BerandaHits
Jumat, 25 Feb 2021 11:05

Sejarah Makan Pakai Tangan, Kebiasaan Turun-temurun Orang Indonesia

Makan pakai tangan sudah mendarah daging di Indonesia. (Istock)

Sebagai orang Indonesia tulen, kamu pasti pernah makan pakai tangan. Kebiasaan unik ini memang sangat khas Indonesia. Hanya, kira-kira kamu tahu nggak sih asal muasal dari hal ini?

Inibaru.id - Orang Indonesia punya kebiasaan unik soal cara makan, yaitu dengan menggunakan tangan atau dalam bahasa Jawa disebut “muluk”. Katanya cara makan pakai tangan ini bisa bikin sensasi makan jauh lebih nikmat daripada makan dengan sendok atau peralatan lainnya.

Meski sudah banyak orang yang juga makan dengan sendok, kita pasti tahu kalau sendok merupakan warisan budaya kolonial. Selain itu, kebiasaan makan dengan sumpit juga dibawa orang-orang Tiongkok. Lantas, seperti apa ya sejarah dari kebiasaan makan dengan tangan?

Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gajah Mada, Prof Dr. Ir Murdjiati Gardjito menjelaskan jika kebiasaan orang Indonesia ini ada kaitannya dengan nasi bungkus.

"Di Sumatera dan Jawa sama-sama makannya pakai jari tangan, jari 10. Kebiasaan ini ada kaitannya dengan tradisi makan nasi bungkus," ucapnya.

Senada dengan Prof Murdjiati, pakar kuliner yang aktif di media sosial Arie Parikesit juga bilang kalau tradisi itu terkait erat dengan santapan masa lampau. Dulu, kita nggak mengenal sendok garpu yang dibawa oleh pedagang dan bangsa kolonial Eropa.

“Kata garpu adalah kata dalam Bahasa Portugis 'garfo' yang kemungkinan diperkenalkan sekitar abad ke-16 di Nusantara, saat mereka mencari rempah-rempah," ungkapnya.

Nasi bungkus punya kaitan erat dengan makan pakai tangan. (Jurnaba)

Pendapat Arie selanjutnya juga nggak jauh beda dengan Prof Murdjiati. Kebiasaan makan dengan tangan ada kaitannya dengan nasi bungkus. Salah satu jenis nasi bungkus yang sangat nikmat kalau dimakan dengan tangan adalah adalah nasi ramas (rames).

Nasi ramas yang dimaksud Arie tentu sama dengan nasi rames yang kita kenal sekarang, yakni nasi dengan lauk-pauk layaknya nasi padang atau nasi rames dari budaya Jawa, Sunda, dan lain-lain.

Selain nasi rames, dulu ada banyak jenis makanan Indonesia yang berasal dari umbi-umbian. Nah, makanan ini paling mudah dan nikmat dimakan dengan tangan. Kalau pakai garpu atau sendok, tentu bakal ribet.

Lantas, gimana kalau dulu ada makanan berkuah atau bubur? Kalau dimakan memakai tangan tentu sulit. Tapi, dulu kita mengenal suru, alat makan yang dibuat dari daun pisang yang ditekuk sehingga fungsinya mirip dengan sendok.

Banyak Istilah Makan Pakai Tangan di Jawa

Di Jawa, kebiasaan makan pakai tangan masih bertahan hingga sekarang. Istilah-istilah untuk kebiasaan ini bahkan ada banyak, seperti muluk, kenduri, atau ngaliwet. Beda nama, beda juga penerapannya.

Makan pakai tangan punya beberapa sebutan di pulau Jawa. (Istock)

"Misal di Jawa dengan cara muluk, di mana jari-jari membentuk kerucut sehingga makanan yang diambil juga tidak bisa terlalu banyak, dan jari didekatkan bahkan ditempelkan ke mulut saat memasukkan makanan," ujar Arie.

Sementara untuk kenduri, cara makannya menggunakan tangan namun makanannya dijatah porsian. Alas yang digunakan dari piring atau besek bambu.

Kalau Ngaliwet lebih banyak digunakan di Sunda. Kebiasaan makan yang satu ini identik dengan kegiatan menggelar selembar daun pisang lalu berbagai lauk-pauk di atasnya. Posisi makannya pun sambil bersila atau bersimpuh.

"Kebiasaan makan budaya asli Indonesia itu duduk di bawah pakai tikar, ada yang bersila, atau bersimpuh. Lalu, makan pakai tangan, yang merupakan simbol keakraban dan kebersamaan," tambah Prof Murdijati.

Meskipun cara makan dengan tangannya sama, namun keanekaragaman Indonesia membuat penyebutan namanya bisa berbeda. Hal ini justru jadi simbol kebersamaan untuk mempererat tali persaudaraan ya, Millens. (Kum/IB28/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024