BerandaHits
Minggu, 18 Feb 2023 13:43

PMK Belum Kelar, Kini Ternak di Jepara Diserang LSD

Penyakit LSD semakin meluas di Jepara. (Antara foto via Medcom)

Peternak di Jepara kembali dilanda kekhawatiran akibat ditemukannya ternak dengan lumpy skin disease (LSD). Berikut adalah ciri-ciri dan penularan penyakit yang perlu diwaspadai tersebut.

Inibaru.id – Belum selesai Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kini muncul Lumpy Skin Disease (LSD). Persebarannya bahkan semakin meluas.

Berdasarkan pemberitaan Murianews (17/1/2023) lalu, ada 70 ternak yang masih terinfeksi PMK. Padahal pada November 2022, di Jepara sudah menunjukkan adanya tren penurunan yaitu 27 ekor. Sekarang, tampaknya dinas terkait harus bekerja ekstra keras karena adanya LSD ini.

Saat ini, ada 26 ekor sapi yang terjangkit LSD. Dari informasi yang disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Jepara, Mudhofir, virus LSD itu telah menyebar di Kecamatan Batealit, Kedung, Kembang, Pakis Aji, Tahunan, Bangsri, Keling dan Jepara.

’’LSD semakin menyebar karena distribusi ternak. Selain itu, virus ini dibawa lalat vektor sehingga bisa menular ke tempat lain,’’ terang Mudhofir melansir Murianews (17/2/2023).

Dari 26 kasus yang terdata, baru tiga ekor ternak yang dinyatakan positif berdasarkan hasil uji Laboratorium Kesehatan Hewan Yogyakarta. Sisanya, 23 sapi telah menunjukkan gejala mirip LSD.

Adapun sampel yang diambil itu berasal dari Desa Bugel Kecamatan Kedung, Desa Pendem, Kecamatan Kembang, dan di Desa Batealit, Kecamatan Batealit, Millens. ’’Di Desa Batealit merupakan ternak hasil bantuan yang dibeli sendiri oleh kelompok ternak,’’ ungkap Mudhofir.

Untuk mencegah penyebaran, 26 ekor sapi tersebut dirawat dan dikarantina oleh pemiliknya. Sampai saat ini belum ada ternak yang dinyatakan sembuh. Semuanya menunjukkan bentol-bentol pada kulit dan merata di tubuh.

’’Sapi-sapi yang terjangkit LSD harus dipisahkan, kemudian dijaga sanitasi dan kebersihannya, sehingga lalat vektor ini tidak datang dan tidak menyebarkan virus ke ternak lain,’’ kata Mudhofir.

Mengenal Penyakit LSD

Penampakan ternak yang terkena LSD. (Diskominfo Demak)

Berdasarkan informasi dari laman distanpangan.baliprov.go.id, virus ini kali pertama ditemukan di Zambia, Afrika pada 1928 kemudian menular ke negara-negara lain. Pada 2021 silam, penyakit ini sudah sampai Malaysia dan kali pertama terdeteksi di Riau Indonesia pada Februari 2022.

Lumpy skin diseases (LSD) merupakan penyakit pada hewan yang diakibatkan oleh virus pox. Penyakit LSD ini menyerang hewan ternak seperti sapi, kerbau, dan beberapa jenis hewan memamah biak liar.

Penyakit ini memang nggak menular kepada manusia, namun dapat menimbulkan kerugian yang besar. Hewan yang terinfeksi bisa kehilangan berat badan karena nggak nafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi baik jantan maupun betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.

Beberapa gejala yang menjurus pada LSD adalah demam dan muncul benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas. Karena ciri ini, LSD juga kerap disebut penyakit kulit benjol. Selain itu, timbul keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan.

Penularan

Ada beberapa jalur penularan LSD yaitu:

- Dibawa oleh serangga penghisap darah seperti nyamuk, caplak, dan lalat.

- Kontak langsung dengan hewan yang terkontaminasi LSD.

- Penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan atau melalui air susu.

- Melalui jarum suntik yang nggak steril atau digunakan berulang.

- Menular melalui pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi.

Untuk mencegah kerugian peternak, meningkatkan kebersihan kandang dan menjaga kondisi tubuh ternak nggak bisa ditawar.

Semoga informasi mengenai LSD di atas bisa meningkatkan kewaspadaan kita semua ya, Millens! (Siti Zumrokhatun/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: