inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Ngrancasi, Upaya Petani Mawar di Sumowono Mempersiapkan Panen Raya menjelang Lebaran
Rabu, 29 Jan 2025 11:34
Penulis:
Bagikan:
Siti Chasanah saat 'ngrancasi' mawar di ladangnya. (Inibaru.id/ Arie Widodo)

Siti Chasanah saat 'ngrancasi' mawar di ladangnya. (Inibaru.id/ Arie Widodo)

Akhir Rejeb hingga awal Ruwah adalah waktu terbaik untuk 'ngrancasi', agar bunga mawar mekar sempurna menjelang Hari Raya, jadi bisa dipanen dan dijual dengan harga yang tinggi.

Inibaru.id – Siti Chasanah jauh lebih sibuk di ladang hari-hari ini. Petani mawar asal Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang tengah bersiap untuk ngrancasi atau memangkas perdu mawar yang dia tanam di kebunnya agar bisa dipanen menjelang Hari Raya Idulfitri nanti.

Bagi masyarakat Sumowono, khususnya yang berprofesi sebagai petani mawar, ngrancasi menjadi tradisi turun-temurun yang dilakukan tiap tahun. Tujuannya, agar tanaman mawar menghasilkan bunga yang banyak dan mekar sempurna sekitar sepekan sebelum Lebaran.

"Ngrancasi itu memotong ranting tanaman mawar sekitar dua bulan sebelum lebaran agar bisa menghasilkan bunga dalam jumlah banyak dan mekar sempurna saat lebaran, sehingga kami bisa dapat keuntungan besar," terang perempuan paruh baya tersebut saat saya temui di ladang, belum lama ini.

Siti Chasanah mengungkapkan, tradisi ini sudah dilakukannya sejak lama. Bahkan, sejak jauh-jauh hari dia juga sudah mengingatkan anak-anaknya agar melakukan kebiasaan serupa.

Keuntungan Berlipat saat Lebaran

Apa yang dikatakan Siti Chasanah ini seakan menjawab pertanyaan yang telah lama tersimpan di benak saya, yakni mengapa para petani mawar di Sumowono selalu panen raya tepat sebelum Idulfitri; seakan-akan perdu-perdu itu ikut merayakan hari kemenangan untuk umat Islam tersebut.

Kalau kamu pernah melintas di sekitar Sumowono, ladang-ladang mawar di sana memang selalu sudah dipenuhi bunga-bunga molek saat Ramadan, lalu mulai mekar sempurna sekitar sepekan hingga H-2 Idulfitri.

Menjelang Hari Raya, harga bunga mawar biasanya memang bakal naik berkali-kali lipat. Umi, salah seorang petani mawar di Sumowono mengungkapkan, pada hari biasa, mawar satu senik (keranjang rotan berukuran sedang) dihargai Rp40 ribu sudah bagus.

"Nah, pas mau lebaran, harganya bisa jadi Rp90 ribu per senik, kemudian terus meningkat hingga Rp250 ribu," terang petani yang mengaku tiap panen bisa menghasilkan 5-6 senik tersebut. “Kalau mawar yang ditanam banyak, dalam seminggu itu keuntunganya bisa belasan juta rupiah."

Proses Meremajakan Tanaman

Nggak sampai dua bulan setelah dirancasi, mawar akan mengeluarkan ranting-ranting baru yang kaya akan mawar. (Inibaru.id/Arie Widodo)
Nggak sampai dua bulan setelah dirancasi, mawar akan mengeluarkan ranting-ranting baru yang kaya akan mawar. (Inibaru.id/Arie Widodo)

Mawar adalah tanaman yang bunganya bisa dipanen berkali-kali dan akan terus tumbuh dalam periode waktu tertentu. Karena itulah tumbuhan berduri tersebut harus terus diremajakan. Inilah fungsi dari ngrancasi, yang mungkin dalam dunia pertanian acap disebut pruning.

Pruning atau pemangkasan dilakukan untuk menjaga kesehatan tanaman, mengatur pertumbuhan, dan meningkatkan kualitas buah atau bunga. Selain bunga-bungaan, teknik ini juga diaplikasikan untuk teh dan tanaman buah seperti anggur.

Siti Chasanah mengatakan, proses pemangkasan mawar di Sumowono biasanya dilakukan dua bulan sebelum Lebaran, yang jatuh pada akhir Rejeb (Rajab) hingga awal Ruwah (Syakban). Dalam penanggalan Jawa, Ruwah adalah bulan sebelum Ramadan (Poso).

“Perhitungan kami, akhir Rejeb jatuh pada Senin (27/1). Jadi, saatnya kami mulai ngrancasi ranting yang sudah mati. Ranting baru yang masih muda juga dipangkas hingga tanaman tersisa sepertiga saja," jelasnya. "Dengan cara ini, nutrisi yang masuk ke tanaman jadi maksimal, sehingga bunganya lebih banyak."

Dimulai dari Yang Berduri

Kendati kesannya hanya sekadar "membabat" habis, teknik ngrancasi perdu mawar nggak bisa dilakukan secara sembarangan. Siti menuturkan, tanaman yang dipangkas kali pertama haruslah yang banyak durinya dulu, karena tingkat kesulitannya jauh lebih tinggi.

"Ranting mawar bisa menjulur ke mana-mana; nggak teratur, jadi durinya bisa bikin repot kalau tersangkut di jilbab, kaus, atau celana. Karna itulah harus dipangkas dulu pakai gunting pohon," kata dia.

Siti mengungkapkan, ada dua jenis mawar yang dia tanam di ladangnya, yakni jenis yang berduri dan tidak. Khusus untuk yang nggak berduri, pemangkasan ranting nggak dilakukan secara ekstrem; hanya secukupnya, lalu potongan ranting hasil pemangkasan ditanam kembali di lahan lain.

“Untuk sekarang, saya lebih pengin mengembangkan jenis mawar yang nggak berduri, sebab lebih gampang dirawat. Proses pemanenan juga lebih singkat, jadi bisa lebih cepat dijual pas harganya bagus,” tandasnya.

Nggak hanya saat Lebaran, harga mawar sebetulnya juga naik pada hari besar lain seperti Isra Mikraj dua hari lalu dan Imlek yang jatuh pada hari ini. Namun, sepertinya Siti, Umi, dan para petani mawar lain di Sumowono lebih fokus pada panen raya menjelang Idulfitri nanti. Semoga hasilnya baik, deh! (Arie Widodo/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved