BerandaHits
Jumat, 18 Mar 2021 20:00

Orang Terdekat, Alasan Kekerasan Terhadap Perempuan Tetap Naik di Tengah Pandemi

Ilustrasi: Kekerasan terhadap perempuan. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Meski tengah dalam situasi pandemi, kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah terus meningkat. Dalam situasi ini, kekerasan malah dilakukan orang terdekat.

Inibaru.id – Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk menggambarkan situasi perempuan di tengah bencana ekologis dan masa pandemi seperti sekarang ini. Sudah mendapati kesulitan akibat pandemi dan bencana, masih juga mereka dihadapkan pada kekerasan.

Ya, Kekerasan terhadap perempuan terus saja terjadi meski di tengah pandemi Covid-19 dan bencana ekologis yang akhir-akhir ini terjadi. Selama 2020, Legal Resource Center untuk Keadilan Jender dan Hak Asasi Manusia (LRC-KJHAM) mencatat 151 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah.

Angka ini mengalami peningkatan ketimbang 2019 lalu yang berkisar pada angka 84 kasus kekerasan terhadap perempuan. Kepala Divisi Bantuan Hukum LRC-KJHAM Nihayatul Mukaromah mengungkapkan, ada motif yang sama antara situasi sekarang dengan sebelum pandemi.

“Nggak jauh beda, ada motif seperti perselingkuhan atau memacari korban dengan janji akan dinikahi, (tapi ternyata cuma) untuk bisa tidur dengan korban,” kata Niha, sapaan akrabnya.

Sementara, untuk situasi bencana, Niha menerangkan, lembaga seperti LRC-KJHAM belum bisa mengawasi secara maksimal karena belum mendapat laporan. Namun, melihat situasi di pengungsian, perempuan yang tidur di ruangan terbuka sangat rentan terhadap pelecehan.

“Kami belum secara langsung memiliki pengalaman di pengungsian, tapi perempuan (memang) jadi sangat rentan mengalami kekerasan karena tempat tidur bersama tanpa privasi,” ujar Niha.

Kekerasan Lewat Media Elektronik

Ilustrasi: Penggunaan media elektronik. (Inibaru.id/ Triawanda Tirta Aditya)

Menurut data yang disajikan LRC-KJHAM, jenis kekerasan terhadap perempuan yang menonjol dan meningkat jumlahnya selama pandemi ini adalah kekerasan berbasis elektronik. Bentuk dari kekerasan ini bisa berbagai hal, di antaranya ajakan berhubungan badan atau permintaan merekam dan mengambil foto.

Lalu, ada pula modus meminta foto bugil sebagai bukti cinta yang kemudian disebarkan via media sosial. Selain itu, modus kekerasan di media digital juga terjadi melalui perkenalan di antara para user di game daring.

“Penggunaan media elektronik jadi motif yang sangat menonjol. Modus online ini juga belum tertangani dengan baik,” keluh Niha.

Menanggapi hal tersebut, Kanit I (PPA) Ditreskrimum Polda Jawa Tengah Kompol Agus Sunandar menyadari bahwa kekerasan berbasis elektronik ini sulit diungkap karena prosesnya yang berbeda dengan penyidikan biasa.

“Proses penyidikan (kekerasan daring) tidak berjalan seperti penyidikan biasa. Ini bikin kasus asusila yang dilakukan secara daring sulit diungkap, meski banyak juga yang sudah ditangani,” terang Agus.

Lebih lanjut, Agus memaparkan bahwa selain penyidikan, pihak kepolisian juga sudah menyediakan media pelapioran bagi kasus kekerasan terhadap perempuan yang bisa diakses secara daring. Layanan Forensik Klinik ini dapat diakses tiap hari dan siap melayani panggilan telepon selama 24 jam.

Orang Terdekat Jadi Pelaku 

Witi Muntari saat menyajikan data via webinar. (LRC-KJHAM)

Selain menyajikan fakta kekerasan berbasis elektoronik, kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah ini juga menunjukkan fakta yang mengejutkan, yakni bahwa para pelaku kekerasan didominiasi oleh orang-orang terdekat korban.

Para pelaku kekerasan ini adalah orang-orang yang dikenal dan dekat korban seperti guru, guru ngaji, pacar, kenalan, ayah tiri, teman, mantan pacar, mertua, tetangga, kakak, dosen, hingga suami.

Siapa sangka, orang-orang yang harusnya melindungi perempuan malah menjadi pelaku kekerasan tersebut. Tentu saja situasi ini kian mempersempit ruang aman perempuan, yang bahkan hingga lingkungan terkecil pun nggak bisa memberikan perasaan tersebut.

Kepala Operasional LRC-KJHAM Witi Muntari mengatakan, selama ini laki-laki belum banyak dilibatkan dalam upaya penghapusan kekerasan seksual.

“Data tertinggi (pelaku kekerasan) adalah pacar, suami, atau mantan pacar,” aku Witi, begitu dia biasa disapa.

Dia mengimbuhi, para korban kekerasan berdampak pada fisik dan mental, mulai dari hamil, dikucilkan, dikeluarkan dari pekerjaan atau sekolah, hingga dipisahkan dari anak. Mereka juga mengalami perasaan malu, mengidap trauma, skizofrenia, menderita luka fisik, sampai melakukan percobaan bunuh diri.

Menemukan semua fakta ini, kamu tentunya bisa menyimpulkan bahwa kekerasan terhadap perempuan itu memang nyata. Bahkan, di lingkungan terdekat, relasi kuasa yang nggak sehat juga terjadi, yang kerap berujung pada kekerasan terhadap kaum hawa.

Jadi tempat manakah yang paling aman buat perempuan? Hm, kamu bisa bantu jawab, Millens? (Zulfa Anisah/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: