BerandaHits
Rabu, 9 Feb 2021 13:45

Ubah Musibah Jadi Berkah, Cara Pengelolaan Air Raja-Raja Jawa Ini Layak Ditiru

Penguasa Jawa punya cara jitu mengelola air. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Di zaman kerajaan dulu, para penguasa Jawa ternyata cermat dalam hal pengelolaan air. Mereka mampu mengubah musibah jadi berkah. Seperti apa ya cara mereka melakukannya?<br>

Inibaru.id - Belakangan ini, kabar tentang musibah yang terkait dengan air terjadi di banyak tempat di Indonesia. Kita seperti nggak mampu melakukan pengelolaan air dengan bijak. Padahal, jika mau menilik sejarah, para penguasa Jawa di zaman kerajaan mampu mengubah air yang berpotensi memicu musibah menjadi berkah. Dampaknya, rakyat pun jadi sejahtera.

“Purnawarman membuktikan itu dengan mengendalikan dan mengatur air untuk kesejahteraan rakyat,” kata sejarawan JJ Rizal.

Hampir semua penguasa Jawa mungkin menerapkan kebijakan seperti yang dilakukan Purnawarman. Hal itu dijelaskan oleh Denys Lombard yang menunjukan prasasti-prasasti yang membuktikan raja-raja di Jawa memang memperhatikan pengelolan air dengan baik.

“Yang terang menyebut (pengelolaan air) prasasti di Jawa Timur. Kalau Jawa Tengah nggak menjelaskannya,” ujarnya.

Di Jawa Timur, proyek pengelolaan air paling tua berada di hulu Kali Konto yang bersumber di lereng Gunung Kawi dan mengalir ke barat sampai bermuara di Kali Brantas, di utara Kertosono. Sementara menurut Prasasti Harinjing yang bertarikh 921, disebutkan bahwa kepala desa memerintahkan penggalian sebuah saluran dan membangun sebuah tanggul (dawuhan) di salah satu anak kali Konto.

Pengelolaan air terpatri di dalam prasastri-prasasti di Pulau Jawa. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)<br>

Ada sistem irigasi yang dibangun di Kali Pikatan yang mengalir dari lereng Gunung Welirang ke arah barat laut dan bermuara di Kali Brangkal, salah satu anak Sungai Brantas. Keterangan itu termaktub dalam Prasasti Sarangan yang berasal dari pemerintahan Mpu Sindok, raja pertama kerajaan Medang pada 929.

“Menurut Prasasti Bakalan yang dibuat Rakryan (pemimpin) dari Mangibil pada 934, daerah itu dikembangkan pada awal abad ke-10,” tulis Lombard.

Prasasti itu juga menyebut persawahan yang dirancang secara sistematis. Disebutkan pula pembangunan tiga bendungan di kali-kali kecil yang mengalir dari Gunung Welirang. Dibangun pula sebuah waduk besar berukuran 175 x 350 m dengan kapasitas menampung air hingga 350.000 m3.

Hanya, menurut Wanny Rahardjo Wahyudi dari Universitas Indonesia dalam laporan penelitian berjudul Pengelolaan Air di Bekas Kota Majapahit, catatan sejarah tersebut nggak didukung oleh data arkeologis yang lengkap.

“Sehingga gambaran tentang pengelolaan air pada masa tersebut dapat dikatakan masih belum jelas,” tambahnya.

Belajar dari Majapahit

Kerajaan Majapahit mungkin bisa dijadikan contoh bagaimana pemerintah serius mengendalikan air agar bisa bikin sejahtera rakyatnya. Menurut data arkeologis, bekas pusat kerajaan Majapahit berdiri di Trowulan.

Secara geografis, wilayah ini terletak di dataran yang bergelombang dengan ketinggian 30-40 meter di atas permukaan laut (mdpl). Wilayah ini dikelilingi punggung-punggung bukit, gunung berapi, dan lembah-lembah yang lebar. Umumnya membujur ke arah utara. Para ahli menyebutnya sebagai kipas aluvial Jatirejo.

Candi Tikus. (CommonsWikimedia)<br>

Tiap musim hujan, material vulkanik dari pangkal kipas itu tercurah melalui sungai-sungai yang mengalir di pusat kerajaan. Curahan itu bikin air sungai meluap dan banjir. Namun, penguasa Majapahit nggak hilang akal untuk mengatasinya.

Dalam rentang 1293-1500, penguasa Majapahit membangun sejumlah waduk, kolam buatan, kanal, saluran air kecil, bak air, dan sumur. Keterangan tentang berbagai hal tersebut termaktub dalam Prasasti Kandangan yang bertarikh 1350. Salah satu pembangunan waduk yang terkait dengan pembangunan-pembangunan itu adalah “Candi Tikus”.

Waduk tersebut disebut candi karena di tengah waduk itu memang berdiri candi. Fungsinya sebagai bendungan dan simbolisasi Gunung Meru yang mengucurkan air dari puncaknya. Simbolisasi ini penting dan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa.

Selain membuat bendungan, penguasa Majapahit juga membentuk satuan pengelola air yang disebut dengan huluair. Tugasnya nggak lain untuk mengairi perasawahan. Fungsinya nggak jauh beda dengan klian subak di Bali.

“Dengan menjamin bahwa air itu terbagi rata, raja memastikan kesejahteraan umum,” tulis Lombard.

Pengelolaan air memang sangat penting demi mencegah terjadinya bencana, termasuk dalam hal memastikan masyarakat bisa mendapatkan air untuk dikonsumsi dengan cukup. Lantas, apakah menurutmu hal ini sudah dilakukan dengan benar sekarang, Millens? (His/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: