BerandaHits
Kamis, 13 Sep 2023 16:47

Studio Ghibli: 'The Boy and the Heron' Bukan Film Terakhir Hayao Miyazaki

Hayao Miyazaki masih akan mengerjakan film selepas 'The Boy and the Heron'. (Twitter/DiscussingFilm)

Sempat disebut-sebut akan menjadi film terakhir dari Hayao Miyazaki, pihak Studio Ghibli justru mengungkap bahwa setelah merilis 'The Boy and The Heron, dia segera menggarap film lainnya.

Inibaru.id – Hayao Miyazaki sudah 82 tahun saat merilis film The Boy and the Heron tahun ini. Seperti sebelum-sebelumnya, para sinefil dan kritikus berebut memuji buah karya pendiri Studio Ghibli itu. Namun, seiring dengannya, muncul isu bahwa film tersebut bakal menjadi yang terakhir darinya.

Kemunculan rumor ini dianggap wajar karena animator cum sinemator legendaris itu memang sudah sepuh. Sudah waktunya pensiun. Dia bahkan sempat mengumumkan pengunduran dirinya dari film fitur pasca-merilis The Wind Rises pada 2013, meski akhirnya kembali bekerja pada 2016.

Namun, desas-desus itu ternyata nggak terbukti. Hal ini terkonfirmasi setelah seorang petinggi Studio Ghibli Junichi Nishioka menepisnya dengan mengatakan, Miyazaki justru tengah menyiapkan cerita film baru dan belum memutuskan untuk pensiun.

“Dia sedang menyiapkan ide untuk film lainnya. Dia masih datang ke kantor setiap hari untuk melakukannya dan belum membahas rencana pensiun,” ujar Junichi pada Senin, 11 September 2023.

Sineas Legendaris

Film 'Princess Mononoke' (1997) membawa Hayao Miyazaki ke panggung internasional. (Studio Ghibli)

Ditepisnya desas-desus tersebut tentu menjadi angin segar untuk para pencinta film keluaran Ghibli. Sejak turut mendirikan studio tersebut pada 1985, nama Miyazaki memang sudah seperti jaminan mutu. Nggak sedikit karya lelaki kelahiran 5 Januari 1941 itu yang diakui secara internasional.

Sejumlah film ciptaannya seperti Castle in the Sky (1986), My Neighbor Totoro (1988), Kiki's Delivery Service (1989), dan Porco Rosso (1992) melambungkan nama Miyazaki di Jepang. Namun, Princess Mononoke (1997) membawa lelaki asal Tokyo itu dikenal secara internasional.

Saking hebatnya, hampir semua rekomendasi film animasi terbaik 2000-an pasti melibatkan Princess Mononoke. Inilah yang membuat film-film Miyazaki begitu dinantikan, di antaranya Spirited Away (2001), Howl's Moving Castle (2004), Ponyo on the Cliff by the Sea (2008), dan The Wind Rises (2013).

Di dunia perfilman, karya Miyazaki sangatlah dihargai. Kontribusi luar biasanya pada budaya bahkan membawanya menerima pelbagai penghargaan personal, termasuk salah satunya Person of Cultural Merit di Jepang pada November 2012.

Film Tanpa Promosi

The Boy and The Heron meraup kesukesan besar di Jepang. (Studio Ghibli)

Film Miyazaki The Boy and The Heron menjadi karya terbarunya bersama Ghibli yang sekali lagi meraih penghargan luar biasa. Terlebih, film yang rilis pada 14 Juli 2023 itu diluncurkan dengan cara promosi yang unik. Sebelum ditayangkan, Ghibli hanya menempel poster besar tanpa informasi tambahan lain.

Begitu rilis di bioskop, film dengan biaya produksi 7,7 miliar yen ini langsung dijejali penonton. Hingga 4 September lalu, sudah lebih dari lima juta tiket ludes terjual. Kesuksesan secara komersial ini membuat mereka "balik modal" dengan hasil penjualan tiket di Jepang saja.

Namun, bisa dipahami jika Ghibli berhasil meraih kesuksesan besar karenanya, sebab para kritikus pun sepakat bahwa film ini merupakan salah satu karya terbaik Miyazaki, yang dapat rating 100 persen di Rotten Tomatoes. Kritikus film Caryn James memberikannya rating 5 dari 5 bintang.

“Film ini sangat layak dinanti siapa saja. Sutradaranya mampu menjalin cerita masa lalu, masa kini, dan masa sekarang dengan sangat indah,” ungkap Caryn via BBC.

Sayangnya, hingga kini belum ada kepastian apakah The Boy and The Heron bakal tayang di Indonesia atau tidak. Film yang diadaptasi dari novel Genzaburo Yoshino Kimitachi wa Dō Ikiru ka (1937) ini baru dijadwalkan tayang di 2023 New York Film Festival akhir September ini.

Kalaupun tayang di Indonesia, mungkin bakal terjadi tahun depan. Sebab, film yang bercerita tentang Mahito Maki yang memasuki dunia lain dan bertemu bangau abu-abu yang bisa berbicara itu baru bakal diputar di luar Jepang pada Desember mendatang; itu pun di Amerika Utara. Sabar, ya! (Arie Widodo/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024