BerandaHits
Selasa, 31 Jul 2023 17:46

The Wind Rises: 'Oppenheimer' dari Jepang pada Perang Dunia II

Kengerian Jiro Hirokoshi atas penggunaan pesawat pada perang di The Wind Rises. (Studio Ghibli)

Jika 'Oppenheimer' adalah film biopik pembuat bom atom penghancur Hiroshima dan Nagasaki di Jepang pada Perang Dunia II, 'The Wind Rises' berkisah tentang pendesain Zero, pesawat tempur yang menghancurkan pangkalan AS di Hawaii pada perang yang sama.

Inibaru.id – Film Oppenheimer yang diputar di seluruh dunia belakangan ini membuka mata dunia betapa mengerikannya bom atom buatan J Robert Oppenheimer. Saat hasil temuannya diledakkan untuk kali pertama pada 16 Juli 1945, sang penemu bahkan telah memprediksi kengerian ini.

“Sekarang aku adalah kematian; sang penghancur dunia!” seru Oppenheimer seperti dicuplik dalam film besutan Christopher Nolan tersebut.

Oppenheimer berhasil, tapi hatinya berharap karya itu nggak pernah tercipta; karena yang terjadi selanjutnya adalah bom atom ini menjadi senjata pemusnah massal pada Perang Dunia II. Dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang mengakibatkan ratusan ribu penduduk sipil meregang nyawa.

Hal serupa juga agaknya dirasakan Jiro Hirokoshi, perancang Zero, pesawat tempur yang dipakai Jepang untuk menghancurkan pangkalan militer AS di Hawaii, Pearl Harbour, pada awal fase perang yang sama, yang diceritakan secara dramatis dalam film anime The Wind Rises (2013).

Kengerian dalam Keindahan

Kisah cinta Jiro Hirokoshi digambarkan dengan baik di film ini. (Studio Ghibli)

Berbeda dengan Oppenheimer yang dibuat berat, serius, dan kelam, anime keluaran Studio Ghibli ini justru disajikan dengan lebih cerah, khususnya dari segi pengambilan tone warna dan gambar bergerak yang ditampilkan, tanpa menghilangkan kengerian dalam sejarah tersebut.

Siapa saja yang pernah menonton The Wind Rises pasti bisa menangkap perpaduan antara kengerian dan keindahan yang ditampilkan dalam anime dari manga berjudul Kaze Tachinu yang merupakan adopsi cerpen karya penulis zaman Showa, Tatsuo Hori, ini.

Kacaunya Jepang pasca-gempa Kanto pada 1 September 1923 dan selama Perang Dunia II ditampilkan berselang-seling dengan keindahan lanskap padang rumput yang hijau, desiran suara angin yang menenangkan, serta perjalanan hidup sekaligus kisah cinta Jiro Horokoshi yang manis, tapi tragis.

Hayao Miyazaki agaknya berhasil menampilkan dua sisi mata uang dalam salah satu karya terbaiknya ini. Hal tersebut seperti mewakili perasaan Jiro sang tokoh utama yang ngeri melihat karyanya dipakai untuk membunuh orang, mengingat tujuan sebenarnya mendesain pesawat adalah untuk membawa banyak orang melihat keindahan dunia.

Kontroversial, tapi Banyak Pujian

Film 'The Wind Rises' sempat masuk nomine Piala Oscar untuk kategori Best Animated Feature. (The Verge)

Sedikit informasi, Zero adalah salah satu pesawat tempur legendaris di Jepang yang diciptakan Jiro Hirokoshi menjelang Perang Dunia II. Nama lengkapnya Mitsubishi A6M Zero. Selain itu, dia juga merancang pesawat tempur Mitsubishi A5M.

Saat The Wind Rises ditayangkan pada 2013, film ini sempat menuai protes dari masyarakat Korea karena keberadaan Zero dianggap melukai perasaan warga Korsel; mengingat kala itu pesawat ini dirakit oleh para pekerja paksa asal Korsel

Namun, karena berkaitan dengan sejarah, Miyazaki nggak bisa menghilangkan keberadaan pesawat-pesawat ini, Menurutnya, pesawat tersebut harus tetap muncul di film untuk menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Jiro berhasil.

“Jiro Hirokoshi tidak punya pilihan pada masa itu. Dia mau nggak mau harus mendesain pesawat tempur tersebut. Karena ini film tentangnya, tentu pesawat yang dia buat tidak bisa dihilangkan,” terangnya sebagaimana dikutip dari The Guardian (13/1/2017).

Seiring dengan kontroversi yang berembus, The Wind Rises justru mendapatkan sambutan positif di belantika perfilman dunia. Salah satu pembuktian datang dari Piala Oscar 2013. Pada kompetisi tertinggi dunia perfilman itu, anime ini masuk nomine untuk kategori Best Animated Feature.

Hampir seluruh film yang dikeluarkan oleh Studio Gibli memang sekeren itu ya, Millens? Kalau punya waktu luang, tontonlah film ini bareng orang-orang tersayang! Jangan lupa pop corn dan softdrink-nya. Ha-ha. (Arie Widodo/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Rampcheck DJKA Rampung, KAI Daop 4 Semarang Pastikan Layanan Aman dan Nyaman Jelang Nataru

4 Des 2025

SAMAN; Tombol Baru Pemerintah untuk Menghapus Konten, Efektif atau Berbahaya?

4 Des 2025

Ketua DPRD Jateng Sumanto Resmikan Jalan Desa Gantiwarno, Warga Rasakan Perubahan Nyata

4 Des 2025

Cara Bikin YouTube Recap, YouTube Music Recap, dan Spotify Wrapped 2025

5 Des 2025

Data FPEM FEB UI Ungkap Ribuan Lulusan S1 Putus Asa Mencari Kerja

5 Des 2025

Terpanjang dan Terdalam; Terowongan Bawah Laut Rogfast di Nowegia

5 Des 2025

Jaga Buah Hati; Potensi Cuaca Ekstrem Masih Mengintai hingga Awal 2026!

5 Des 2025

Gajah Punah, Ekosistem Runtuh

5 Des 2025

Bantuan Jateng Tiba di Sumbar Setelah 105 Jam di Darat

5 Des 2025

Warung Londo Warsoe Solo, Tempat Makan Bergaya Barat yang Digemari Warga Lokal

6 Des 2025

Forda Jateng 2025 di Solo, Target Kormi Semarang: Juara Umum Lagi!

6 Des 2025

Yang Perlu Diperhatikan Saat Mobil Akan Melintas Genangan Banjir

6 Des 2025

Tiba-Tiba Badminton; Upaya Cari Keringat di Tengah Deadline yang Ketat

6 Des 2025

Opak Angin, Cemilan Legendaris Solo Khas Malam 1 Suro!

6 Des 2025

Raffi Ahmad 'Spill' Hasil Pertemuan dengan Ahmad Luthfi, Ada Apa?

6 Des 2025

Uniknya Makam Mbah Lancing di Kebumen, Pusaranya Ditumpuk Ratusan Kain Batik

7 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: