BerandaHits
Senin, 24 Jul 2022 17:04

Pola Pikir Bias Bernama Distorsi Kognisi; Apakah Itu?

Distorsi kognisi terjadi karena kita cenderung berpikir irasional saat stres. Itu karena secara alami otak lebih adaptif menggunakan insting ketimbang logika. (Pixabay/Horger Langmaier)

Merasa bisa membaca pikiran orang dan suka menggeneralisasi situasi adalah ciri pola pikir bias yang sering disebut distorsi kognisi. Apakah kamu mengalaminya?

Inibaru.id – Insting bertahan hidup nggak jarang membuat kita bersikap defensif dengan senantiasa skeptis terhadap sesuatu. Pada tahap tertentu, pola pikir ini akan menyelamatkan kita. Namun, tanpa logika yang akurat, pola pikir ini justru berdampak buruk untuk kita, lo.

Dalam dunia psikologi, ketidakakuratan pola pikir ini kerap disebut distorsi kognisi. Ciri utamanya adalah memiliki cara berpikir yang bias dengan menggeneralisasi sesuatu ke arah yang negatif. Misalnya, dia berpikir bahwa semua laki-laki pembohong dan nggak akan menyukai perempuan mandiri.

Sebuah penelitian yang diterbitkan via The British Journal of Medical Psychology menyebutkan, distorsi kognisi bukanlah disfungsi otak, tapi bentuk adaptasi otak yang tertekan. Saat stres, kita cenderung berpikir irasional karena secara alami otak lebih adaptif menggunakan insting ketimbang logika.

Jika terus dipertahankan, cara ini akan membentuk kebiasaan berpikir bias yang pada akhirnya bakal membahayakan kesehatan mental, lo. Jadi, coba untuk mengenal lebih dekat tentang distorsi kognisi ini yuk!

10 Jenis Distorsi Kognisi

Pola pikir kurang sehat ini biasa dikelompokkan menjadi 10 jenis. Apa saja?

1. Personalisasi

Personalisasi merupakan jenis distorsi kognisi yang membuat seseorang berpikir bahwa segala sesuatu selalu melibatkan dia. (Pixabay/Maximiliano Estevez)

Distorsi kognisi ini menjadi yang paling umum dialami seseorang, yakni saat dia merasa bahwa segala hal yang terjadi di sekitarnya selalu melibatkan dia. Misalnya, saat semua orang nggak mengajaknya bicara, dia langsung berpikir dia sedang dijauhi, padahal semua itu adalah asumsi belaka.

2. Polarisasi

Berpikir hitam atau putih tanpa mampu melihat sisi abu-abu pada suatu kasus adalah salah satu pola pikir yang bias. Biasanya, orang ini akan melihat garis yang jelas antara kebaikan dan keburukan. Contohnya, saat dia nggak mampu melakukan satu hal, dia akan terus meyakini bahwa dia nggak mampu.

3. Generalisasi yang berlebihan

Distorsi kognisi ini cenderung mengeneralisasi suatu kejadian secara berlebihan. Contoh, seseorang mengalami kecelakaan dua kali pada hari Kamis, lalu dia berpikir bahwa Kamis bukanlah waktu yang baik untuk bepergian. Pola pikir ini tentu buruk, karena orang itu bisa mengalami gangguan kecemasan.

4. Catastrophizing

Distorsi kognisi jenis catastrophizing merupakan sebuah bias pikir yang berasumsi bahwa hal buruk akan terjadi. (Pixabay/Sasin Tipchai)

Jenis distorsi kognisi ini membuat seseorang berasumsi bahwa hal terburuk akan terjadi. Misalnya, saat pasangan yang biasa chat pada pagi hari tiba-tiba nggak melakukannya, dia mengalami ketakutan hebat hingga berpikir bahwa hubungan mereka akan segera berakhir dan masa depannya hancur.

5. Cenayang

Sok-sokan merasa seperti cenayang yang bisa membaca pikiran orang juga termasuk distorsi kognisi. Parahnya, dia hanya melihatnya dari sisi negatif. Sikap ini membuat dia nggak bisa melihat kebaikan atau kepedulian seseorang, sehingga menderita trust issue yang lumayan parah.

6. Mental filtering

Dalam berinteraksi sosial, kadang ada orang yang nggak sengaja menyakiti perasaan kita. Nah, orang yang mengalami distorsi kognisi ini cenderung hanya melihatnya dari sisi negatif. Dia akan terus-menerus memikirkannya dan mengesampingkan hal positif yang sebetulnya dia punya.

