kami sosialisasikan ke sekolah gimana mencegah kebutaan. Para siswa yang butuh kaca mata juga kami kasih gratis," tutur Basuki.

Selama tinggal bersama, Basuki dan kawan-kawannya mulai belajar gimana cara siaran radio, membaca Al-Quran Braille, dan mengoperasikan komputer. Mereka juga rutin mengadakan pengajian di Rumah Sahabat setiap malam Kamis.

"Siaran radio di Sahabat Mata dari pagi hingga malam. Siaran ini adalah media agar mereka lebih lihai berkomunikasi," ujar lelaki murah senyum tersebut. "Kalau ada yang jadi penyiar, ya, itu bonus."

Agar lebih terbuka dan percaya diri, Basuki juga mengajak kawan-kawannya menggelar pengajian keliling secara rutin di masjid-masjid di Kota Semarang tiap awal bulan. Selain untuk menunjukkan bahwa mereka bisa berdaya, mereka juga bisa melihat sendiri fasilitas masjid di Kota Lunpia.

"Kami mau menunjukkan ke masyarakat bahwa belum semua masjid ramah terhadap penyandang disabilitas; mulai dari pengguna kursi roda yang nggak bisa masuk, kawan tuli yang pas Salat Jumat bengong saja, hingga kami yang terganggu karena suara speaker masjid yang terlalu keras," paparnya.

Basuki menyadari, hidup sebagai tunanetra nggak bakal begitu saja diterima masyarakat. Namun, dia dan kawan-kawan memilih berdamai dengan diri mereka dan terus membuka diri dan berusaha berinteraksi dengan siapa saja.

"Masyarakat ada yang cuek, usil, tapi banyak yang baik dan mau menerima. Infrastruktur di Semarang dari tahun ke tahun juga semakin ramah terhadap penyandang disabilitas, meski belum sepenuhnya merata," tandasnya.

Suka banget dengan semangat Pak Basuki! Selama terus melangkah, batasan memang nggak bakal ada; karena keterbatasan hanyalah label yang kita atau orang-orang bikin, yang tentu saja telah berhasil didobrak kawan-kawan di Komunitas Sahabat Mata. (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025