BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 17 Feb 2025 11:57

Chamdani, Seniman 'Edan' dengan Karya-Karya di Luar Nalar

Chamdani dengan Relief Nusantara-nya yang baru setengah jadi. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sempat menjadi pekerja serabutan, Chamdani kembali menekuni dunia seni ukir yang sempat ditinggalkannya, yang kemudian menjadikanya dikenal luas sebagai 'seniman edan'.

Inibaru.id - Nama Chamdani belakangan banyak disebut di kalangan seniman di Kabupaten Kudus dan sekitarnya. Alasannya, seniman ukir 44 tahun itu tengah menggarap sebuah mahakarya yang setelah empat tahun berjalan bahkan baru jadi sekitar separuhnya.

Namanya Relief Nusantara; sebuah ukiran kayu berukuran panjang 18 meter dari akar jati tua yang berisikan ikon-ikon budaya, pakaian adat, tradisi, dan hal lain yang menggambarkan tiap provinsi di Indonesia. Telah ratusan juta dihabiskan Chamdani untuk menggarap proyek luar biasa tersebut.

Apa yang dia lakukan bisa dibilang "gila". Namun, sebetulnya sebutan itu memang telah lama disematkan di belakang namanya. Chamdani si seniman edan; begitulah teman-temannya menyebut!

Bukan tanpa alasan lelaki asal Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus ini disebut seniman edan. Sebelum menggarap Relief Nusantara, dia pernah menghadirkan karya-karya yang juga "di luar nalar", baik dari segi ukuran, detail, atau bahan yang dipilih.

Bermula dari Bebek Akar Bambu

Relief Nusantara dipahat dari akar kayu jati yang minimal telah berusia 70 tahun. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Sebelum mencapai posisinya yang sekarang, Chamdani juga pernah bangkrut, berkali-kali menelan pahitnya kegagalan, dan menahan lapar karena nggak punya cukup uang untuk sekadar makan. Namun, titik-titik terendah itulah yang membuatnya tertempa dengan baik.

Perjalanan seni Chamdani dimulai pada 2000 ketika dirinya kali pertama membuat bebek-bebekan dari akar bambu untuk menyuplai sebuah perusahaan. Semula, dia bisa menyuplai hingga 1.000 buah tiap minggu. Namun, bisnis itu nggak bertahan lama.

Beberapa kali dia mengaku mengalami kebangkrutan. Kondisi ekonomi yang semakin terpuruk kemudian memaksanya meninggalkan dunia seni untuk sementara waktu. Tanpa ijazah SMA, dia cuma bisa bekerja serabutan untuk bertahan hidup; termasuk menjadi tukang bangunan dan pekerja mebel.

Namun, itu pun nggak berjalan baik. Beberapa kali Chamdani dipecat karena dianggap kurang terampil. Putus asa, dia pun kembali kepada panggilan hatinya: dunia seni. Uang yang dia dapatkan dari kerja serabutan untuk modal membuat lebih banyak karya.

Bonsai Akar Bambu Ratusan Juta

Ukiran yang dipahat dengan detail menjadi ciri khas dari karya-karya Chamdani. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Saat itu, Chamdani sudah dikenal sebagai seniman akar bambu. Nah, suatu ketika, ada seorang pembeli dari Yogyakarta yang mendatanginya, bermaksud menebus empat buah bonsai akar bambu yang dibuatnya. Nilainya cukup tinggi, yakni mencapai Rp200 juta.

“(Hasil penjualan) waktu itu saya pakai buat modal lagi dan bangun rumah, karena dulu rumah saya tidak selayak sekarang,” kenangnya.

Kesuksesan kecil itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Chamdani mulai belajar lebih dalam tentang seni ukir, ilmu yang nggak pernah didapatkannya di bangku sekolah. Dia menyambangi para pengukir di Kudus dan Jepara, memperhatikan cara mereka bekerja, lalu mencoba menerapkannya sendiri.

Setelah merasa mahir, Chamdani mulai berpikir untuk menggunakan bahan yang lebih menantang dan membuat karya yang lebih besar. Pilihannya pun jatuh pada akar kayu.

Jelajah Negeri demi Akar Kayu Jati

Ukiran IKN menjadi bagian terbaru yang dipahat Chamdani untuk melengkapi Relief Nusantara. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Akar kayu yang dipilih Chamdani juga sangatlah spesifik, yakni akar pohon jati yang telah berusia puluhan tahun lamanya. Untuk mendapatkan bahan yang diinginkan, dia nggak segan menjelajah Nusantara.

“Akar kayu (yang dipakai) harus sudah tua, minimal 70 tahun. Bahkan, ada (akar kayu) yang sudah menjadi fosil,” ujarnya.

Dengan bahan-bahan langka tersebut, Chamdani mulai menciptakan berbagai mahakarya, termasuk ukiran miniatur proses pembangunan Tembok Besar Tiongkok dengan detail luar biasa dan Relief Kerajaan Majapahit yang lengkap dengan aktivitas perdagangan, suasana pasar, hingga para pasukan yang tengah berlatih.

"Saya juga membuat berbagai patung dan relief yang merepresentasikan budaya dari berbagai peradaban dunia, misalnya kursi kaisar Tiongkok, patung dewa-dewa, dan cerita pertempuran epik," jelasnya.

Harus Beda, Harus Langka

Tanpa teknik menempel, Relief Nusantara secara keseluruhan dibuat dengan memahat. (Inibaru.id/ Imam Khanafi)

Dalam membuat karya seni, Chamdani memang nggak pengin setengah-setengah, termasuk ketika memutuskan untuk memulai proyek istimewa Relief Nusantara. Dia memperkirakan, proyek ini baru akan selesai dan bisa dinikmati kemolekannya setelah delapan hingga sepuluh tahun mendatang.

“Saya kalau berkarya tidak mau membuat yang sama dengan orang lain. Harus beda. Harus langka!” tegasnya.

Kegigihan Chamdani kini telah membawa namanya dikenal luas sebagai seniman yang karya-karyanya bukan sekadar pajangan, tapi juga medium untuk bercerita, mengabadikan sejarah, sekaligus mengenalkan budaya Nusantara kepada dunia.

Kini, melalui Relief Nusantara yang baru separuh jadi, dia mengukir tiap lekuk akar kayu jati menjadi narasi-narasi berharga yang terpatri dengan detail, berisikan pernak-pernik ikonik di tiap jengkal negeri ini, yang mungkin nantinya akan menjadi warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Terima kasih, Chamdani. Semoga karyamu abadi! (Imam Khanafi/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: