Inibaru.id - Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi kembali menegaskan bahwa kehadiran Bus Trans Jateng adalah bentuk pelayanan publik, bukan alat mencari keuntungan. Meskipun pemerintahannya tengah mempertimbangkan penerapan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK BLUD), dia memastikan filosofi dasarnya nggak berubah bahwa transportasi umum harus memudahkan warganya.
“Nafasnya transportasi umum itu tidak boleh bisnis, karena itu kan pelayanan. Coba nanti pertimbangkan lagi. Prinsipnya saya setuju (Trans Jateng dikelola secara BLUD),” ujar Luthfi saat menerima jajaran Dinas Perhubungan Jateng di kantornya, Jumat (21/11/2025).
Di balik arahan itu, Dinas Perhubungan Jawa Tengah terus berupaya memperbaiki kualitas pengelolaan Trans Jateng. Sejak hadir pertama kali pada 2017, layanan ini memang menunjukkan perkembangan menggembirakan. Arif Djatmiko, Kepala Dishub Jateng, mengungkapkan bahwa jumlah warga yang memanfaatkan Trans Jateng meningkat setiap tahun.
“Tahun kemarin (2024) saja sudah ada 9,5 juta penumpang. Artinya, masyarakat Jawa Tengah yang terlayani semakin banyak,” jelasnya.
Ke depan, Arif menambahkan, pengembangan Trans Jateng nggak hanya fokus pada penambahan armada. Justru, strategi yang disiapkan adalah mengintegrasikan layanan yang sudah ada. Mulai dari angkutan subregional, angkutan kota, hingga angkutan pedesaan akan dipetakan agar konektivitasnya tersambung dalam satu sistem transportasi yang saling menguatkan.
"Jadi, bukan menambah armada Trans Jateng, melainkan menggandeng layanan eksisting milik kabupaten/kota dan pedesaan, agar terintegrasi dalam satu sistem,” tuturnya.
Jika rencana tersebut berjalan mulus, pada tahun 2027 masyarakat Jawa Tengah diproyeksikan merasakan konektivitas transportasi yang jauh lebih menyeluruh. Arif optimistis seluruh jenjang layanan dari subregional, kota, kabupaten, hingga desa dapat terhubung.
“Subregionalnya jalan, kotanya terhubung, kabupatennya terintegrasi, dan desa-desanya ikut tersambung,” ujarnya.
Hingga saat ini, Trans Jateng sudah mengoperasikan tujuh koridor dengan 115 armada dan melayani 40 persen wilayah kabupaten/kota di Jawa Tengah. Rutenya menjangkau Semarang–Bawen, Purwokerto–Purbalingga, Semarang–Kendal, Solo–Sragen, Magelang–Purworejo, Semarang–Grobogan, hingga Sukorejo–Surakarta–Wonogiri. Target tahun 2030, jumlah koridor ditingkatkan menjadi 12 dan cakupan wilayah mencapai 62,86 persen.
Dengan perkembangan ini, arah besar Trans Jateng semakin terlihat dengan menciptakan transportasi publik yang inklusif, terjangkau, dan mampu menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat Jawa Tengah dari kota sampai desa. Semoga pelayanan Trans Jateng makin apik dan menjadi kebanggaan warga Jateng ya, Gez. (Siti Zumrokhatun/E05)
