BerandaHits
Rabu, 14 Okt 2025 09:01

Penyebab Suhu Panas di Indonesia Karena Matahari Sedang Tepat di Atas Kepala?

Warga Kota Semarang belakangan mengeluhkan cuaca panas di bulan Oktober 2025. (Pantausemar)

Indonesia sedang mengalami kulminasi matahari yang berpengaruh pada tingginya suhu udara di Indonesia belakangan ini. Memangnya, apa sih kulminasi matahari itu?

Inibaru.id – Belakangan ini, banyak orang di berbagai daerah Indonesia mengeluhkan suhu udara yang terasa sangat panas, terutama pada siang hari. Nggak sedikit yang mengira kalau ini disebabkan oleh global warming atau anomali cuaca.

Salah satunya adalah Tari, warga Sampangan yang bekerja di kawasan Jalan Pemuda Kota, Semarang. Dia keheranan karena suhu udara di luar ruangan sangat menyengat, tapi terkadang bisa tiba-tiba turun hujan meski sebentar.

"Ini tanda global warming atau memang cuaca belakangan memang sudah nggak jelas, ya? Sudah Semarang ini aslinya memang panas, belakangan terasa sangat menyengat," keluhnya pada Senin (13/10/2025).

Buat kamu yang juga penasaran seperti Tari, fenomena udara terik akhir-akhir ini punya penjelasan ilmiah yang menarik, lo. Salah satunya adalah karena kulminasi matahari. Apaan sih itu?

Matahari Sedang “Tepat di Atas Kepala”

Kulminasi matahari adalah kondisi saat posisi matahari berada tepat di atas kepala pengamat atau di titik zenith. Fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun di wilayah tropis seperti Indonesia. Nah, belakangan ini, kulminasi matahari dimulai di wilayah utara Indonesia sekitar 9 September dan akan berakhir di bagian selatan sekitar 18 Oktober 2025.

Ketika fenomena ini berlangsung, radiasi sinar matahari yang diterima permukaan bumi berada pada titik maksimal. Artinya, panas yang dirasakan tubuh kita pun meningkat, terutama di siang hari. Nggak heran kalau akhir-akhir ini jalanan terasa menyengat, dinding rumah cepat panas, dan banyak orang jadi lebih sering ngadem di ruangan ber-AC.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan bahwa panas yang kita rasakan juga dipengaruhi oleh posisi matahari yang kini bergeser ke arah selatan. Akibatnya, pertumbuhan awan hujan di wilayah selatan Indonesia mulai berkurang. “Jadi, tidak ada awan yang menutupi sinar matahari langsung. Inilah yang membuat udara terasa lebih panas,” jelasnya sebagaimana dinukil dari Detik, Senin (13/10).

Puncak Panas Tahunan

Data suhu rata-rata bulanan di Indonesia yang dicatat BMKG. (BMKG)

Kalau kamu pikir ini hal yang nggak biasa, tenang saja. Menurut BMKG, suhu udara rata-rata di Indonesia memang selalu mencapai puncaknya pada periode Oktober hingga November. Berdasarkan data suhu rata-rata dari 1991–2020 yang dicatat lembaga ini, suhu pada dua bulan ini berada di kisaran 27,0 derajat Celsius alias tertinggi sepanjang tahun. Sementara suhu terendah biasanya terjadi pada Juli–Agustus, yaitu sekitar 26,1–26,2 derajat Celsius.

Menariknya, setelah melewati puncak panas ini, posisi matahari akan semakin condong ke selatan dan mulai memanaskan wilayah Samudra Hindia. Fase ini juga berperan dalam mengatur pergeseran sabuk hujan (ITCZ) dan pola angin muson, yang secara nggak langsung menjadi tanda datangnya pancaroba atau masa peralihan menuju musim hujan.

Masih Normal, Tapi Tetap Waspada

Meski terasa menyengat, BMKG menegaskan suhu panas saat ini masih dalam kategori normal, yaitu di kisaran 31–34 derajat Celsius. Jadi, belum perlu panik apalagi mengira sedang ada gelombang panas, ya!

Yang pasti, penting buat kita menjaga kondisi tubuh agar nggak dehidrasi. Perbanyak minum air putih, hindari terlalu lama beraktivitas di bawah sinar matahari, dan gunakan pakaian yang nyaman serta berwarna terang saat berada di luar ruangan, Gez!

Jadi, kalau kamu ngerasa gerah akhir-akhir ini, itu bukan sekadar perasaan, kok. Memang mataharinya lagi “tepat nongkrong” di atas kepala! Bertahan sebentar lagi saja, karena setelah November berakhir, biasanya udara bakal mulai lebih bersahabat dan hujan lebih sering turun. (Arie Widodo/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: