BerandaInspirasi Indonesia
Rabu, 28 Feb 2023 21:12

Cerita Jatuh Bangun Widyo Subono Besarkan Bolang-Baling Peterongan

Cerita Jatuh Bangun Widyo Subono Besarkan Bolang-Baling Peterongan

Oei Widyo Subono pemilik bolang-baling Peterongan. Jajanan legendaris di Kota Semarang sedari tahun 1973. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Bukan hal mudah untuk menjaga sebuah usaha bisa bertahan sampai puluhan tahun. Nyatanya, hal ini benar-benar terjadi pada Bolang-Baling Peterongan milik Oei Widyo Subono. Seperti apa ya rahasianya membesarkan usaha jajanan legendaris ini?

Inibaru.id - Jatuh bangun berulang kali. Seperti itulah gambaran perjalanan usaha Bolang-Baling Peterongan yang masih bertahan sejak kali pertama berjualan pada 1973.

Pahit getirnya menjadi wirausahawan telah dirasakan Oei Widyo Subono, pemilik usaha camilan tradisional yang berlokasi di Jalan Mataram, Kota Semarang tersebut. Dia pun mengaku bangga usahanya masuk dalam daftar jajanan legendaris Kota Semarang.

Sebelum berwirausaha, Widyo merupakan pegawai di salah satu perusahaan farmasi. Dia terpaksa banting setir lantaran adanya pengurangan karyawan di perusahaannya.

Menariknya, Widyo mendapat resep membuat bolang-baling dari seseorang yang nggak disangka sebelumnya, yaitu seorang tukang becak yang mengadu nasib di Kota Lunpia.

"Kebetulan saat itu saya sedang naik becak. Lalu saya berkeluh kesah membutuhkan pekerjaan untuk menyambung hidup. Kemudian tukang becak itu memberi saran 'mbok ya kamu usaha bikin bolang-baling'," kenang Widyo menirukan perkataan tukang becak tersebut.

Widyo tak langsung mengiyakan. Ia malah sempat meremehkan usulan tukang becak tersebut. "Apa bisa jualan bolang-baling bisa menyambung hidup?" ungkap Widyo terkait kebimbangan hidupnya saat itu.

Halaman depan rumah produksi "Bolang-baling Peterongan". (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Lantaran nggak bisa terus-menerus menganggur, Widyo kemudian menemui lagi tukang becak tersebut. Ternyata, sang tukang becak memiliki orang tua yang memiliki usaha bolang-baling di Jepara. Tukang becak tersebut pun tahu resep dan bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat bolang-baling.

"Saya kalau mengenang dia (tukang becak) udah saya anggap guru yang aneh. Orang tuanya udah punya usaha gede, malah dia memilih jadi pengayuh becak," beber lelaki yang kini berusia 73 tahun tersebut.

Setelah bertemu dan menceritakan niatnya untuk membuka usaha bolang-baling, Widyo langsung diberi bimbingan soal resep dan cara membuat bolang-baling di rumahnya. Nggak berselang lama, dia langsung mencoba resep tersebut dan menjualnya.

"Ternyata pas jualan laku, setiap hari selalu habis. Ketika usaha saya makin ramai, guru saya selalu memberi nasehat untuk tetap mempertahankan kualitas, jangan sekedar mencari keuntungan semata," katanya.

Berkat nasehat dari sang guru itulah, usaha Widyo mampu bertahan sampai 50 tahun kemudian. "Menjaga kualitas itu paling penting. Kita bisa lihat sekarang banyak usaha yang tiba-tiba naik, terus nggak bisa bertahan lama dan hancur," terang Widyo.

Pernah Punya Sembilan Cabang

Bolang-baling Peterongan yang legendaris di Kota Semarang. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Kepak sayap usaha Widyo semakin lebar. Nggak hanya mejeng di Rumah Makan Ngelaras Rasa Peterongan, dia juga membuka tempat jualan bolang-baling lainnya di Kota Semarang.

"Saya sempat punya sembilan cabang. Kalau membuka cabang saya juga harus melihat harga pasar. Misalnya di Tlogosari jajanan kayak gini nggak ada yang di atas dua ribu (Rupiah). Jadi saya harus menyesuaikan dengan memperkecil ukuran jadi tanpa mengurangi rasa," ucap Widyo.

Sayangnya, banyak pelanggan yang nggak puas karena rasa bolang-baling di cabang nggak seenak di tempat jualannya yang utama. Satu per satu, cabang Bolang-Baling Peterongan pun tutup.

"Keuntungan di pusat kadang habis untuk menambal kerugian di cabang. Padahal tujuan saya membuka cabang untuk mendapatkan omzet yang besar," kata Widyo.

Widyo pun akhirnya memutuskan untuk fokus di Bolang-Baling Peterongan saja. Untungnya, hal ini membuat kualitas rasa bolang-baling yang dia jual terjaga dan pelanggan pun tetap setia membelinya. Berkat hal ini, dia bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.

Keren juga ya kisah perjalanan Widyo dalam membangun usaha Bolang-Baling Peterongan sampai mampu bertahan selama 50 tahun, Millens. Memang pantas mendapatkan label jajanan legendaris! (Fitroh Nurikhsan/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025

Mereka yang Terlibat dalam Suap Putusan 'Onslag' Kasus Korupsi Minyak Goreng

15 Apr 2025

Harus Bagaimana Agar Ambulans Nggak Lagi Kena Tilang ETLE?

15 Apr 2025

Warga Semarang Sambut Gembira Penghapusan Denda Pajak Kendaraan

15 Apr 2025

Berasal dari Tradisi Eropa, Kelinci Paskah Jadi Simbol Kesuburan

15 Apr 2025

Alasan Sejumlah Asosiasi Jurnalis Menolak Program Rumah Subsidi Wartawan

16 Apr 2025

'Burning'; Ketika Ending Sebuah Film Justru Bikin Bingung Penontonnya

16 Apr 2025