BerandaIndo Hayati
Jumat, 28 Des 2017 01:37

Ular Cabe Merah, Pembunuh Para Pembunuh

Ular cabe merah (Calliophis bivirgata). (ularindonesian.blogspot.com)

Ular ini mematikan banget. Tapi bisa pembunuhnya punya manfaat untuk penyembuhan beberapa penyakit.

Inibaru.id – Ular ini cantik, tapi jangan tanya soal bisanya: mematikan banget. Satu lagi ciri khas ular ini: menginspirasi penyembuhan rasa sakit. Kok bisa?

Ia adalah ular cabe merah atau ada juga yang menyebutnya ular cabe besar dengan nama ilmiah Calliophis bivirgata. Habitatnya tersebar luas di Indonesia. Jenis bisa ular ini akan memicu kejang luar biasa dan paralisis (kelumpuhan). Siapa yang digigitnya akan mengalami kematian yang mengerikan. Syereeeeem!

Lantas kok inspirasi penyembuhan? Dikutip dari Kompas.com, bila senyawa dalam bisa ular tersebut dipelajari, niscaya obat penyembuh rasa sakit yang lebih ampuh dari morfin akan didapatkan.

Ya, Bryan Fry, peneliti dari University of Queensland, mengungkapkan, ular dengan garis biru serta kepala dan ekor merah itu adalah “pembunuh para pembunuh”.

"Ular ini punya spesialisasi membunuh ular berbisa lainnya, termasuk king cobra," ujarnya seperti dikutip Science Alert.

"Ular itu juga punya kelenjar penghasil bisa terbesar di dunia. Ukurannya mencapai seperempat panjang tubuhnya," imbuh Fry.

Ular cabe merah ( APS18.com)

Baru-baru ini, Fry meneliti kandungan pada bisa ular cabe merah. Ia menemukan senyawa yang mampu memengaruhi kerja saraf, disebut calliotoxin.

Baca juga:
Mari Cegah Kepunahan Si Putih Elok dari Bali
Semoga Tokhtor Sumatera Belum Punah

Calliotoxin inilah yang membuat ular cabe merah sangat mematikan. Racun itu mengganggu kanal sodium, sebuah jalur yang menyebabkan saraf tertentu aktif dan tidak aktif.

Calliotoxin akan membuat kanal sodium dalam jaringan saraf mangsanya terus hidup sehingga mengalami kram, kejang, dan paralisis.

Bagi Fry dan rekannya, Jennifer Deuis, cara kerja calliotoxin tersebut menarik. Sebab, kanal sodium jugalah yang memengaruhi munculnya rasa sakit yang dialami manusia.

"Menghambat kanal sodium adalah cara penyembuhan yang menjanjikan untuk mengatasi rasa sakit," ujar Deuis kepada Washington Post.

Calliotoxin juga menarik karena berasal dari hewan bertulang belakang. Dengan demikian, senyawa itu bekerja pada sistem yang lebih mirip dengan manusia. Itu sebabnya Fry akan mengembangkan senyawa sintetis dari calliotoxin.

Cara Hidup Si Ular

Ular cabai merah merupakan elapidae bertaring depan. Dikutip dari blog ularindonesian.blogspot.com, ular ini mendiami hutan primer dan sekunder, di dataran rendah dan daerah pegunungan bawah rendah hingga ketinggian 500 mdpl.

Seperti elapidae lainnya di Asia Tenggara, sumber makanan utamanya adalah ular lain. Ular ini berdiam di antara dedaunan mati di lantai hutan, dan hidup eksklusif di tanah, ular ini biasa muncul saat pertengahan pagi, terutama sehabis hujan malam hari, setelah tumpukan daun mati telah basah.

Ular cabe merah (libutron.tumblr.com)

Biasanya ular ini ditemui saat melintasi jalan hutan. Ular ini gampang dikenali dari kepalanya, buntutnya, dan perutnya yang berwarna merah.

Permukaan dorsal gelap biru hitam, dan sebagian besar populasi memiliki garis biru yang luas pada setiap sisi. Ular ini mirip dengan Calamaria schlegeli (ular berkepala merah yang dalam versi Inggris disebut (Red-headed Reed Snake) dalam penampakan, sehingga seyogianya tidak melakukan salah identifikasi antara kedua spesies ini.

Baca juga:
Rangkong Badak, Burung Suci Orang Dayak
Selamatkan Kanguru Asli Indonesia dari Perburuan!

Ular ini biasanya melarikan diri ketika terganggu. Tapi kadang-kadang dapat tetap melingkar di tanah dengan ekor tegak sebagai tanda bagi pengganggu untuk segera menjauh. Oya, ular ini bertelur sekitar 1-3 butir.

Nah Millens, intinya ular cabe merah ini memberi pelajaran pada kita bahwa sesuatu yang mematikan tetap punya manfaat. Tapi hati-hati ya kalau kamu melintasi daerah yang jadi habitat ular ini seperti yang diungkapkan di atas. (EBC/SA)

 

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom: Animalia

Filum: Chordata

Subfilum: Vertebrata

Kelas: Reptilia

Ordo: Squamata

Subordo: Serpentes

Famili: Elapidae

Genus: Calliophis

Spesies:Calliophis bivirgata

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024