7. Menolak hal positif

Berbeda dengan mental filtering yang gagal melihat hal positif, jenis distorsi kognisi ini justru menolak, meski dia bisa melihatnya. Jadi, saat dia mendapat penghargaan atau apresiasi atas kerja kerasnya, pikirannya menolak dengan menganggap pencapaian itu hanyalah kebetulan.

8. Berandai-andai

Si pemilik distorsi kognisi akan berandai-andai untuk melakukan sikap ini dan itu saat yang direncanakan nggak sesuai ekspektasi. (Pixabay/Silviarita)

Hal yang telah direncanakan tapi nggak berjalan sesuai ekspektasi akan membuat pemilik distorsi kognisi ini akan mengalami gangguan kecemasan berlebih, sembari terus berandai-andai, seharusnya dia melakukan itu atau nggak bersikap begitu.

9. Emotional reasoning

Penganut pola pikir ini cenderung melihat situasi berdasarkan emosi pribadi. Satu hingga dua kesedihan akan membuatnya mengambil kesimpulan, hidupnya memang menyedihkan. Sikap semacam ini tentu saja membahayakan kesehatan mentalnya.

10. Melabeli

Satu interaksi cukup untuk membuat pemilik distorsi kognisi ini melabeli seseorang seumur hidup. Parahnya, label ini nggak cuma diberikan untuk orang lain, tapi juga diri sendiri. Maka, saat dia melabeli dirinya sebagai orang yang nggak beruntung, selamanya dia akan merasa seperti itu.

Pola pikir yang terdistorsi ini tentu saja nggak baik jika terus melekat pada diri kita. Karenanya, penting untuk kita mengidentifikasi apakah kita termasuk orang yang mengalami distorsi ini? Kalau iya, jenis distorsi kognisi apa yang kita miliki?

Untuk mengetahuinya, cobalah jawab satu pertanyaan ini: Apakah pikiran negatif yang muncul dari dirimu sudah wajar? Jawablah secara logis dan lakukan berulang. Kalau merasa kesulitan, nggak ada salahnya berkonsultasi ke para profesional, lo, Millens! (Idn/IB20/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Aksi Bersih Pantai Kartini dan Bandengan, 717,5 Kg Sampah Terkumpul

12 Nov 2024

Mau Berapa Kecelakaan Lagi Sampai Aturan tentang Muatan Truk di Jalan Tol Dipatuhi?

12 Nov 2024

Mulai Sekarang Masyarakat Bisa Laporkan Segala Keluhan ke Lapor Mas Wapres

12 Nov 2024

Musim Gugur, Banyak Tempat di Korea Diselimuti Rerumputan Berwarna Merah Muda

12 Nov 2024

Indonesia Perkuat Layanan Jantung Nasional, 13 Dokter Spesialis Berguru ke Tiongkok

12 Nov 2024

Saatnya Ayah Ambil Peran Mendidik Anak Tanpa Wariskan Patriarki

12 Nov 2024

Sepenting Apa AI dan Coding hingga Dijadikan Mata Pelajaran di SD dan SMP?

12 Nov 2024

Berkunjung ke Dukuh Kalitekuk, Sentra Penghasil Kerupuk Tayamum

12 Nov 2024

WNI hendak Jual Ginjal; Risiko Kesehatan Apa yang Bisa Terjadi?

13 Nov 2024

Nggak Bikin Mabuk, Kok Namanya Es Teler?

13 Nov 2024

Kompetisi Mirip Nicholas Saputra akan Digelar di GBK

13 Nov 2024

Duh, Orang Indonesia Ketergantungan Bansos

13 Nov 2024

Mengapa Aparat Hukum yang Paham Aturan Justru Melanggar dan Main Hakim Sendiri?

13 Nov 2024

Lindungi Anak dari Judol, Meutya Hafid: Pengawasan Ibu Sangat Diperlukan

13 Nov 2024

Diusulkan Jadi Menu Makan Sehat Gratis, Bagaimana Nutrisi Ikan Sarden?

14 Nov 2024

Mencicipi Tahu Kupat Bu Endang Pluneng yang Melegenda Sejak 1985

14 Nov 2024

PP Penghapusan Utang: Beban Utang Nelayan Rp4,1 Miliar di Batang Dihapus

14 Nov 2024

Tanda Kiamat Semakin Bertambah; Sungai Eufrat Mengering!

14 Nov 2024

Sah! Nggak Boleh Ada Pembagian Bansos dari APBD Jelang Coblosan Pilkada

14 Nov 2024

Pesan Sekda Jateng saat Lantik 262 Pejabat Fungsional: Jangan Anti-Kritik!

14 Nov 2024